Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 2 Bagian 2

Bab 2 Bagian 2
Melindungi harta senilai 3 miliar itu mudah


“Eh—, ahem! Maaf, kemarin aku cukup membuat masalah pada kalian!”

Sejujurnya, kemarin aku sangat lelah, jadi aku dan Natsunagi memilih untuk bertemu dengan klien ini—Yui Saikawa, di waktu yang berbeda. Kami berdua diundang ke rumahnya, dan sekarang duduk saling berhadapan satu sama lain.

Aku dan Natsunagi duduk bersebelahan, dan duduk di seberang kami adalah Saikawa.

Atau begitulah penempatannya, tapi—

“Jauh! Terlalu jauh! Meja ini panjangnya berapa meter sih!?”

“Eh, begitukah!? Bagiku sih ini tidak terlalu jauh!”

“Terus kenapa kau berbicara dengan suara yang keras kepada kami!?”

“Lah, itu ‘kan karena jika aku berbicara dengan suara normal, kau tidak akan bisa mendengarku!”

“Rumahmu ini memang aneh!”

Biar kusingkat.

Ini adalah rumah Yui Saikawa—atau lebih tepatnya, sebuah mansion. Malah bisa dibilang ini adalah benteng.

Kami melewati pintu besar yang kami anggap sebagai pintu masuk, tapi kami harus menempuh perjalanan beberapa kilometer hanya untuk mencapai rumah yang sebenarnya. Kami pun masuk, dan langit-langit atrium di depan kami begitu tinggi. Bahkan untuk toiletnya saja, ada cukup ruang untuk memuat beberapa orang dewasa tinggal di dalamnya.

Kediaman Yui Saikawa sangat megah, mewah, glamor... dengan kata lain, dia ini adalah seorang tuan putri. Dia mungkin tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kasih sayang. Aku tidak bisa benar-benar menolak fakta bahwa dia mengakui dirinya sendiri sebagai yang terimut... apakah itu bahkan bisa diterima?

Tapi yang jelas, pada hari berikutnya setelah aku dan Natsunagi bertemu Saikawa di stasiun, kami datang ke rumahnya untuk menanyakan secara spesifik permintaannya.

Tapi sebelum itu.

“Apa mata kirimu itu terluka?”

Kami duduk secara horizontal di atas meja yang panjang, kali ini bukan vertikal (harusnya kami melakukan ini dari awal), dan aku bertanya padanya.

Sama halnya seperti kamerin, ada penutup mata di mata kiri Saikawa. Ngomong-ngomong, aku ingat kalau dia selalu memakai penutup mata berbentuk hati setiap kali dia muncul di sampul majalah atau televisi.

“Ahh, bagaimana bilangnya? Ini seperti bagian dari karakterku, mungkin? Yah, begitulah kira-kira.”

Aku sungguh berusaha keras untuk bertahan hidup sebagai idol. tahu, tambah Saikawa dengan senyum masam.

Tampaknya profesionalismenya begitu kuat, dia bahkan sampai mempertahankan penampilan ini dalam kehidupan pribadinya.

“Ngomong-ngomong, dulu aku pernah memakai penutup mata karena mataku terluka.”

“Yah, mari kita bicarakan itu lain kali.”

“Bukankah aku yang harusnya mengucapkan kata-kata itu di sini?”

...Ah, terserah. Ayo cepat dan langsung ke intinya.

“Aku benar-benar minta maaf atas undangan yang mendadak hari ini. Tapi aku sangatlah cemas karena aku tidak punya banyak waktu.”

“Ahh, tentang berlian senilai tiga miliar yen yang akan dicuri?”

Aku meningat apa yang Saikawa bilang di stasiun kemarin.

“Itu bukan berlian, tapi safir... erm, apa kau benar-benar menempatkan perhatianmu kepadaku?”

Duh, sejujurnya, kemarin aku memang benar-benar sangat lelah... Aku memiliki terlalu banyak hal di pikiranku, sampai-sampai membuatku tidak terlalu memberikan perhatian pada hal itu.

Kupikir setidaknya aku harus bersikap tenang di hadapan Natsunagi, bagaimanapun juga aku ini laki-laki.

Aku berasumsi rekanku sudah mati, tapi jantungnya masih tetap hidup... dan saat ini jantung itu berdetak di sebelahku.

Fakta itu saja membuatku benar-benar kewalahan. Yah, jika aku mengatakan hal-hal sentimental seperti itu, mantan rekanku itu pastinya akan menertawakanku.

“Ngomong-ngomong, kau ini asisten, kan? Yang kubutuhkan adalah si detektif...”

Saikawa tiba-tiba menyatakan hal tersebut..., tapi yah, pada dasarnya dia memang benar.

Selama empat tahun, aku hanyalah asisten, dan detektifny—

“—Fufu, ya. Serahkan semua masalahmu padaku, Nagisa Natsunagi, sang detektif hebat!”

Gimana kelihatnnya?!, menyerukan itu, Natsunagi melipat tangannya dengan ekspresi gembira.

Astaga, dari mana asalanya kepercayaan diri tersebut?

“Jadi Saikawa-san, bisakah kau memberi tahu kami rinciannya?”

Tapi karena dia sangat antusias tentang ini, aku seharusnya tidak mengurangi hasratnya. Lagian aku hanyalah seorang asisten.

“Sebenarnya...”

Dan Saikawa pun mulai berbicara tentang apa yang mendorongnya untuk mempekerjakan kami.

 

“Jadi begitu.”

Dan setelah kami selesai mendengarkan cerita Saikaawa, Natsunagi mengangguk.

Menurut Saikawa, beginilah yang terjadi...

Pada hari tertentu, ada surat yang dikirimkan ke mansion Saikawa.

[Aku akan mencuri safir senilai tiga miliar yen pada hari live konsermu di Dome, Yui Saikawa.]

Sebenarnya aku ragu kalau ada pencuri yang benar-benar mengirimkan pemberitahuan seperti itu, tapi karena itu memang terjadi, aku harus menerima kenyataan.

Yang jelas, ini merupakan pemberitahuan untuk melakukan tindakan ketika sang idol tampil secara live di Dome (yang kudengar akan diselenggarakan seminggu kemudian).

Mencegah hal ini terjadi adalah perminataan Yui Saikawa kepada kami.

Tapi pertama-tama, bagaimana bisa Saikawa sampai berakhir menghubungi kami?

Apakah itu karena kecenderunganku yang menarik masalah, ataukah karena jantung itu.

“Apa kau tahu apa itu safir senilai tiga miliar yen itu?”

“Ya. Kupikir itu pasti sesuatu yang ada di ruang harta, harta keluarga, [safir ajaib].”

“Ruang harta”, “harta keluarga”, “safir ajaib”, ini semua adalah kata-kata yang sesuai dengan situasi.

“Hari Minggu yang akan datang aku ada live konser yang besar, jadi saat itu tidak ada yang akan tinggal di rumah. Kupikir rencana pelaku adalah menggunakan rentang waktu itu sebagai kesempatan untuk mencuri safir itu.”

...Jika memang itu rencananya, maka si pelaku ini telah mengungkapkan rencananya tersebut dengan mengirimkan pemberitahuan itu. Apa dia gila?

Atau mungkin, pelaku ini yakin bahwa safir itu bisa dicuri sekalipun dia mengirimkan pemberitahuan itu. Bagaimanapun juga, memang ada orang-orang tertentu yang akan melakukan kejahatan demi kesenangan.

“Tapi ‘kan, karena kita sudah tahu kapan pencurian itu akan terjadi, tidak bisakah kita meningkatkan keamanan pada hari itu? Bukankah kau memiliki banyak penjaga keamanan di sini?”

Saat dalam perjalanan ke rumah ini, aku sempat melihat ada banyak pria kuat mengenakan jas. Jika kami menyerahkan keamanan pada mereka, mungkin tidak akan ada kesempatan bagi kami untuk terlibat.

“Tidak, itu tidak mungkin. Bagaimanapun juga, hari itu akan ada live konser.”

“Hm? Ahh, apa maksudmu para penjaga harus berjaga-jaga di live konsermu?”

“Ah, bukan begitu. Mereka adalah penggemar beratku, jadi bagi mereka, melihatku bernyanyi dan menari jauh lebih penting daripada melindungi safir senilai tiga miliar yen itu.”

“Pecat saja semuanya!”

Permintaan macam apa ini?

Aku merasa seperti aku akan kehilangan poin IQ, jadi aku berdiri.

“Tunggu Kimizuka.”

Tapi tak disangka, yang menghentikanku adalah Natsunagi.

“Ini suatu kesempatan yang langka dia bergantung pada kita, jadi bagaimana kalau kita terus mendengarkannya?”

“...Ada apa? Kelihatannya kau cukup antusias tentang ini.”

Dia hanya berperan sebagai detektif hebat, dan dia sudah mendalami peran tersbut? Yah, memang bagus sih kalau dia sangat termotivasi... tapi dia mungkin akan menyesal jika dia terlibat dalam suatu insiden yang tidak seharusnya dia campuri.

Aku hidup selama delapan belas tahun dengan kecendurngan terlibat dalam masalah, dan sebelumnya ada detektif hebat tak terkalahkan yang sanggup menangani pekerjaan ini, tapi ini mungkin merupakan pekerjaan yang sangat merepotkan bagi orang biasa seperti Natsunagi...

Kemudian, Natsunagi mendekatkan mulutnya ke telingaku, dan berbisik,

“Tidak, begini maksudku, ini adalah permintaan dari orang yang tinggal di sini, tahu? Dengan kata lain...”

Ah...Begitu ya. Memang sih, bayarannya mungkin lumayan besar.

“Tapi ‘kan, menjadi detektif bukan hanya sekedar untuk mendapatkan uang?”

“Sekalipun kau bilang begitu, tetap saja uang itu penting, kan? Lagipula, kita juga tidak tahu masalah seperti apa yang akan kita hadapi di masa depan.”

...Yah, benar sih. Aku sudah tiga tahun hidup sebagai pengelana, dan aku tahu lebih dari siapa pun akan pentingnya materi yang disebut uang.

Tapi sekarang dia bilang begitu.

Apa itu berarti Natsunagi benar-benar siap? Di masa depan, dia mungkin saja akan mengalami hal-hal yang sama dengan aku dan Siesta lalui selama tiga tahun terakhir. Dia mungkin tidak akan pernah mendapatkan kembali kehidupan sehari-harinya. Apakah dia benar-benar siap akan itu—

“Baju renang baru...”

“Oi...”

...Ah terserahlah. Tidak peduli apa pun tujuannya. Memang benar kalau uang itu sangat penting.

Ini bukan karena aku ingin melihat Natsunagi mengenakan pakaian renang yang baru (sungguh, benar-benar bukan), jadi  aku duduk kembali.

Dan juga,

Ini bukanlah sembarang permintaan. Ini adalah permintaan dari idol Jepang, Yui Saikawa.

Untuk beberapa alasan yang aneh, telingaku mengingat lantunan nada yang disenandungkan oleh orang itu dua tahun lalu.

“Jadi, pada hari live konsermu diadakan, kau ingin aku dan Natsunagi menjadga harta yang ada di rumah ini?”

“Ah, ya, kurang lebih seperti itu.”

Oi, sikapnya tentang ini terkesan biasa saja, padahal aku baru saja mulai termotivasi.

“Ngomong-ngomong, kau tidak bisa menyerahkan masalah ini pada polisi?”

“Kami sudah membicarakannya sebelumnya, tapi mereka tidak terlalu menaggapai karena itu hanyalah sebuah pemberitahuan.”

...Dia benar.

Biasanya, polisi baru akan mengambil tindakan setelah peristiwa itu terjadi.

Mungkin memang agak terlalu pragmatis untuk mengatakan ini... tapi seperti yang tersirat dari kata-kata itu, uang yang terlibat cukup banyak. Dia seharusnya bisa membuat mereka bergerak jika dia menyebutkannya.

“Kesannya benar-benar seperti kau berpikir untuk menyuap polisi, hentai-san.”

“Aku belum ada mengatakan apa-apa loh.”

“Aku memang berpikir bahwa jika tidak ada roti, maka aku harus membeli toko rotinya saja.”

“Bahkan Marie Antoniette pun akan terkejut dengan pemikiran itu!”

Gadis ini memiliki wajah yang imut, tapi dia benar-benar tidak terbiasa dengan cara kerja dunia.

Dia dengan cepat mengambil cangkir di tangan kirinya, dan dengan elegan menuangkan teh, tapi masih ada kecanggungan di sini.

“Kalau begitu, biar kutunjukkan pada kalian berdua ruang harta itu lebih dulu.”

Dia mungkin menyela percakapan karena berpikir tidak ada gunanya melanjutkan pembicaraan, jadi kami berdiri dan mengikut Saikawa.

Tapi yah, masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranku.

“Katakanlah, Saikawa,”

Aku harus mendapatkan jawaban dari pertanyaan ini.

“Kenapa justru dirimu yang menjadi pemohon dalam masalah ini, Yui Saikawa?”

Bukan ayahnya, bukan pula ibunya.

Harta keluarga Saikawa akan dicuri, tapi dalam pertemuan ini, kenapa justru tidak ada orang dewasa yang berpartisipasi?

Ditanyai dengan pertanyaan yang jelas ini, Saikawa menjawab,

“Orang tuaku meninggal tiga tahun yang lalu. Karenanya, sekarang akulah yang menjadi kepala keluarga Saikawa.”

Ya, dia menjawab dengan senyum yang sama seperti yang dia tunjukkan di televisi.

Aku langsung berpikir bahwa menjadi idol itu benar-benar pekerjaan yang merepotkan.



3 Comments

Previous Post Next Post