Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 3 Bagian 3

Bab 3 Bagian 3
Karena Itulah Aku Tidak Bisa Menjadi Detektif


“Tidak mungkin, bagaimana aku bisa kalah?”

Berdiri di geladak, aku menatap penuh kehampaan ke arah laut. Di sebelahku, di atas lututku, ada kenyataan yang sungguh sulit untuk dipercaya.

Itu adalah Charl, sedang bersandar ke pagar, dengan punggungnya menghadap ke arahku.

“Jadi? Kau bertingkah keren, tapi bagaimana kau bisa kalah? Kau mengatakan kata-kata yang klise seperti [Dulu aku cukup jago bermain poker], dan akhirnya, kau kalah?”

Dia, yang duduk dengan kaki diselipkan, menatapku dengan ekspresi penuh pertanyaan.

“Bacot. Padahal kupikir aku bisa menang...”

Tapi yah, seperti yang dia bilang. Di kasino tadi, aku kalah telak. Emang ya, makhluk yang disebut manusia itu cenderung melebih-lebihkan masa lalunya.

Kalau dipikir-pikir lagi, orang yang menang besar di kasino dan jago dalam bermain poker bukanlah aku, melainkan Siesta. Dengan kata lain, aku hanya mengambil sisa-sisa...hadeh, jebakan macam apa ini.

“Tapi tetap saja, itu sungguh memalukan. Kau malah lebih terbawa suasana dariku, bahkan sampai membuang semua uangmu. Kau ini tolol ya? Gila ya?”

“Aku sangat menyesali itu, jadi berhenti menaburkan garam ke atas lukaku...”

Haa, Mungkin aku harus meminjam uangnya Natsunagi setelah dia kembali dari kolam renang. Aku harus menahan rasa malu ini. 

Ah, tidak, harusnya aku meminjam ke Saikawa, kan? Akan jauh lebih baik jika mengandalkan teman yang banyak uangnya.

“Fufu, tapi itu sangat menarik, bukan?”

Apa dia tidak lagi membicarakan tentang judi? Habisnya, dia mengatakan itu sambil dengan sengaja cekikikan. Ngomong-ngomong, sudah setahun aku tidak pernah melihat senyuman ini.

Untuk sesaat, kami saling memandang, dan tersenyum lembut.

“—Jadi? Kau mau ngobrolin apa?”

Angin laut bertiup. Itu adalah angin yang mampu mengguncang udara yang tenang ini.

“Tentang Siesta.”

Meletakkan tanganku di pagar, menatap laut, aku menjawabnya,

“...Bukannya kita baru saja membicarakan topik itu.”

“Ya, tapi kau lah yang mengakhirinya begitu saja. Dasar dari komunikasi adalah kedua pihak harus sama-sama memainkan bola.”

Sampai saat ini, Charl telah bermain dodgeball melawan kami.

“Kau adalah asistennya Nona, tapi kau tidak berniat melanjutkan tekad Nona. Memangnya ada hal lain yang membuatku harus berbicara dengan pria sepertimu?”

Nada suara Charl terdengar dingin.

Sepertinya Charl menganggap bahwa apa yang kulakukan benar-benar tak bisa dimaafkan. Aku menjadi asistennya Siesta, tapi setelah dia meninggal, aku tidak melanjutkan tekadnya. Aku menolak untuk melawan musuh yang harusnya aku lawan, dan justru berpaling kemudian menikmati kedamaianku sendiri.

Dan itulah mengapa, dia membenciku lebih dari siapa pun.

Benar. Itulah mengapa Charl—

“Maaf telah membuatmu khawatir.”

Dia mengkhawatirkanku, yang adalah musuh bebuyutannya.

“...Bisa tidak jangan mengasumsikan sesuatu seenaknya seperti itu.”

“Kau bahkan sampai mencari semua berita yang memuatku.”

“...A-aku hanya kebetulan melihat berita-berita itu.”

“Dan kau juga sampai datang jauh-jauh ke sini untuk menemuiku.”

“...Kan sudah kubilang, itu hanya kebetulan!”

“Aduh!”

Charl, yang lagi duduk, menghantamkan tinjunya ke lututku... kayaknya aku terlalu berlebihan ya?

Tapi yang jelas, Charl benar-benar mengkhawatirkanku.

Aku sungguh merasa tidak enak tentang itu.

“Tapi, karena kau bersedia meminta maaf dengan jujur, aku akan memberimu kesempatan lagi.”

“Kesempatan?”

Charl berdiri di sampingku, dan berkata,

“Kenapa kau tidak menjadi detektif saja untuk menggantikan Nona.”

Matanya berbinar layaknya zamrud, dan aku tidak bisa memalingkan pandanganku darinya.  Kalau sudah begini, aku tidak bisa mengabaikannya dengan kebohongan atau lelucon lagi.

“...Siesta pernah bilang padaku—”

Aku teringat pada apa yang terjadi hari itu, empat tahun yang lalu. Sepuluh ribu meter di atas permukaan laut. Saat Komori* membajak pesawat, Siesta bilang padaku—

『Kau—jadilah asistenku.』

Ya, itulah yang dia bilang.

[Catatan Penerjemah: Sebelumnya gua menggunakan “Komori”, tapi setelah gua cek di wiki Tanmoshi dan di MAL, gua putuskan untuk mengubah codename “Komori” menjadi “Komori”. Bab sebelumnya akan gua edit di kemudian hari.]

“Karenanya, aku tidak bisa menjadi detektif. Baik itu empat tahun yang lalu, saat dia meninggal, atau bahkan sekarang—Aku hanya bisa terus menjadi asisten dari detektif hebat.”

Aku tidak bisa menjadi dirinya.

Tapi, aku bisa hidup untuknya.

“...Bodoh.”

Bibir Charl mengerucut masam,

“Orang yang terikat ke masa lalu Nona bukanlah aku, tapi kamu,”

Benarkah? Mungkin dia benar.

Sampai sekarang pun, tentang Siesta, aku masih—

“Yah, bodo amatlah.”

Charl tertawa, berbalik ke depan, dan melihat ke arah laut.

“Carilah warisan Nona dengan caramu sendiri... carilah jawabanmu.”

Lagian, aku punya caraku sendiri. tambah Charl, sambil mengerucutkan bibirnya.

Aku hendak berterima kasih padanya, tapi aku menelan kata-kataku, dan hanya meminta maaf.

“Tapi, warisan itu...?”

Sebagai gantinya, aku mulai merenungkan warisan yang ditinggalkan oleh Siesta di kapal ini.

“Charl, kalian memiliki informasi tentang ini, dan mungkin saja, musuh juga... memiliki informasi ini, kan?”

“Maksudmu 《SPES》?”

“Iya.”

Kalau masalah perang informasi, orang-orang itu tidak akan kalah. Apalagi Siesta adalah musuh terbesar mereka, apabila mereka tahu bahwa Siesta telah menanam benih di sekitar, mereka pasti akan...

“Itu memang mungkin, tapi aku sudah mempertimbangkan ini...”

“...M-Mempertimbangkan sesuatu? Kau, Charl...?”

“...Kayaknya kau mau cari masalah denganku ya?”

Mengatakan itu, Char memperlihatkaku sarung pistol yang ada di pinggulnya.

Kenapa gadis-gadis yang akhir-akhir ini kutemui semuanya membawa senjata?

“Sebelumnya aku sudah bilang, kan? Aku bukanlah diriku dari setahun yang lalu.”

Sekalipun dia bilang begitu, dia yang terlalu besar kepala tidak pernah berubah.

“Oh iya, Kimizuka, pinjamkan aku kamarmu dong.”

“Hah? Kenapa? Kalau kau ke sini untuk berwisata, harusnya ‘kan kau punya kamar sendiri.”

“Kenapa pula aku harus berwisata?” dengan tatapn serius, Charl memiringkan kepala kecilnya. “Aku menaiki kapal ini secara ilegal.”

“Kalau ilegal ya jangan disombong-sombongin gitu!”

Ngomong-ngomong, dia ini cukup mahir dalam bertindak sembunyi-sembunyi, sepertinya...tidak, dia bisa membayar alih-alih membuat pertaruhan.

“Jadi begitulah. Sekarang, berikan aku kunci kamarmu.”

“Itu tidak masuk akal. Lagipula, bagaimana caramu bisa menaiki kapal ini? Menggunakan ilusi optik?”

“Fufu, itu rahasia.”

Untuk suatu alasan, Charl membusungkan dadanya dengan bangga, tapi saat dia melakukan itu, bajunya terlihat hampir robek, jadi kuharap dia bisa berhenti melakukan itu.

“Tapi tetap saja, ilusi optik, ya...?”

Kemudian, dia meletakkan tangan di dagunya dan bergumam begitu. Dia punya penampilan yang terlihat dewasa, dan caranya yang merenung seperti ini sangat cantik, tapi setiap kali dia melakukan ini di masa lalu, dia hanya akan mengatakan “Malam ini enaknya makan apa ya...” jadi itu bukan sesuatu yang istimewa.

“Hei, Kimizuka.” Charl kemudian mengangkat wajahnya, dan bertanya. “Apakah ada cara untuk turun dari kapal ini di laut?”



Post a Comment

Previous Post Next Post