Kanojo no Imouto to Kiss wo shita Volume 2 - Bab 3 Bagian 2


Bab 3 Bagian 2 - Pukul 8 Malam X Etiket


Meskipun saat itu sudah hampir pertengahan musim panas, di saat kami meninggalkan sekolah, matahari sudah terbenam.

Dengan hanya diterangi oleh lampu jalan, kami berdua berjalan berdampingan di sepanjang jalan.

Kemudian, Haruka meminta maaf atas keributan yang terjadi sebelumnya.

“Maaf ya, Hiromichi-kun. Ketua kami memang agak aneh orangnya.”

...Agak ya?

“Yah, lagian aku sudah sering melihatnya, jadi kurang lebih aku sudah terbiasa dengan tingkahnya itu.”

“Aku mengikutinya sebagai sesama anggota klub, tapi meskipun dia adalah orang yang seperti itu, dia punya kepribadian yang luar biasa.”

“Aku tahu, dia itu sangat terkenal.”

Dia memang orang yang agak aneh, namun bukan hanya dia merupakan siswi terbaik di kelas 3 jalur khusus, tapi dia juga seorang penulis yang cukup terkenal yang memulai debutnya dua tahun lalu dengan memenangkan hadiah bergengsi atas karyanya.

Kurasa dia berada di liga miliknya sendiri.

Ketika kami menyusuri jalan sambil bercakap-cakap, ada motor yang lewat di depan kami. Sontak saja, aku segera menarik tangan Haruka ke belakang supaya dia terhindar dari bentrokan dengan motor tersebut.

Pada saat itu, aku menyadari bahwa diriku memegang tangannya seolah-olah itu adalah hal yang biasa.

“...Hihi. Makasih ya. Berpegangan tangan seperti ini membuatku teringat akan kencan kita kemarin.”

“O-oh...”

“Aku sungguh bersenang-senang dengan kencan kita itu. Aku sangat gugup begitu aku sampai di rumah, bahkan aku sampai jadi tidak bisa tidur. Itu sebabnya, aku merasa sedikit mengantuk hari ini.”

“Aku juga..., Sepanjang malam kemarin aku terus terjaga sampai pagi.”

Ya Tuhan. Rasanya aku ingin muntah karena perasaan bersalah.

Habisnya, saat Haruka merasa bahagia dengan ciuman kami, aku mencium Shigure, dan itulah alasan kenapa aku tadi malam tidak bisa tidur.

Sejak kejadian itu, sepanjang hari ini aku jadi terus memikirkan Shigure.

Tapi yah, cukup sejauh itu.

Aku telah mengambil keputusan.

Tentunya, kiprahku melambat, tapi untuk mengarahkan pikiranku ke jalur yang benar, aku harus mencium Haruka sekarang.

Dan yang jadi masalahnya adalah, bagaimana caraku menciumnya?

Oh, benar juga. Karena topik tentang  kencan kami yang kemarin baru saja muncul, jadi haruskah aku melanjutkan segala sesuatunya dari situ?

“Dan..., kau tahu. Hari ini kami meminta bantuan dari tim angkat besi untuk mempraktikkan alat peraga saat istirahat makan siang, tapi Takeshi-kun mulai melakukan latihan halter dengan amplifier, dan ketua jadi marah.”

Tidak, tidak...

Selagi aku sibuk memikirkan tentang bagaimana aku harus menciumnya, topiknya kini sudah berubah dari kencan kemarin menjadi otot.

Duh gimana nih, mengingat aku tidak menguasai 'seni memulai percapakan', aku tidak bisa mengarahkan percakapan kami ke ciuman.

“Tiap kali dia memegang sesuatu dengan berat yang normal, dia akan langsung mulai melatih ototnya.”

“Dia itu sangat tabah.”

“Yah, kurasa itulah yang orang-orang sering sebut sebagai maniak.”

Padahal aku sedang mencari kesempatan yang dapat mengarahkan kami pada ciuman, tapi aku tidak bisa menghindari topik yang baru muncul ini.

Bagaimana jika kuberikan saja ciuman kejutan?

Di tengah-tengah percakapan ini, kalau aku memegang bahunya, menariknya ke dadaku, dan kemudian menciumnya dengan ciuman yang penuh gairah...

'Jika di depanku, tolong jangan berbicara tentang pria lain.’

...Ah! Um... Ya... Mana mungkin aku bisa melakukan itu...!

Aku merasa kegelisahan yang mendalam di seluruh tubuhku...

Hanya pria tampan seperti Tomoe lah yang boleh melakukan sesuatu seperti itu. Urus saja urusanmu sendiri, Hiromichi Sato.

Aku memikirkan tentang itu dengan cara yang lebih praktis.

Kurasa aku tidak tahu bagaimana kami kemarin akhirnya bisa bericuman.

Aku mencoba menyelam ke dalam ingatanku.

Seingatku, kencan kami itu..., terasa cukup canggung.

Kami berdua sama-sama peka, dan itu entah bagaimana cukup kikuk.

Tapi saat kami hendak berpisah di depan stasiun..., perasaan kecewa berngiang-ngiang di benakku, dan aku menegaskan pada diriku sendiri bahwa, “Ini tidaklah benar.”

...Aku meraih tangan Haruka.

Dan kemudian mengatakan, “Aku tidak ingin berpisah denganmu.”

Lalu, Haruka menanggapi, “Aku..., juga tidak ingin pulang.”

Alhasil, bibir kami secara alami mendekat..., dan saling tumpang tindih.

Aku sungguh, sungguh terkesan dengan apa yang kemarin kulakukan.

Aku benar-benar tidak bisa mengerti..., bagaimana mungkin diriku berani melakukan itu.

Tapi satu hal yang pasti, kini aku bisa melakukan hal yang sama seperti yang kemarin kulakukan.

Selain itu, aku teringat akan sesuatu yang berguna.

“Oh, iya. Kau ingin pergi makan malam denganku kan, Hiromichi-kun ? Apa kau sudah memutuskan kemana kita akan pergi?”

“T-tidak, aku ingin kau yang memilih tempatnya...”

“Kalau gitu, ada suatu tempat yang ingin sekali aku kunjungi sekarang! Gak apa-apa kan kalau kita pergi ke sana?”

“Tentu saja, aku akan ikut kemanapun kau ingin pergi.”

“Yay!”

SARAN BERGUNA. Setiap kali kau hendak mengucapkan selamat tinggal, yang namanya peluang pasti akan muncul. Peluang ini akan memperkuat cintamu karena kau mungkin tidak akan dapat menemui sesuatu seperti ini lagi.

Nah, di tempat pertama, meminta untuk berciuman tepat setelah bertemu seseorang sungguh terlalu berisiko.

Jangan sange yeeee.

Kalau kau sangat menginginkannya seperti halnya pasanganmu, maka tidak ada gunanya untuk terlalu memikirkannya.

Aku menegur diriku sendiri karena sangat terburu-buru ingin mencium Haruka.

Jangan khawatir.

Horoskop hari ini mengatakan bahwa aku mungkin dapat mengembangkan hubungan dekat dengan lawan jenis.

Yakinlah, dan jangan terburu-buru.

Kau pasti bisa melakukan ini lagi.

Itulah getaran yang ingin kurasakan sebelum mengucapkan selamat tinggal.

Ini pasti akan berhasil.

“Jadi, tempat apa yang ingin kau kunjungi, Haruka?”



1 Comments

Previous Post Next Post