Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 1 Bagian 3

Bab 1 Bagian 3
Hei, Jantung Siapa Ini?


“Jadi Natsunagi, pada dasarnya kau mengatakan bahwa [Baru-baru ini aku merasa kalau aku telah melupakan seseorang, tapi aku tidak tahu siapa orang ini], benar begitu, kan?”

Setelah percakapan itu, kami dalam perjalanan pulang.

Kami singgah di sebuah kafe, dan minum kopi saat kami memulai percakapan yang melibatkan permintaan Natsunagi.

“Ya, aku memang memiliki seseorang yang sangat ingin kutemui dan ajak bicara... tapi aku tidak tahu siapa orang itu. Aku tidak tahu apa-apa tentang usia, jenis kelamin, atau di mana orang itu tinggal... ah, ini rasanya enak.”

Natsunagi tersenyum tipis saat dia mengarahkan cangkir ke bibirnya. Seteguk kopi saja membuatnya tampak memikat, dan aku harus mengatakan kalau aku sedikit iri. Aku bahkan sudah kehilangan hitungan berapa kali partnerku mengatakan kepadaku “wajahmu terlihat sangat membosankan, rasanya aku akan melupakanmu jika kita berpisah selama dua hari”.

“...Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu...?”

Natsunagi dengan cepat menyadari tatapanku, dan menarik kursinya sedikit saat dia mengintip ke arahku, dengan ujung jarinya meraih ujung rok pendeknya.

“...Kau suka kalau ditatapi?”

“Ugh......!”

Dan kemudian, kepalaku tiba-tiba dipukul oleh harisen. [Catatan Penerjemah: Harisen, sesuatu seperti kipas kertas yang dilipat-lipat, (Itu seperti apa yang Fujiwara Chika gunakan untuk memukul Ishigami Yuu dari Anime Kaguya-sama di S1 Eps ).]

“...Ini tidak masuk akal.”

“Ugh, itu salahmu karena mengatakan sesuatu yang bisa bikin salah paham... tapi tetap saja, apakah itu kebiasaanmu untuk mengatakan [tidak masuk akal]?”

“Mau tak mau aku harus mengatakannya ketika keberadaan yang tidak masuk akal ada di hadapanku.”

Berkatmu aku akhirnya membuka kata yang tersegel itu setelah setahun. Bahkan aku sendiri sebenarnya tidak ingin mengatakannya.

“Nah, kembali ke topik.”  menyesap kopiku, aku melanjutkan, “Natsunagi, kau sedang mencari orang yang tidak diketahui—sebut saja orang itu sebagai X—dan kau tidak tahu siapa X itu?”

“Mmh, entah apa aku begitu terobsesi dengan X ini, tapi ada saat ketika aku menjadi sangat ingin bertemu X ini.”

Padahal kau tidak mengenal orang itu.

Mengatakan itu, Natsunagi pun melihat ke arah luar jendela.

“Sebenarnya, sejak kapan? Apa itu saat kau sadar akan lingkunganmu, atau saat kau pertama kali masuk SMA, atau...”

“Setahun yang lalu.”

Dia mengatakannya dengan sangat cepat dan tegas. Natsunagi bilang kalau dia tidak tahu apa-apa tentang jenis kelamin, asal, atau usia X ini, tapi untuk kapan dia mulai merasa ingin bertemu dengan X, dia begitu yakin akan jawabannya.

“Apa yang terjadi setahun yang lalu?”

“Aku diselamatkan dari pintu kematian—tidak, seseorang memberiku jalan untuk menjauh dari pintu itu.”

Pasti ada alasan besar mengapa dia meralat perkataannya.

Hidup Natsunagi berada dalam bahaya karena sesuatu, dan hidupnya tidak terselamatkan begitu saja. Dengan kata lain──

“Kau tadi mendengarkan detak jantungku di kelas, kan? Tapi sebenarnya, itu bukanlah milikku.”

“──Transplantasi jantung?”

Natsunagi mengangguk pelan.

“Sejak kecil aku menderita penyakit jantung. Saat aku terus menunggu donor transplantasi jantung, aku terus keluar-masuk rumah sakit... itulah mengapa aku tidak bisa bersekolah.”

“Begitu ya, tidak heran kalau aku tidak mengenalmu.”

“Ya. Tidak mungkin kalau gadis cantik sepertiku tidak akan terkenal.”

“Maaf, sebenarnya telingaku dipenuhi dengan banyak kotoran sejak kemarin, jadi aku tidak bisa mendengar... Aduh, aaaaaghh, kelingkingku! Lepaskan! Aaa, itu gemeratak mau patah!”

“Kaulah yang mematahkan ceritaku.”

“Logika tolol apa coba itu!?”

Cukup dengan permainan S-mu di sini, dasar orang yang tamak.

Natsunagi mengabaikan desahanku, dan melanjutkan,

“Dan kemudian, setahun yang lalu, mereka menemukan donor yang cocok, dan akhirnya aku menjalani transplantasi jantung. Saat itulah semuanya dimulai, keberadaan X ada begitu saja di benakku.”

“Jadi Natsunagi, apa kau mencari X ini selama setahun terakhir?”

“Tidak, aku harus istirahat sebentar setelah operasi jantung, jadi saat itu aku tidak bisa melakukan apa-apa meskipun aku menginginkannya. Belakangan ini, aku akhirnya bisa bersekolah, dan kemudian aku melihat berita tentangmu... Kimizuka . “

Begitu ya. Kurang lebih aku mengerti kronologi dan garis besarnya. Tampaknya ini mungkin sangat mudah untuk diselesaikan.

“Perpindahan ingatan.”

Terhadap perkataanku, Natsunagi sedikit memiringkan kepalanya.

Sepertinya kata-kata ini mengambil bentuk katakana dalam dirinya.

Yah, dia seharusnya bisa memahami kata-kata berikut.

“Natsunagi, identitas dari X yang kau cari—adalah orang yang ingin ditemui oleh pendonor jantungmu.”

“...Itu tidak mungkin.”

“Jika memang menurutmu begitu, terus kenapa kau tiba-tiba menyebutkan transplantasi jantung terlebih dahulu?”

Natsunagi tetap diam pada pertanyaanku.

“Katamu kau mulai merasakan keberadaan X setahun yang lalu. Ketika aku bertanya padamu [Apa yang terjadi setahun yang lalu?], kau menyebutkan bahwa kau diselamatkan karena transplantasi jantung. Dengan kata lain, kau sendiri mengakui kalau keberadaan X dan transplantasi jantung itu ada kaitannya. Apa aku salah?”

“......Kau ini agak mengerikan, Kimizuka.”

Natsunagi menatapku dengan mata setengah tertutup. Kurasa aku benar.

“Fenomena perpindahan ingatan ini tidak terbukti secara ilmiah, tapi beberapa kesaksian menunjukkan bahwa ini benar-benar terjadi. Pada tahun 1988, seorang wanita Yahudi bernama Claire Sylvia menjalani transplantasi organ di Amerika. Beberapa hari setelah operasi, ada perubahan pada pola makannya. Tiba-tiba, dia yang tidak suka makan paprika jadi suka memakannya, dia juga menjadi suka terhadap balet dan makanan cepat saji yang biasanya dia hindari. Setelah itu, mereka pun bertanya kepada keluarga pendonor, dan menemukan bahwa hal-hal tersebut adalah apa yang disukai oleh orang yang menjadi pendonor.“

“Bukankah itu semua kebetulan?”

“Bukan hanya itu. Claire melihat nama depan pendonor dalam mimpinya, dan setelah memasitkan itu dengan keluarga pendonor, dia menemukan bahwa memang itulah namanya. Ada juga kasus serupa lainnya... ingin mendengar lebih banyak?”

“...Kimizuka, kau mengerikan.”

Apapun yang dia pikirkan, selamat dia tidak keberatan menerima itu, itu tidak masalah.

“Terus? Bukan aku yang ingin bertemu X, tapi pemilik jantung ini yang ingin bertemu X?”

“Ya, kurasa begitu. Itulah sebabnya, X ini mungkin adalah keluarga, kekasih, atau teman dari si pendonor... yang jelas, salah satu dari antara itu.”

“Jadi begitu...”

Natsunagi meletakkan tangannya di dada kirinya, dan dengan lembut menggigit bibirnya.

“Yah, begitulah, bukankah itu bagus. Sekarang masalah ini terselesaikan.”

Karena aku sudah membantunya sebanyak ini, maka setidaknya dia bisa membantuku membayar kopi ini sebagai hadiah.

Memikirkan itu, ketika aku meletakkan tagihan di atas meja dan berdiri—saat itu,

“Hah? Kau mau ke mana?” Tatapan tajam Natsunagi menusukku. “Jika kau mau pulang, aku akan membunuhmu.”

“Itu ancaman yang cukup menakutkan darimu.”

Dikalahkan oleh niat membunuhnya, aku kembali duduk dengan mata berkaca-kaca.

“Kupikir masalahnya sudah terpecahkan?”

“Bagaimana kau bisa mendapatkan kesimpulan seperti itu ketika melihat seorang gadis lesu yang menggigit bibirnya, dengan satu tangan di dadanya?”

“Sebenarnya, tadi kupikir kau terjebak dalam epilog yang tragis.”

“Kau benar-benar kekurangan emosi yang seharusnya dimiliki manusia.”

Emosi yang harusnya dimiliki manusia? Aku sudah kehilangan hal seperti itu beberapa tahun yang lalu.

“Jadi Natsunagi, seperti yang kubilang, bukan dirimu yang ingin bertemu X, tapi pemilik asli dari jantungmu yang sekarang. Meksi begitu, itu hanyalah peninggalan ingatan yang hidup. Itu tidak ada hubungannya denganmu.”

“Kau salah!” Natsunagi berdiri sambil memukul meja. “Ini bukan hanya ingatan belaka—ini adalah peninggalan perasaan. Sekalipun tubuhnya sudah mati, tapi jantungnya diberikan kepadaku, dan jantung itu ingin mencari X. Berkat jantung ini aku masih bisa hidup, jadi setidaknya aku ingin membalas kebaikannya. Aku ingin jantung ini bertemu X.”

Kata-kata yang dia ucapkan sangat berbeda dari sebelumnya.

Dia berbicara dengan perasaannya sendiri, suaranya sendiri. Inilah buktinya.

“Bukankah itu hanya sekedar kepuasan diri?”

“Ya, ini adalah kepuasan diri. Jantung ini milikku. Karena itulah, aku ingin bertemu orang itu”

“Itu bertentangan dengan apa yang tadi kau katakan.”

“...Diam. Yang jelas, kau harus membantuku.”

Kain lembab terbang ke arahku.

Itu mendarat tepat di wajahku.

Perasaan lembab ini tidak terasa enak.

“...Aku akan dapat imbalan, kan?”

Aku mengambil kain basah itu, dan menatap Natsunagi dengan ekspresi kesal.

“Bukannya aku sudah memberimu imbalan dengan membuatmu menyentuh dadaku?”

“Kesepatakan macam apa itu?”

“Jika kau tidak setuju, aku akan mengungkapkan fetish-mu kepada seluruh siswa di sekolah.”

“Seperti yang kubilang, kata-katamu itu kukembalikan sepenuhnya kepadamu.”

“Uu... hei, apa aku benar-benar seperti itu...”

“Ini sesi konsultasi yang terburuk...”

Pokoknya, kesampingkan dulu lelucon ini...

“...Yah, lagian aku juga telah menerima permintaan ini.”

Aku sudah menerima pekerjaan ini. Aku tidak bisa membiarkan dia begitu saja.

─Bagaimanapun juga, kepentingan klien harus dilindungi apapun yang terjadi.

Itu adalah kata-kata yang gadis itu omeli padaku berkali-kali.

“Kalau begitu, sampai jumpa besok jam 2 siang. Kita akan bertemu di stasiun.”

“Eh, besok?”

“Ya, sekarang sudah cukup larut.”

Sekarang aku harus kembali. Karena tidak punya pilihan, aku mengambil tagihan, dan berdiri.

“Kau ingin bertemu X, kan?”



4 Comments

  1. Tanpa disadari si X adalah si MC 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anjir..baru baca langsung ditampar spoiler keras...

      Delete
    2. Klo dibaca saksama jawaban nya sudah jelas 🤣x:SiMc

      Delete
Previous Post Next Post