Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 3 - Bab 1 Bagian 2

Bab 1 Bagian 2
Raja Undead Bertopeng


“—Sarapannya sudah siap. Nah ayo, makanlah.” dengan tangan di pinggulnya, Regina yang mengenakan pakaian pelayan mengatakan itu.

Rambut twintailnya bersinar, dan mata zamrud besarnya bergerak secara aktif.

Jika Riselia adalah bulan yang lembut, maka Regina adalah gadis dengan suasana yang cerah layaknya matahari.

“Hari ini masakanmu juga kelihatan enak.”

“Fufu, sarapan hari ini adalah pancake empuk kesukaanmu Lady Selia.”

Di atas meja ada  kue roti isi madu, salad sayuran dan kacang, telur goreng, yogurt buah, dan kopi.

Biasanya Riselia yang akan membuat sarapan, tapi sekitar dua kali dalam seminggu, Regina akan datang ke kamarnya untuk membuat sarapan. Rupanya, memasak makanan untuk Lady Selia-nya itu sudah seperti nalurinya sebagai pelayan.

“Yah, lagipula, jika Lady Selia tidak kumasakkin seperti ini, kau akan berakhir memakan makanan yang tidak bernutrisi.”

“A-Akhir-akhir ini aku membuatnya penuh nutrisi kok. Lagipula, ada Leo juga di sini, jadi aku harus melakukan yang terbaik saat memasak.”

Wajah Riselia menjadi sedikit merah. Dia bisa memasak layaknya orang normal, tapi tetap saja, dia tidak bisa menandingi masakan Regina yang merupakan pelayan profesional.

“Hei Nak, mau Kakak suapin gak?”

“A-Aku bisa makan sendiri!”

Sambil sedikit gugup pada Regina yang tersenyum—Leonis memotong pancake menjadi seukuran gigitan dan kemudian membawanya ke mulutnya.

“...Ini enak sekali.”

Dengan satu suapan, Leonis segera menyuarkan kekagumannya.

Kehalusan adonannya pas, dan manisnya madu yang lembut menyebar saat masuk di mulut. Permukaannya renyah, dan itu dipanggang dengan tepat. Leonis berpikir bahwa tubuh manusia itu merepotkan, karena bagaimanapun juga, tubuh itu butuh makan, tapi...

...Tidak buruk juga. Dalam hati, dia memberikan suara kepuasan.

“Fufu, kau benar-benar terlihat menikmatinya, Nak. Itu jadi layak untuk dibuat.”

“Leo, kau juga harus makan salad ini. Bahan-bahannya di ambil dari kebun kita loh.” mengatakan itu, Riselia menempatkan lebih banyak sayuran di piring Leonis.

Dia ini pokoknya sangat ingin agar Leonis makan lebih banyak sayur-mayur.

Apa dia mencoba membuatku makan sayuran supaya aliran darahku tetap lancar?

Belakangan ini, Leonis memiliki keraguan seperti itu terhadap Riselia.

“Nn, ada apa Leo?”

“Tidak, tidak ada apa-apa.”

Sambil mengelebauinya seperti itu, Leonis menyesap kopinya.

...Kopi pagi emang nikmat.

1000 tahun yang lalu, minuman itu masih belum ada. Dan sekarang, itu menjadi minuman favorit Leonis. Warnanya yang hitam benar-benar cocok sebagai minuman untuk Raja Undead. Tentunya, rasanya agak pahit, jadi dia menambahkan banyak gula saat meminumnya.

Dan kemudian, Regina tiba-tiba melihat ke luar jendela,

“Entah kenapa, akhir-akhir ini banyak sekali burung gagak yang bertengger di sekitaran asrama.”

“B-Benarkah? Kupikir itu cuman imajinasimu saja.” Risela tersentak.

“Haruskah kita mengusir mereka?” kata Regina, membuat isyarat memegang senjata.

“B-Bukannya itu agak kasihan terhadap mereka.”

“Kau benar-benar orang yang baik, Lady Selia. Aku menyukai bagian dari dirimu yang seperti itu.” puji Regina, mengangkat bahunya dan tersenyum. “Tapi kalau seperti ini, asrama yang sudah memiliki rumor kalau ini berhantu mungkin akan jadi semakin parah rumornya.”

“Begitukah?” tanya Leonis.

“Ya, ada yang bilang kalau seseorang melihat gadis hantu atau anjing hitam besar berkeliaran di sekitaraan sini...”

“Sekarang setelah kau menyebutkan itu, tadi pagi aku melihat gadis hantu itu!”  kata Riselia.

“Gadis hantu?”

“Ya, dia gadis yang sangat imut, dan dia mengenakan pakaian yang seperti pelayan—”

“Apa kau mau bilang kalau itu aku, Ladi Selia?” sela Regina, menunjuk pada dirinya sendiri.

“Tidak, gadis itu memiliki rambut hitam yang dipotong pendek, dan saat aku melihatnya, dia kelihatan seperti sedang membersihkan kamarnya Leo.”

“......!”  Leonis hampir menyemburkan kopinya. “T-Tidakkah kau salah lihat.”

“...Mmh, begitukah. Kau mungkin benar, lagipula pas aku melihatnya, dia langsung menghilang dalam sekejap mata.”

“Itu pasti cuman halunisasimu karena kau kelelahan kok. Ngomong-ngomong—” mengibuli seperti itu, Leonis mulai mengubah topik pembicaraan. “Hari ini kita akan ada sesi latih tanding, kan?”

“Iya, kalau dipikir-pikir, ini akan menjadi pertama kalinya kau melakukan latih tanding antara peleton.”

Latih tanding tampaknya menjadi program pelatihan utama Akademi Excalibur, yang dimana itu dalam bentuk pertandingan. Sebenarnya, latihan itu harusnya dilakukan lebih awal, tapi itu terpaksa ditunda untuk sementara akibat Stampede yang menyerang Assault Garden Ketujuh melumpuhkan fungsi akademi.

“Lawan untuk latihan ini adalah peleton ke-11 dari Asrama Fafnir. Mereka adalah peleton berpangkat tinggi yang dipimpin oleh Fenris Edelritz.”

Regina menunjukkan terminal kepada Leonis.

Apa yang muncul di layar adalah sosok gadis muda, yang dimana Leonis pernah bertemu dengannya saat pesta di atas Hyperion, dia adalah gadis yang bergabung dalam komite eksektutif.

“Um, memangnya ada gunanya bertarung dengan sesama pengguna Pedang Suci lainnya?” tiba-tiba, Leonis mengajukan pertanyaan sederhana.

Bukankah Pedang Suci adalah kekuatan untuk melawan Void?

“Konon katanya, pertarungan antara sesama pengguna Pedang Suci akan dapat dapat mendorong evolusi Pedang Suci.” kata Riselia, sambil mengangkat jari telunjuknya.

“Evolusi?”

“Ya, Pedang Suci akan beresonansi dengan Pedang Suci lainnya, dan kemudian itu akan mengubah bentuknya.”

“Awalnya, Meriam Naga-ku tidak bisa diubah mode menjadi meriam loh.”

“Begitu ya. Jadi untuk mengevolusikan Pedang Suci—“ gumam Leonis.

Pedang Suci—kekuatan yang diberikan bintang-bintang kepada umat manusia untuk melawan ketiadaan. Itu adalah kekuatan yang pada dasarnya berbeda dari kekuatan sihir yang membangun akal. Seribu tahun yang lalu, manusia lebih rendah dari beastmen dan elf, baik secara fisik maupun sihir. Namun, umat manusia terus bertahan dalam sejarah dan membangun peradaban serta Assault Garden yang maju ini.

Kekuatan Pedang Suci yang berkembang. Itu seolah—

Seolah-olah mewujudkan kekuatan spesies manusia itu sendiri— Saat Leonis memikirkan itu...

“Ini juga adalah latih tanding pertamaku setelah mewujudkan Pedang Suci, jadi aku harus melakukan yang terbaik.”  kata Risela, mengepalkan kedua tinjunya.

“Kalau kau mendapatkan hasil yang baik dalam latihan, kau bahkan mungkin akan di undang ke Festival Tarian Pedang Suci di Ibukota Kekaisaran.”

“Begitukah?”

“Ya, setiap dua kali dalam setahun, Pengguna Pedang Suci dari masing-masing Assault Garden akan dipilih untuk berkompetesi dalam festival seni bela diri. Bagi kita sih, hal seperti itu masih terlau sulit—“

“Itu masih belum pasti loh! Lagipula kau ‘kan sudah menerima Pedang Suci. Selain itu, Leo juga telah bergabung dengan kita.”

“Kau benar. Tapi yang terpenting sekarang, ayo lakukan yang terbaik untuk latihan hari ini.” mengatakan itu, Riselia mengangguk-anggukkan kepalanya.

...Fumu, Ibukota Kekaisaran ya, Tidak buruk. Renung Lonis dalam hatinya

Ibukota Kekaisaran adalah Assault Garden pertama yang dibangun dan menjadi ibukota Kekasiran Terintegrasi. Itu adalah kota yang ingin Leonis kuasai saat ketika Pasukan Penguasa Kegelapan dipulihkan.

Kalau aku terpilih sebagai perwakilan Festival Tarian itu, aku akan dapat mengintai tanpai dicurigai. Terlepas dari pemikiran Riselai dan Regina yang murni, Leonis memikirkan hal-hal buruk seperti itu,

---

Ruang setengah bola yang diterangi oleh cahaya hijau tua.

Di tengahnya, itu bergemuruh pelan.

Cahaya yang memenuhi ruangan adalah cahaya Tungku Sihir yang mengoperasikan Assault Garden.

Inilah kebijaksanaan umat manusia, yang mengedarkan kekuatan sihir yang ditambang dari urat nadi bumi untuk menghasilkan energi dalam jumlah yang besar.

Di atas wadah yang menopang Tungku Sihir itu, ada seorang wanita cantik. Tubuhnya seputih salju, rambu panjangnya berkedip selaras dengan cahaya dari Tungku Sihir.

Setengah tubuh wanita itu menyatu dengan intinya, dan kabel yang tak terhitung banyaknya terhubung ke punggungnya untuk memasok kekuatan sihir ke kota.

Tidak ada cahaya nalar di mata wanita itu, yang hanyalah kegelapan yang hampa.

“Umu, sepertinya banyak perkembangan yang terjadi, semuanya berjalan dengan baik.”

Dan kemudian, suara ceria yang bisa dikatakan tidak pada tempatnya bergema di ruangan itu.

Dengan suara hentakan sepatu yang tenang, muncul seorang pria. Dia adalah pria muda yang mengenakan pakaian pendeta putih bersih. Rambutnya putih bersih, mata birunya memberikan kesan cahaya yang lembut. Hanya dengan kehadarinnya di sana saja, suasana ruangan itu berubah menjadi suasana yang seperti katedral.

Pria muda itu tersenyum saat dia menatap wanita yang menyatu dengan Tungku Sihir itu.

“Pertama-tama, bisa dibilang ini berhasil. Yah, aku menawarkan ratusan Pedang Iblis sebagai upeti. Karena kalau tidak, para tua bangka dari sekte itu akan marah padaku.”

Dengan senyuman di wajahnya, dia menyentuh Tungku SIhir yang bersinar.

“Seperti yang telah dinubuatkan—sudah hampir waktunya bagimu untuk terbangun, Dewi.“

---

[Ranah Ketiadaan] para Void ditutupi dengan miasma yang begitu padat.

Dari alam itu, tempat yang tidak pernah bisa dimasuki umat manusia, muncul sesuatu yang membelah lautan, dan yang terlihat setelahnya adalah struktur buatan yang sangat, sangat besar.

Itu adalah tembok terakhir yang dibangun untuk melindungi umat manusia dari para rasul ketiadaan.

Enam tahun yang lalu, itu adalah kota terbengkalai, yang seharusnya telah dihancurkan saat insiden Stampede.



1 Comments

Previous Post Next Post