Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 3 Bagian 7

Bab 3 Bagian 7
Cahaya Dalam Harapan (Keputusasaan)


Di waktu pertemuan yang ditentukan, pukul 8 malam, aku tiba di dek utama. Hal pertama yang memasuki penglihatanku adalah hamparan hitam dari langat malam yang luas. Satu-satunya orang yang ada di tempat ini hanyalah aku... atau begitulah kelihatannya.

Tapi karena musuhlah yang mengatur tempat dan waktu ini, tentunya dia akan ada di sini. Atau mungkin saja, dia sudah ada di sini.

Dalam kegelapan, aku memfokuskan penglihatanku. Aku tidak tahu dimana dia bersembunyi. Bahkan, jika dia sembunyi, mata Saikawa tidak akan bisa melihatnya. Lagipula, musuh memang mampu melakukan itu.

Seperti misalnya saat aku menyinggung masalah ilusi optis pada Charl. Karena bahkan mata kiri Saikawa tidak bisa melihat apa-apa, berarti musuh memiliki teknologi untuk bersembunyi dari mata manusia.

Dan selama tiga tahun yang kulalui sebagai asisten, aku pernah bertemu orang seperti itu sebelumnya.

“Gak usah main sembunyi-sembunyian. Tunjukkan dirimu—《Chameleon》”

Aku memelototi musuh yang tak terlihat.

Kembalikan Nagisa Natsunagi padaku.

“Haha. Kau selalu saja kasar seperti biasanya.”

Sebuah suara terdengar dari ruang yang kosong.

“Padahal aku sudah sabar untuk menunggu dalam waktu yang lama loh. Astaga, kau masihlah orang yang tidak tahu sopan santun.”

Di ujung dek, dia mulai menunjukkan diri dengan punggung yang menghadap ke lautan hitam.

Ruang tampak terdistorsi, dan tidak lama setelah itu, terlihat suatu siluet.

Di bawah sorotan cahaya, muncul seorang pria lemah berambut perak dengan wajah khas orang Asia. Sama seperti telinganya Komori, dia menjulurkan 《lidah》 yang terlihat seperti tentakel.

Dia adalah Chameleon, pelaku yang menculik Natsunagi.

Sesuai dengan codename-nya, dia punya lidah yang panjang dan memiliki kemampuan untuk berbaur dengan warna-warna di sekitarnya.

Aku bertarung melawan orang ini selama tiga tahun aku menjasi asistennya Siesta.

Tentunya, sama seperti yang barusan, aku tidak bisa melihatnya, dan hanya bisa menentukan keberadaannya melalui suaranya—ini kali pertama aku melihat sosoknya secara langsung.

“Sebenarnya aku ingin memainkan beberapa trik lagi karena setelah cukup lama, kita akhirnya bisa bertemu kembali seperti ini... tapi yah, aku juga orang yang tidak sabaran. Jadi sudah saatnya membahas masalah utama.”

Mengatakan itu, Chameleon menjulurkan lidahnya, dan kemudian menunjukkan seseorang.

“Natsunagi!”

Aku hendak bergegas ke arahnya, namun lidah yang seperti tentakel itu langsung mengangkatnya tinggi-tinggi.

“Ayolah, jangan terburu-buru seperti itu.”

“Kuh...”

Dia mengangkat lidah aneh itu setinggi sepuluh meter, mengeluarkan tubuh Natsunagi dari kapal, dan menggantungnya tepat di atas laut.

“Uu...”

Kelihatannya Natsunagi masih pingsan, dia meringis kesakitan saat matanya masih terpejam.

“Tunggulah di sana. Aku akan menyelamatkanmu sekarang.”

Aku meraih sarung pistolku.

“Haha, kenapa tidak tenang sedikit dulu?”

“Bacot. Tarik kembali benda menjijikkan itu ke dalam mulutmu. Satu-satunya yang bisa melambaikan lidah dan terlihat imut adalah Golden Retriever.”

Jangan bicara secara normal dengan lidah yang menjulur seperti itu.

Dengan cemas, aku mencabut pistolku dan menarik pengamannya.

“Haha, kau masih sesemangat dulu ya? Kau memiliki bayangan detektif hebat itu di dirimu.”

“Lah, sekarang kau mau bernostalgia? Tadi siapa yang bilang saatnya membahas masalah utama?”

...Sekalipun kami melakukan pertukaran seperti itu, aku kembali bertanya untuk menenangkan kepalaku yang terbawa dorongan hati.

“Apa tujuanmu?”

Tentu saja, secepat mungkin aku harus menyelamatkan Natsunagi... namun, aku juga punya misi lain.

—Aku harus mengulur waktu.

Semua penumpang yang ada di kapal ini sedang menuju sekoci di bawah komando Saikawa. Ini merupakan operasi yang mempertaruhkan karisma Saikawa sebagai sang pemiliki, atau lebih tepatnya, sebagai super idol... jadi sudah jelas, akan membutuhkan waktu supaya semua orang dapat mengungsi. Misi terakhirku adalah melindungi Natsunagi dan mengulur waktu agar semua penumpang dapat mengungsi.

“Aku sudah berkali-kali mengatakan tujuanku—serahkan warisan detektif hebat itu. Jika kau melakukan itu, maka kau tidak akan perlu menggunakan benda berbahaya itu. Aku akan mengembalikan gadis ini kepadamu.”

Chameleon mencibir saat melihat benda yang ada di tanganku.

Seperti dugaan, Chameleon... 《SPES》 mengincar warisan yang Siesta tinggalkan di kapal ini. Dimana warisan itu seharusnya akan menjadi kartu andalan untuk mengalahkan 《SPES》.

“Aku mau saja menyerahkannya, tapi sayangnya, kami bahkan tidak tahu apa warisan itu.”

“Hm, begitukah... oh baiklah, aku sudah membiarkanmu berkeliaran sepanjang hari, tapi sepertinya kau memang sama sekali tidak tahu. Padahal kuharap kau akan menemukannya, tapi ini sungguh disayangkan.”

Jika dia bilang begitu, maka berarti Chameleon telah membaur dengan sekitar dan mengawasi kami saat dia tidak terlihat, ya? Jika demikian, dia mungkin mengerti bahwa tidak mungkin menukar nyawa Natsunagi dengan warisan Siesta.

“Yah, begitulah. Sekarang, bisakah kau menyerahkan gadis itu dengan patuh kepadaku?”

Aku menurunkan pistolku, dan mencoba bernegosiasi dengan Chameleon.

“Oh, kau mengatakan sesuatu yang menarik. Kita tidak dalam kondisi yang setara di sini. Apa untungnya bagiku jika aku menyerahkan gadis ini padamu?”

“Untung? Bagaimana dengan ini, kembalikan Natsunagi dengan patuh, dan dengan begitu kau tidak perlu khawatir tentang pantatmu yang akan ditembak olehku. Dan kemudian, kau akan dapat kembali dengan selamat ke tempat ibumu... bagaimana?”

“...Haha, kelihatannya aku benar-benar diremehkan.”

Chameleon masih santai seperti sebelumnya, tapi dia menatapku dengan tatapan yang cukup kesal.

“Tampaknya kau salah paham di sini, Dalam negosiasi ini, kau sama sekali tidak memiliki keuntungan.”

《Lidah》 Chameleon mengencangkan cengkeramannya pada tubuh Natsunagi.

“Uu... ggrr...!”

“Natsunagi...!”

“Kimi, zuka...?”

Natsunagi, yang dililit oleh lidah Chameleon, membuka matanya. Dia melihat sekeliling, dan tampaknya telah memahami situasinya. Namun, bahkan dalam situasi seperti itu, dia tersenyum.

“...Ahaha, sepertinya aku telah mengacaukan segalanya.”

Maaf, gumamnya.

Aku tidak ingin melihat dia menunjukkan senyum bermasalah seperti itu.

“Kau tidak bisa menemukan warisan dari detektif hebat—ini artinya, kondisi awal yang ditentukan tidaklah valid, benar begitu ‘kan?”

Tidak mengindahkan percakapan kami, Chameleon memberikan kondisi baru.

“Jadi, nyawa gadis ini, atau nyawa semua penumpang di kapal ini. Yang mana yang akan kau pilih?”

“...!”

...Ugh, jadi dia tahu, ya? Apa dia hanya tahu kalau aku sedang mengulur waktu, ataukah dia tahu bahwa penumpang sedang dievakuasi? Tapi, bagaimana dia bisa tahu....

“Jadi, apa rencanamu? Membunuh semua penumpang? Sebelumnya kau sendiri yang mengatakannya, kan? Apa untungnya bagimu melakukan itu?”

“Haha, jadi sekarang kau menanyaiku? Tapi asal tahu saja, nyawa awak dan penumpang di kapal ini, oh, tampaknya aku keceplosan.”

“Keceplosan?”

“Ya, tujuanku yang sebenarnya adalah menenggelamkan kapal ini.”

Lagipula, warisan detektif hebat itu ada di kapal ini, tambah Bunglon.

“Karena kau tidak bisa menemukannya, maka biarlah. Lagian ini sederhana, aku hanya perlu menghancurkan sesuatu yang tidak bisa kudapatkan.”

“...Jadi artinya, nyawa penumpang hanyalah jaminan dalam menenggelamkan kapal ini?”

“Ya, ini hanya disebabkan oleh penyelesaian tujuan ini.”

Begitu aku mendengarnya, sekali lagi aku menodongkan pistolku. Aku punya pertanyaan yang ingin kutanyakan, jadi aku tidak boleh sampat bertindak tanpa berpikir.

“Terus, bagaimana dengan Natsunagi? Apa untungnya bagi kalian dengan membunuhnya!?”

Itu adalah kehidupan seorang gadis belaka, namun organisasi 《Homunculus》 ini mengawasinya. Jadi, apa untungnya bagi mereka...

“Itu juga sangat sederhana. Di dalam diri gadis ini, mengalir darah dari detektif hebat itu.”

“...!”

Pikiranku bergetar hebat.

Yah, ini mungkin sudah bisa dibayangkan.

Target utama 《SPES》bukanlah aku atau Saikawa—melainkan Natsunagi. Dan alasan untuk itu sederhana; karena Natsunagi memiliki jantung Siesta...

“Tapi tenanglah. Aku tidak akan membunuhnya dengan mudah.”

“Membunuhnya, dengan mudah?”

Untuk beberapa alasan, aku tidak bisa menentukan niat baik apa pun dari kata-kata itu.

“Ya, lagian ‘kan, di dalam dirinya ada jantung dari detektif hebat itu. Jadi, kami akan melakukan eksperimen manusia padanya, dari ujung kaki hingga ujung rambut—ada suatu manfaat dalam menyelidikinya sepenuhnya, kan?”

Dengan ekspreci licik, Chameleon menyipitkan matanya, dan kemudian ujung lidah yang aneh itu disentuhkan ke pipi Natsunagi.

“...Tidak!”

Lidah panjang yang seperti ular itu tidak melepaskan Natsunagi, yang terus meronta-ronta. Dan Natsunagi, yang berada di luar kapal, di atas laut yang gelap karena lidah yang dijulurkan, meringis kesakitan.

“Sial, lepaskan dia!”

Aku menodongkan pistolku ke arah Chameleon. Jika aku menarik pelatuknya di sini, pelurunya pasti akan menembus dahinya.

“Jangan emosian seperti itu, kau harus tenang. Jika kau menembakku, gadis ini akan terjatuh ke laut malam. Kalau suadh seperti itu, tidak akan ada harapan untuk menyelamatkannya, kan?”

“Ku...”

Ah, tanpa kau memberitahuku pun, aku sudah tahu akan itu.

Namun, sekalipun aku sudah mengatahuinya, dorongan hatiku membanjiri rasionalitasku, membuatku tidak bisa mengendalikannya lebih lama lagi. Dengan sekuat tenaga, aku menggunakan tangan kiriku yang gemetaran untuk menekan tangan kananku yang mengamuk.

“Sekarang, tentukan pilihanmu. Nayawa gadis ini, atau nyawa banyak penumpang di kapal ini—pilihlah salah satunya.”

Dan dengan begitu, dilema terburuk yang pernah ada kini diajukan kepadaku.

Jika aku menyelamatkan Natsunagi, nyawa banyak orang akan hilang. Dan jika aku menyelamatkan mereka, Natsunagi akan dibawa untuk dijadikan percobaan manusia, dan kemudian, dia akan dibunuh.

—Bagaimana aku harus memilih di sini?

Tapi jika di sini aku tidak memilih, keduanya akan terjadi, dan itu jelas merupakan skenario yang terburuk... tidak, yang kuhadapi adalah orang-orang itu. Sekalipun aku meninggalkan salah satunya, pihak lain mungkin tidak akan terselamatkan. Ini sama dengan kasusnya Saikawa. Begtiulah bagaimana orang-orang dari 《SPES》 akan bertindak.

Jadi dalam hal ini, satu-satunya pilihan yang kumiliki sejak awal adalah—

“Kimizuka.”

Sebuah suara memanggilku.

“Tembaklah aku.”

Kata gadis itu. Bahkan dalam kegelapan ini, dia menunjukkan ekspresi bangga dari bunga putih yang mekar sendirian di atas tebing.

“Kau ini bicara apa, Natsunagi?”

Natsunagi, yang dililit oleh 《lidah》, bernapas dengan ringan, namun dia menatapku dan menyampaikan pikirannya.

“Sederhana, bukan? Apa yang paling penting sekarang adalah memikirkan cara memaksimalkan kebahagiaan. Apa kau masih belum melakukan kalkulasi?”

“...Ini tidak seperti dirimu berpikir begitu rasional seperti itu.”

“Benarkah? Mungkin memang begitu. Tapi dalam situasi ini, kau tidak membutuhkan senitemenku. Yang kau butuhkan adalah pemikiran rasional seorang detektif hebat.”

“Bukannya kau si detektif hebat itu?”

“Bukan. Aku bukan siapa-siapa, aku hanya tiruan.”

“Tapi...!”

“Kimizuka.”

Sekali lagi, Natsunagi memanggil namaku.

“Aku senang saat kau mengatakan bahwa aku tidak harus menjadi pengganti siapa pun.”

Terima kasih.

Aku bisa melihat senyuman di bibirnya.

Jika aku menembak Natsunagi, musuh akan kehilangan sandera, dan mungkin akan memutuskan untuk menenggelamkan kapal ini bersama para penumpangnya. Tapi daripada sampai membiarkan itu terjadi, maka aku lebih baik mati. Jika Natsunagi tidak menjadi sandera, aku bisa menembak musuh tanpa ragu-ragu. Aku tidak berpikir bahwa aku memiliki peluang seratus persen untuk menang, tapi setidaknya, aku memiliki peluang lima puluh persen.

Itu sebabnya, ya.

Tidak bisa disangkal bahwa keputusan Natsunagi agar aku menembaknya adalah benar.

Dan, jika demikian, tindakan yang harus kulakukan—

“Kimizuka.”

Saat itu, Natsunagi memanggil namaku sekali lagi.

 

“Tembak.”

 

Pada saat itu.

Pikiranku mengingat kembali kenangan masa lalu.

Seorang gadis berambut putih menghadapi musuh luar biasa sendirian, dan dia menyembunyikan fakta tentang itu dariku.

Ya, dia selalu berkorban, dan terus melakukannya lagi dan lagi. Dia selalu salah mengira bahwa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Aku ingat bahwa aku pernah mencelanya dengan kasar, dan dia menunjukkan ekspresi terkejut yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku masih mengingat momen itu dengan jelas.

Saat aku mengingat momen itu... ahh, aku sampai pada kesimpulan bahwa ini adalah hal yang sama.

Saat ini, Natsunagi sama dengan dia saat itu.

Dan dengan demikian, pada saat ini,

Saat aku memikirkan momen ketika aku mendengar kata-kata Natsunagi—aku memutuskan tindakanku.

 

“—Pengkoreksian itu tidak diperlukan.”

 

Natsunagi melebarkan matanya.

“Kau bilang dirimu bukan siapa-siapa?”

Aku mengambil langkah menuju Natsunagi.

Tentunya, Chameleon mewaspadaiku, dan memposisikan dirinya untuk bisa menyerangku... namun, aku dengan cepat membidik di antara alisnya sebelum itu terjadi.

“...Ya, aku hanyalah orang yang palsu, yang hanya bisa meniru cara hidup orang lain. Aku bukanlah siapa-siapa.”

“Begitu ya. Kalau begitu justru bagus.”

Aku mengambil satu langkah lagi menuju Natsunagi.

“Karena, dengan dirimu yang bukan siapa-siapa, mulai hari ini kau bisa mencoba menjadi seseorang.”

Jika kau tidak tahu caranya terbang, kau bisa bertanya kepada seseorang bagaimana cara mengepakkan sayapmu.

Jika kau tidak tahu bagaimana caramu untuk hidup, kau bisa berjalan bersama seseorang.

Kau menghabiskan delapan belas tahun hidupmu di atas ranjang, jadi kau pasti akan menikmati lari seratus meter lebih dari siapa pun di dunia ini. Ada begitu banyak hal, yang menarik, yang tidak kau ketahui. Dan mulai sekarang, kau bisa menjadi siapa saja.

“Karenanya, aku melakukan ini.”

Aku menodongkan senjataku ke arah Natsunagi.

“...Astaga, sekarang ini jadi agak merepotkan. Niatku adalah membawanya ke sarang kami dan membuatnya bekerja sama dalam eksperimen kami. Jadi untuk saat ini, aku tidak bisa membiarkanmu membunuhnya.”

Chameleon mencibir dengan lelucon yang tidak menyenangkan. Sepertinya dia salah paham di sini. Yah, lagian tidak mungkin dia tahu.

Di malam yang gelap itu, Natsunagi bersumpah padaku.

 

“Nagisa Natsunagi tidak akan mati sebelum aku.”

 

Maaf saja, tapi itu adalah janji kami.

Aku mengeker dan menembak lidah Chameleon yang melilit tubuh Natsunagi.

“Gaaahhhh!”

Chameleon mengerang kesakitan saat darah mengalir ke mana-mana, dan kemudian,《lidahnya》terpotong menjadi dua.

Sedangkan untuk Natsunagi, yang terlilit oleh lidah itu, jatuh ke atas laut—tapi,

 

“Nagisa-san—!”

 

Saat Natsunagi hanya berjarak beberapa inci dari laut hitam, sebuah pelampung dikeluarkan dari sekoci kecil, dan kemudian terselip di bawahnya.

“Kita terlambat!”

Ahh, Saikawa. Cahaya biru yang bisa bersinar dalam kegelapan itu benar-benar bernilai tiga miliar yen.



2 Comments

  1. Nice Saikawa, Kimihiko mirip ke Ai dari Re:lief, lol...

    Karena, dengan dirimu yang bukan siapa-siapa, mulai hari ini kau bisa mencoba menjadi seseorang.”

    Jika kau tidak tahu caranya terbang, kau bisa bertanya kepada seseorang bagaimana cara mengepakkan sayapmu.

    Jika kau tidak tahu bagaimana caramu untuk hidup, kau bisa berjalan bersama seseorang.

    Kau menghabiskan delapan belas tahun hidupmu di atas ranjang, jadi kau pasti akan menikmati lari seratus meter lebih dari siapa pun di dunia ini. Ada begitu banyak hal, yang menarik, yang tidak kau ketahui. Dan mulai sekarang, kau bisa menjadi siapa saja.

    Kimihiko best MC woeeeee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gila bener bener nusuk kata katanya

      Delete
Previous Post Next Post