Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 3 Bagian 6

Bab 3 Bagian 6
Cara menggunakan harta senilai tiga miliar yen


“Di sini juga tidak ada,ya...?”

“Kurasa begitu. Kalau gitu ayo pergi ke tempat berikutnya.”

Dengan perasaan yang sedikit kesal, aku dan Saikawa meninggalkan restoran setelah melakukan pemeriksaan, dan pergi ke lokasi berikutnya.

Sekarang, kami sedang bergerak menyusuri kapal untuk mencari warisan Siesta... atau itu mungkin kurang tepat. Kami sedang mencari Natsunagi.

“Sial, di sini juga tidak ada...?”

“Aku dengan pasti menggunakan kemampuan 《Mata Kiriku》, jadi tidak mungkin kalau aku melewatkan sesuatu...”

“...Kau ada benarnya.”

Aku mengepalkan tinjuku, hingga kuku jariku menggores telapak tanganku saat aku mati-matian mempekerjakan kemampuan otakku.

Pesan yang tertulis di penanda itu dengan jelas menyatakan tuntutan sang pelaku, yaitu “Kalau mau Natsunagi selamat, maka serahkan warisan Siesta”.

Namun yang juga jadi masalah di sini adalah, kami sendiri bahkan tidak tahu apa sebenarnya warisan Siesta. Charl cuman bilang tentang keberadaan warisan itu kemarin, jadinya kami tidak tahu pasti apa sebenarnya warisan itu. Charl juga... mungkin tidak tahu apa-apa seperti pelaku. Karenanya, Natsunagi dijadikan sandera, dan kami diperintahkan untuk menemukan warisan itu.

...Namun, dalam situasi ini, ada satu hal yang kami tahu.

“Pelaku kali ini pasti 《SPES》, kan?”

“Mengingat bagaimana mereka mencari warisan detektif hebat, itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti.”

Saat kemarin aku dan Charl berbicara, aku menyinggung kalau ada kemungkinan 《SPES》 memperhatikan warisan Siesta, dan naasnya, kemungkinan ini menjadi kenyataan dalam bentuk penculikan.

《SPES》 takut terhadap benih yang ditanam Siesta di kapal ini, kemudian mereka menyelinap ke kapal dan ingin segera menghilangkan benih itu sebelum tumbuh. Namun, mereka tidak bisa menemukannya, dan hal tersebut membuat musuh merasa kesal. Karenanya, kami, pihak yang dalam hal ini memiliki keterkaitan menjadi sasaran karena kami juga naik di kapal yang sama.

“Tapi kita sendiri juga tidak tahu...”

Itu sebabnya kami tidak mencari warisan Siesta, melainkan langsung mencari Natsunagi. Kami mencari menyusuri fasilitas demi fasilitas... dan karena tidak nyaman untuk memasuki kamar tamu, Saikawa menggunakan 《Mata Kirinya》 untuk mencari Natsunagi.

“Ini tempat berikutnya.”

Kami tiba di teater besar.

Saat malam hari, akan ada musikal yang diselenggarkan, dan mereka akan berlatih di siang hari. Normalnya akses masuk ke dalamnya akan dilarang, tapi karena kewanangan Saikawa, kami diizinkan untuk masuk.

“Jadi, apa kau ada melihat sesuatu?”

Saikawa pun melihat sekeliling dari barisan belakang teater . 《Mari kiri》 itu mampu melihat menembus penutup mata, di bawah lantai, bagian belakang pintu, dan di mana pun. Meskupun di sini pelaku menyembunyikan Natsunagi, harusnya Saikawa akan bisa segera menemukannya.

Dan kemudian—

“Tidak. Natsunagi-san juga tidak ada di sini.”

“...Begitu ya.”

Karena Saikawa bilang begitu, maka kami tidak punya pilihan selain mencari di tempat lain. Ruangan yang belum kami periksa masih banyak, jadi kamu harus bergegas sebelum keadaannya menjadi semakin merepotkan.

“Saikawa, ayo pergi ke tempat berikutnya. Kita tidak punya banyak waktu.”

“...Erm, Kimizuka-san. Bisakah kau tenang sedikit?”

“Di situasi seperti ini kita tidak boleh buang-buang waktu dengan membicarakan hal yang tidak penting. Kita harus menemukan Natsunagi secepat mungkin...”

“Kimizuka-san!”

Aku hendak berbalik dan pergi, namun Saikawa meraih lengan kananku.

“...Kimizuka-san, wajahmu terlihat menakutkan.”

Saikawa menatapku.

Untuk pertama kalinya, aku tersadar bahwa dia memiliki senyum masam yang lembut.

“...Wajahku memang selalu seperti ini.”

“Bohong. Dirimu yang sebenarnya memiliki wajah yang baik, Kimizuka-san.”

Tidak ada gunanya kau berbohong padaku. tambah Saikawa, kemudian melepaskan lenganku.

“Dan juga, aku minta maaf, tapi... aku terbebani saat aku menggunakan 《Mata Kiri》 ku.”

“...Begitu ya. Maaf.”

Aku sama sekali tidak memikirkan tentang itu. Jika demikian, mungkin aku sudah membuatnya terlalu memaksakan diri. Aku memejamkan mata, mengusap pelipisku, dan mencoba kembali ke diriku yang biasanya.

“Tidak apa-apa—pegang tanganmu, puta-putar bahumu, bernapas dengan tenang, pejamkan matamu, tarik napas dalam-dalam, kemudian hembuskan. Rasakan darahmu mengalir, buka matamu, dan penglihatanmu yang kabur akan jelas.”

“Apaan coba itu?”

“Kalau aku merasa gugup saat akan melakukan live konser, itu adalah sesuatu yang akan kulakukan supaya aku bisa tenang. Bisa dibilang, ini seperti mantra.”

Bagaimana kalau kita duduk dulu? Aku mengiyakan saran Saikawa, dan kami duduk di bangku penonton yang kosong. Gladi bersih “The Phantom of the Opera” sedang berlangsung di atas panggung.

“Maaf sudah merepotkanmu.”

Aku sungguh tidak sedap dipandang, gumamku.

Terhadap gadis yang lebih muda dariku, aku menundukkan kepalaku dengan sepenuh hati.

“Tidak sedap dipandang? Kau, Kimizuka-san?”

“Ya, habisnya memang gitu, kan? Aku jadi panik saat mengetahui Natsunagi hilang... Aku bahkan sampai tidak memikirkan situasimu, dan malah terus membuatmu kerepotan.”

Jika Siesta ada di sini, aku tidak tahu akan seberapa marah dia padaku. Mungkin saja dia akan mengatakan aku gagal sebagai asisten, dan kemudian memecatku saat itu juga. Aku benar-benar terlalu malu untuk menghadapinya.

“Fufu, kau benar-benar mengatakan sesuatu yang menarik, Kimizuka-san.”

“Hei... Dalam situasi ini aku tidak lagi ingin bercanda.”

Meskipun aku bilang begitu, tampaknya Saikawa benar-benar asik sendiri, tubuh mungilnya bergetar saat dia cengegesan.

“Kayaknya kau tidak pernah berhasil memenuhi harapan orang lain, Kimizuka-san, dan kemudian kau akan merasa bertanggung jawab, atau meminta maaf—” Saikawa berhenti, dan mengambil nafas dalam-dalam, “—Tapi asal tahu saja, sejak awal aku tidak pernah memiliki harapan untukmu, Kimizuka-san!”

Bagaimana pendapatmu tentang itu? tambahnya, saat menunjukkan jari telunjuknya ke arahku dengan gembira.

“...Apa aku diperlakukan sebagai orang yang tidak berguna?”

Ini aneh, ‘kan? Padahal kupikir aku memiliki hubungan yang sampai pada tingkat saling percaya dengan Saikawa!?

“Hmmm~, kau salah.”

Tapi saat dia bilang begitu, “Kau ini sungguh tidak tahu apa-apa ya, Kimizuka-san” dia menambahkan itu sambil melambaikan tangan dan menggelengkan kepalanya dengan keras.  Dia ini menganggapku tolol apa yak?

“Dengar, pas aku bilang [Sejak awal aku tidak pernah memiliki harapan untukmu], yang kumaksud itu [dalam artian yang baik].”

“Pikirmu dalam pembicaraan ini, itu bisa dianggap sebagai [dalam artian yang baik]?”

 “Kesampingan saja itu mah.”

Oi, jangan menghindar begitu. Ampun dah nih gadis SMP.

“Aku juga sama kok di sini.”

“...Sama?”

Ucapan itu mengingatkanku pada percakapanku dengan Natsunagi kemarin.

“Aku sama sepertimu, Kimizuka-san. Aku tidak bisa hidup sendiri.”

Seseorang yang tidak bisa hidup sendiri. Begitu aku mendengar kalimat itu, aku merasakan suatu dentaman di jantungku.

“Bagiku, itu adalah orang tuaku. Dan bagimu, Kimizuka-san, itu adalah Siesta-san... mereka semua adalah keberadaan yang klasik.”

Tapi, kami kehilangan mereka semua.

“Aku kehilangan tujuan hidupku, dan terikat pada janji masa lalu... aku bahkan hampir melakukan sesuatu yang tidak akan bisa kutarik kembali.”

Janji masa lalu, hal-hal yang tidak dapat ditarik kembali.

Itu semua tidak bisa begitu saja dianggap sama sekali tidak memiliki keterkaitan. Jika aku berada di sekolahnya, tidak ada yang tahu apa yang akan kulakukan. Sebaliknya, bagiku, keberadaan Siesta adalah—

“Tapi, kau adalah orang yang menyelamatkanku meskipun kita berada dalam situasi yang sama... begitu juga dengan Nagisa-san.”

“Begitu ya. Jadi itu sebabnya...”

“Ya. Kalian berdua menyelamatkanku meskipun kalian sama-sama tidak sempurna. Kalian berada di posisi yang sama, dan bilang padaku bahwa kalian akan berjalan di sampingku. Itu sebabnya, aku tanpa ragu memegang tangan itu.”

Setelah serangan di live konser, dia memegang pistol dengan tangan kanannya, dan itu adalah perasaan yang dia miliki saat itu. Kala itu, aku benar-benar merasa bahwa aku begitu mudah tertipu... seorang yang tidak sempruna dan mengecewakan.

Tampaknya, Mata Kiri Saikawa dapat dengan mudah melihat menembus fasad yang lemah.

“Karenanya, aku tidak enak untuk mengatakan ini, tapi aku tidak terlalu berharap padamu Kimizuka-san. Kau tidak perlu terlalu mengkhawatirkanku—lagian, kita adalah sekutu, kan?”

Saikawa melepas penutup mata kirinya.

Biru—tidak memiliki maksud, perasaan, kebohongan. Hanya biru yang jernih dan dalam.

“Ah, tidak apa-apa. Itu juga tidak apa-apa.”

Aku memuji Siesta dari dua tahun lalu di hatiku.

Super idol yang kau lihat sedang berdiri di samping kita untuk melindungi tekadmu.

“Tapi ‘kan, karena Kimizuka-san adalah asistennya detektif hebat, maka aku adalah asistennya si asisten.”

“Asistennya, asisten detektif hebat?”

“Ya, benar. Rasanya seperti boneka Matryoshka ya.”  katanya sambil cekikikan, “Aku tidak tahu apakah aku akan bisa menjadi tangan kananmu, tapi setidaknya, kupikir aku bisa menjadi mata kirimu.”

Ah, dia terdengar sungguh bisa diandalkan.

Aku sungguh merasa bahwa sekalinpun tidak ada cahaya di jalurku, aku akan dapat melanjutkan perjalanan tanpa ragu-ragu.

 

Setelah itu, kami melanjutkan pencarian menyusuri kapal, dan dengan cepat memeriksa seluruh ruangan.

“...Masih tidak ketemu juga.”

Tanpa kami sadari, matahari sudah terbenam, dan batas waktunya semakin dekat. Dan meskipun situasinya seperti, kami masih tidak menemukan apa pun.

“Tapi, Kimizuka-san.”

“Ya.”

Karena tidak ada hasil dari penyelidikan kami.

Hanya ada satu kesimpulan.

Mulai sekarang, tidak perlu alasan, taktik, atau apa pun.

“Ini perang habis-habisan.”



1 Comments

  1. Asistennya asisten detektif hebat, Saikawa best girl pdhl masih 14 THN.... Boneka dari Rusia.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post