Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 3 Bagian 4

Bab 3 Bagian 4
Cinderella Sebelum Tengah Malam


Setelah Char menanyakan pertanyaan yang aneh, aku berpisah dengannya dan bergabung kembali dengan Natsunagi dan Saikawa yang kembali dari kolam renang.

Setelah itu, kami menyusuri kapal untuk mencari “warisan Siesta”... tapi ngomong-ngomong, kami masih tidak tahu apa sebenarnya warisan itu. Jadi secara alami, sulit bagi kami untuk melanjutkan pencarian, dan saat kami terus melanjutkan, matahari sudah terbenam, jadi kami memutuskan pergi ke restoran untuk makan.

Namun, sebagai penyelanggara perjalanan ini, Saikawa harus berurusan dengan para tamu, jadi yang tersisa hanya aku dan Natsunagi.

“Untuk beberapa alasan, ini terasa aneh.”

Sekarang, kami sedang duduk di meja yang berada di restoran Prancis, di atas kapal. Sembari memotong meuniere salmon dengan garpu dan pisau, Natsunagi mengatakan itu.

“Aneh apanya?”

“Yah, gimana bilangnya, aneh saja aku makan berduaan denganmu sepert ini.”

“Apa kau tidak menyukai ini?”

“Aku tidak bilang begitu.”

Penampilannya yang tidak senang itu tidak memiliki keimutan. Hadeh, andai saja kepribadiannya sedikit lebih imut.

“Terus, apa kau bermaksud mengatakan kalau kita yang makan malam berduaan seperti ini terasa seperti kencan atau semacamnya?”

“...Kau berani mengatakan itu saat kau lagi bokek?”

“...Aku tidak bisa membantahnya.”

Jika bukan karena kebaikan Saikawa, aku tidak akan mampu membayar makanan yang ada di sini. Kalau sampai aku tidak membayarnya, mungkin saja aku harus bekerja seumur hidup di kapal ini. Emang ya, judi itu menakutkan.

Bicara soal judi, mungkin aku harus membicarakan perihal Charl pada Natsunagi. Sebelumnya mereka memang bertengkar, tapi aku harus bilang bahwa Charl bukanlah orang yang buruk,

“Natsunagi, apa kau sibuk setelah ini?”

“Eh, tidak, tidak juga. Aku hanya akan pergi mandi, habis itu langsung tidur.”

“Begitu ya. Kalau begitu, aku ingin membicarakan sesuatu padamu saat kau selesai mandi.”

“Membicarakan sesuatu? Kenapa tidak di sini saja...”

“Ah, agak sulit untuk mengatakannya di sini.”

Ini tentang 《SPES》, dan juga topik yang sangat sensitif. Sebisa mungkin, aku mau kami berbicara di tempat yang sepi.

“Nah, kalau tidak salah di sana ada bar, kan? Bagaimana kalau satu jam dari sekarang, kita ketemuan di sana?”

“Eh, erm... apa cuman aku sama kamu, Kimizuka?”

“Ahh, ya.”

Sebenarnya, aku juga harus mengatakan ini pada Saikawa, tapi karena dia sibuk menerima tamu, aku harus mengatakan ini padanya lain waktu.

“Begitu ya. Cuman berduaan, di bar... sesuatu yang tidak ingin didengar orang lain...”

Untuk suatu alasan, Natsunagi menggumamkan sesuatu, dan wajahnya yang menunduk terlihat sedikit merah.

“Y-yah, oke... hm, kalau begitu, satu jam dari sekarang, kan?”

Mengatakan itu, dia menusuk Meuniere yang tersisa dengan garpu, memasukkannya ke dalam mulutnya, berdiri dari kursinya, dan kemudian pergi dengan tergesa-gesa.

Dia kenapa...?

“Astaga, padahal hidangan utamanya belum disajikan.”

Aku ingin mengunjungi Charl dan mengajaknya makan, tapi dia mungkin sedang tidur nyenyak di kamarku. Tidak mungkin ‘kan dia benar-benar turun dari kapal yang lagi berada di tengah laut begini.

“Tapi jika aku harus makan dengannya, itu akan sangat membosankan.”

Aku akhirnya menghabiskan satu jam untuk makan hidangan lengkap seharga dua orang, kemudian pergi ke bar tempat kami berencana ketemuan.

 

“...Maaf membuatmu menunggu.”

Aku duduk dan menunggu sebentar, dan tidak butuh waktu lama, Natsunagi datang pada waktu yang ditentukan. Aku memilih tempat duduk kotak yang agak jauh dari meja bar untuk menghindari tatapan dari orang lain.

...Dan ngomong-ngomong,

“Kau berganti pakaian?”

“Hah? Ah, tidak, ini cuman kebetulan, erm? Gimana bilangnya, cuman ini pakaianku yang tersisa setelah aku mandi?”

Setelan Natsunagi benar-benar berbeda dari pakaian kasual yang dia kenakan hari ini. Dia memakai gaun one-piece yang area dadanya terbuka dan syal tipis.

Yah, ini akan sesuai dengan suasana bar... dia bahkan berdandan serta memakai parfum. Jadi dia buru-buru kembali ke kamarnya hanya untuk berdandan, ya?

“Haa, yah, kesampingkan itu.”

“Apa maksudmu, kesampingkan itu...?”

Natsunagi mengerutkan bibirnya dengan tidak senang. Apa aku mengatakan sesuatu yang buruk?

“...Terus? Kau mau membicarakan apa...”

“Aah, ayo minum dulu dan bicara.”

Tepat sebelum Natsunagi datang, minuman yang kupesan sudah diantarkan.

“Wine?”

“Cinderella.”

“Aku?”

“Wine-nya.”

Itu adalah nama koktail non-alkohol. Aku memesan Shirley Temple, yang juga merupakan koktail non-alkohol khas. Bagaimanapun juga, aku tidak mau ada kesalahan yang berhubungan dengan alkohol.

“Sekarang, dengarkan aku baik-baik.”

Kami bersulang, dan aku mulai berbicara perihal Charl, termasuk bagaimana aku bertemu dengannya.

 

“...Ini berbeda dari yang kupikirkan.”

Setelah aku selesai berbicara, untuk suatu alasan, Natsunagi terlihat sedikit kecewa.

“...Tidak, ah terserah, itu pasti bukan apa yang kuinginkan... Aku pasti hanya dipengaruhi oleh pemilik jantung ini...”

“Kau ini menggerutukan apa sih?”

“!...Hah? Apa?”

Tiba-tiba, Natsunagi terlihat kesal.

“Eh, kenapa kau malah marah?”

“Aku tidak marah.”

“Tidak, kau benar-benar marah, kan?”

“Kubilang aku tidak marah!”

Kemudian, dia menendang sepatu heelnya ke betisku.

“Mati sana dua kali!”

“Itu tidak masuk akal!”

—Cukup sudah dengan obrolan tak berarti.

“Tapi apa itu benar? Tampaknya dia tidak seburuk yang kupikirkan.” Natsunagi memiringkan koktailnya, kemudian melanjutkan, “Bahkan sampai sekarang, dia selalu memikirkan Siesta-san. Itu sangat sederhana sampai rasanya sangat menyentuh.”

“Ya, hanya saja dia tolol. Terkadang dia memang melontarkan kata-kata yang sulit dipercaya, tapi itu mungkin hal yang baik tentang dirinya.”

Aku tidak akan mengatakan hal-hal seperti itu sekalipun mulutku harus dirobek-robek.

“Kurasa... Hmm, sebenarnya aku sudah tahu.”

“Kalau Charl itu bukan orang yang buruk?”

“Itu juga termasuk... tapi akulah yang salah di sini.” Natsunagi kemudian melanjutkan dengan senyum masam  “Apa yang dia bilang itu benar.”

Mungkin dia membicarakan tentang perselisihan pagi ini, ketika Charl menyuruhnya untuk “berhenti bermain detektif-detektifan”. Natsunagi sendiri setuju dengan sentimen ini.

“Tidak seperti Charl-san, aku tidak selalu bersama Siesta-san, aku bahkan tidak punya senjata yang bisa kubanggakan. Aku hanya menerima jantung ini... dan aku ingin melanjutkan tekadnya, itu saja.”

Aku sudah tahu semuanya. dia bergumam pada dirinya sendiri dalam momen mencela diri, dan menyatu dengan ruangan yang sunyi di bar.

Ya, seperti yang barusan dia akui—Natsunagi dan Siesta berbeda.

Bukan hanya wajah dan warna rambut mereka. Cara mereka berbicara, kepribadian mereka, keyakinan mereka, cara mereka menyapa diri mereka sendiri, mereka berbeda. Natsunagi tidak akan pernah bisa menjadi boneka bisque Siesta, tapi—

“Natsunagi, kenapa kau ingin mengikuti jejak Siesta?”

Hari itu, saat Natsunagi mengetahui bahwa jantung yang ditransplantasikan padanya adalah jantung Siesta. Dia memutuskan untuk menjadi detektif hebat, dan meskipun aku bilang bahwa “dia tidak harus menjadi pengganti orang lain”, dia tetap memilih jalan ini.

Meski begitu, aku tidak pernah bertanya tentang apa yang sebenarnya dia pikrikan. Aku tidak pernah mengatakan apa-apa, karena kupikir, aku harus menghormatinya. Itu sebabnya sampai sekarang, aku membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Mungkin aku harus melanjutkan masalah ini, dan Natsunagi juga.

“Sejak aku masih kecil, aku memiliki tubuh yang lemah.”

Seolah teringat kenangan masa lalu, Natsunagi menyipitkan matanya dengan sedih.

“Semua orang yang seusiaku pergi ke sekolah, dan cuman aku yang terbaring di tempat tidur. Saat itu, satu-satunya teman yang kumiliki hanyalah beberapa buku bergambar dan boneka beruang kecil. Tidak heran jika aku menjadi iri pada gadis idol yang bisa menyanyi dan menari di atas panggung.”

Ruang putih, bau obat, jarum suntik menusuk ke punggung tangannya yang ramping, semua ini muncul di benak gadis muda itu.

“Kupikir aku tidak akan bisa meninggalkan tempat itu. Aku tidak akan bisa belajar, tidak akan bisa berolahraga, dan aku akan terus-menerus seperti itu. Aku tidak punya apa-apa.”

Itu sangat membuatku takut. tambah Natsunagi, dengan wajah yang menunjukkan senyuman berkaca-kaca.

“Kemudian. seiring berjalannya waktu, akhirnya aku meninggalkan sangkar itu, dan memperoleh kehidupan baru. Aku memang bisa merentangkan sayapku lebar-lebar, tapi... aku tidak tahu bagaimana caranya untuk terbang.”

“Cara untuk terbang?”

“Ya, bagaimana caranya terbang... bagaimana aku bisa hidup. Aku menginginkan alasan untuk diriku sendiri.”

Alasan untuk tetap hidup.

Perkataan yang diucapkan Natsunagi mungkin menjadi inti dari keseluruhan topik.

“Aku tidak memiliki apa-apa, jadi tiba-tiba aku ingin meraih sesuatu. Karenanya, aku memohon pada jantung ini... Aku menginginkan cara dia hidup, sebagai caraku untuk hidup.”

Itu adalah kata-kata yang menyentuh hati di jantung Natsunagi.

Itu sebabnya dia mengikuti panggilan jantung.

Dia menemukan X yang dicari jantung tersebut... menemuiku, dan mewarisi gelar detektif hebat.

Saat kasus Saikawa, aku hendak menolak permintaan darinya. Tapi, Natsunagi yang akhirnya menemukan alasannya untuk hidup, menerima permintaaan Saikawa. Aku akhirnya mengerti mengapa dia jadi sangat antusias tentang kasus itu.

Natsunagi pasti ingin sang detektif hebat... Siesta, menjadi alasan hidupnya.

Dan aku juga sama.

“Itulah sebabnya, seperti yang Charl-san bilang, aku hanya bermain detektif-detektifan. Aku tahu bahwa aku cuman bermain-main.”

“Natsunagi...”

Aku ingin mengatakan sesuatu, namun aku tidak mampu membentuk kata-kataku.

Karena, aku juga sepertinya.

Baik aku dan Natsunagi memiliki kompleksitas, dan kami bingung apa yang harus dilakukan di masa depan. Karenanya, aku tidak bisa memberinya jawaban.

“Maaf, aku akan istirahat lebih dulu.”

Mengatakan itu, Natsunagi menghabiskan sisa koktailnya, kemudian berdiri.

“Natsunagi, aku...”

“Selamat malam, sampai jumpa besok.”

Natsunagi melambai sambil menunjukkan ekspresinya yang biasa, jadi aku merasa kalau dia ingin mengakhiri topik ini.

“Ya, sampai jumpa besok.”

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya melihat punggung kecil Natsunagi kian menjauh.

“Sampai jumpa besok, ya?”

Ya, ini belum berakhir.

Aku harus mempertimbangkan kembali, dan mencari kesempatan lain untuk mengobrol dengannya.

Yang jelas, aku harus kembali ke kamarku... oh iya, sekarang Charl sedang menempati kamarku. Jika aku menyelinap ke ranjang yang sama dengannya, besoknya aku pasti akan jadi almarhum.

Tidak punya pilihan lain, aku mengeluarkan ponselku.

“Ah, halo, Saikawa?”

[Ya, ini aku... apa kau ada perlu?]

“Boleh tidak aku pergi ke kamarmu? Maaf, tapi aku ingin menginap di kamarmu.”

Aku juga harus berbicara tentang Charl dan percakapanku dengan Natsunagi barusan kepadanya.

[...Aku akan menunggu dengan pakaian dalam yang imut.]

“Kau ini tolol ya?”



2 Comments

Previous Post Next Post