Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2- Bab 3 Bagian 10

Bab 3 Bagian 10
Mulai saat ini, sampai selamanya


“Tadi....”

Dalam perjalanan pulang, setelah melalui keheningan yang cukup lama, Siesta akhirnya memulai pembicaraan.

“Kenapa kau menghentikanku?”

Tampaknya Siesta menanyakan alasan mengapa aku menghentikannya yang pada dasarnya sedang melakukan interogasi. Dia bertanya. mengapa aku yang merupakan asistennya, justru menghentikannya melakukan sesuatu yang harus ia kerjakan.

“Jujur saja, seluruh rangkaian kasus terjadi secara spontan. Dan dalam kasus ini, itu tidak ada artinya untuk menanyakan apakah korban melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya atau tidak.”

“Itu memang mungkin untuk empat kasus sebelum ini, tapi bukan berarti kasus kelima juga akan sama. Dan juga, sekalipun kita mengecualikan situasi lain, aku harus tahu jawaban dari pertanyaan itu.”

“Terus, mengapa kau mengungkit mayat putrinya? Kalau kau bertanya pada Ibu itu apakah dia dapat menyadari sesuatu setelah melihat mayat putrinya...”

“Untuk alasan yang sama. Ada fakta bahwa jantung korban telah diambil, dan mungkin saja ada beberapa poin penting yang hanya dapat diketahui oleh pihak keluarga korban. Di sini kau dengan jelas menghalangi kesempatan untuk mengonfirmasi hal itu.”

Mengatakan itu, Siesta menatapku dengan rasa  kesal.

Pada dasaranya, dia hanya sekedar menyatakan hal-hal yang benar jika dilihat dari sudut pandang rasional dan objektif. Namun, itu hanya sekedar benar. Di luar sana, ada begitu banyak hal yang tidak dapat dituntaskan hanya dengan menggunakan sudut pandang itu.

...Tidak, bukan berarti aku benar-benar setuju dengan penilaian itu. Kenyataannya, aku telah berkali-kali diselamatkan oleh sudut pandang keadilan Siesta.

Tapi, itu belum semuanya. Masih ada hal-hal yang mesti diprioritaskan selain menjadi benar—dan, aku menyadari bahwa ada orang yang memiliki cara berpikir seperti itu.

Itulah sebabnya, aku merasa bingung, aku bertanya-tanya..., apa yang harus kulakukan.

“Untuk bisa mengalahkan Hel, aku akan melakukan apa saja, tidak peduli cara apa yang harus kugunakan, aku pasti akan menangkapnya. Inilah apa yang kupikirkan..., tapi....,” lanjutnya, “Kau berbeda dariku.”

Tiba-tiba, Siesta memberitahukanku itu dengan nada kecewa.

“Siesta, aku...”

“Padahal hanya dirimulah yang kupercayai.”

Kulihat, kelopak serta bulu matanya yang panjang terkulai, dan mata biru yang ada di balik itu tampak sedikit goyah. Ekspresinya sedih, seolah-olah dia telah menyerah pada sesuatu.

Aku berniat memberitahunya bahwa masalahnya bukan begitu..., namun, aku tidak bisa mengatakan itu.

“Hari ini aku mau langsung pulang.”

Mengatakan itu, dengan perlahan, Siesta maju selangkah.

“Siesta......”

“Sampai jumpa.”

Tanganku yang terulur hanya bisa meraih udara, dan Siesta kemudian pergi ke apartemen sendirian.

“......Tidak, pada dasarnya kita ‘kan akan pergi ke tempat yang sama.”

Tampaknya malam ini suasananya akan terasa canggung, jadi aku hanya bisa menghela nafas di bawah sinar matahari terbenam.

“Ngomong-ngomong, berhentilah bersembunyi dan keluarlah, Alicia.”

Melihat ke arah celah di antara bangunan, aku memanggil detektif hebat yang sangat buruk dalam membuntuti seseorang.

“Ah, jadi kau menemukanku?”

Itu aneh.... dia benar-benar memiringkan kepalanya, dan kami berakhir berjalan bersama-sama.

“Yah, yang tadi itu memang kadang-kadang akan terjadi.”

Mungkin Alicia melihat aku dan Siesta bertengkar kecil, jadi aku mengatakan itu padanya supaya dia tidak terlalu khawatir.

“Selama tiga tahun ini, kami telah melakukan perjalanan bersama-sama, jadi yah, satu atau dua pertengkaran memang akan terjadi. Malahan, itu akan aneh jika tidak pertengkaran. Jujur saja, baik kepribadian dan gaya hidupnya berbeda dariku, dan bahkan aku terheran-heran dengan bagaimana kami bisa menghabiskan tiga tahun bersama-sama seperti ini. Dia sering sekali pergi tidur, dan meski dia memiliki kebiasaan yang seperti itu, tetap saja dia bilang kalau aku buruk dalam bangun, jadi yah, pertengkaran semacam ini hanya akan terjadi dalam pekerjaan sehari-hari... Nah, mungkin ini adalah pertama kalinya kami berdebat secara nyata, tapi meski begitu, orang-orang mengatakan bahwa apa pun yang tidak membunuhmu akan membuatmu jadi lebih kuat, jadi mungkin kami dapat menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan pemahaman kami satu sama lain. Tidak, sebenarnya aku tidak benar-benar ingin kami untuk lebih memahami akan satu sama lain, erm, tapi yah...”

“Whoa, kau benar-benar merasa terganggu dengan masalah ini ya......”

Mengatakan, Alicia menatapku dengan terkejut.

“Kau kelihatan gelisah sekali, dan bahkan apa yang kau pikirkan bocor keluar begitu saja.”

“......Kurasa kita tidak perlu membicarakan hal ini.”

Karena Alicia menampilkan pandangan seperti itu padaku, jadi aku tidak punya pilihan selain menghapus segmen itu dari ingatanku.

“Oh iya, ngomong-ngomong.”

Dan kemudian, aku teringat akan sesuatu, jadi aku merogoh-rogoh saku celanaku.

“Whoa.”

“Jangan memikirkan sesuatu yang aneh-aneh. Nih, untukmu.”

Aku mengambil sesuatu, lalu memberikannya pada Alicia.

“Eh, ini kan—yang waktu itu?”

Alicia melihat ke arah cincin yang kutaruh di telapak tangannya, dan terus menatapnya.

Itu adalah sesuatu yang kami temukan di sebuah toko ketika kami sedang mencari 《Mata Safir》, sebuah cincin yang memiliki permata biru.

“Yah, bagaimana aku harus mengatakannya? Aku memberimu itu bukan untuk membalas yang ini.”

Mengatakan itu, aku menunjuk ke arah penutup mata di atas mata kiriku.

Meski aku bilang begitu, tapi itu seperti mainan. Aku tidak benar-benar berharap dia akan memberikan reaksi yang sangat baik,

“—Aku bahagia.”

Menutup matanya, Alicia menggengam cincin itu dan meletakkan genggamannya di depan dadanya.

“......Alicia?”

Tubuh kecilnya itu tampak bergetar.

“Ini merupakan yang pertama kalinya aku menerima hadiah dari seseorang.”

“Alicia, apa kau sedang berbicara perihal ingatanmu?”

Namun, Alicia menggelengkan kepalanya.

“Hanya saja aku memiliki perasaan bahwa aku..., adalah gadis yang nakal sebelum aku kehilangan ingatanku.”

Mengatakan itu, Alicia tersenyum pahit.

Dia menyiratkan bahwa dia memang dalam sisi yang salah, dan bukan karena pengaruh lingkungan. Alicia bertanya pada dirinya sendiri, mengapa dia tidak pernah menerima hadiah dalam hidupnya.

Dihadapkan dengan sikap yang mencela diri sendiri itu, tanpa sadar aku mengulurkan tanganku ke kepala Alicia..., namun, tanganku berakhir berhenti beberapa inci dari kepalanya.

Aku tidak memiliki hak untuk melakukan itu. Aku berpikir bahwa aku setidaknya harus mencoba untuk menganggap itu sebagai lelucon.

“Kau membuatnya terdengar seperti kau itu bukan anak yang nakal.”

“H-haa!? Sekarang ini aku anak yang sangat baik! Aku adalah anak yang ceria, imut, jujur, dan disukai semua orang!”

“Itu sungguh lucu.”

“Itu tidak lucu!”

Alicia mengayunkan tangannya, berniat memukulku. Aku tidak bertahan dari itu, dan membiarkannya memukuli dadaku.

Dia menyatakan kalau usianya tujuh belas tahun, namun penampilannya berusia tujuh belas tahun, dan pada dasarnya mentalnya itu sekitaran usia tujuh tahun.

Aku memiliki pemikiran tertentu di hadapan detektif hebat yang menarik ini, dan menatap ke arahnya.

“......Hei.”

Dan ketika dia menghentikan pukulannya yang tidak memiliki rasa sakit itu, aku mendengar suara yang lembut di dadaku.

“Pakaikan cincin ini padaku.”

Pemilik suara itu menatap mataku, dan pada dasarnya dia sedang memohon.

“Aku?”

“Kau, Kimizuka.”

“Padamu?”

“Padaku.”

...Itu benar-benar di luar dugaanku. Dengan skeptis aku menggaruk-garuk kepalaku, dan kemudian Alicia meletakkan cincin itu di tanganku yang lain. Dia menghadapku, lalu menjulurkan punggung tangannya.

“Mengapa tangan kiri.”

“Aku akan sangat marah jika kau memakaikannya di jari yang salah.”

Kau bercanda, kan? Kok ini jadi terlihat seperti sebuah lamaran?

“...Cuman main-main doang. Main-main.”

Tidak punya pilihan lain, aku berlutut lalu mengangkat tangan kiri Alicia.

“Tolong ucapkan sumpahmu.”

“Mengapa sekarang kau bertingkah jadi pendeta.”

“Fufu.”

Seriusan dah, apa dia tidak bisa menunjukkan senyum manis yang normal saja?

Aku terbatuk dua tiga kali, lalu mengucapkan sumpah palsu.

“Nah, selanjutnya apa lagi? Mulai saat ini, sampai selamanya? Tolong terus rawat aku, mungkin seperti itu.”

Ya ampun, apa sih yang dia mau aku lakukan? Yah, lebih baik tidak usah berpikir terlalu keras tentang itu.

“Rasanya kau tidak sungguh-sungguh.”

“Diam, jangan banyak maunya.”

Aku meletakkan cincin itu di jari manis Alicia, dan tepat pada saat itu.

 

“Kurasa aku terlalu kasar.”

 

Aku mendengar suara yang tidak asing, jadi aku berbalik dan mendapati bahwa suara itu berasal dari gadis yang kukenal—kepalanya ditundukkan, dan pandangannya mengarah ke tanah..., dalam posisi seperti itu, dia dengan cepat menggumamkan sesuatu.

“Yah, sekarang pun, menurutku pemikiranku tidaklah salah, dan itu bukanlah sesuatu yang mesti diubah. Betapa pun aku memiliki sudut pandang akan keadilanku sendiri, kau juga memiliki sudut pandanganmu sendiri. Itu adalah hal yang wajar..., dan karena kita harus bekerja sebagai rekan, sangatlah penting bagi kita untuk menyesuaikan sudut pandang satu sama lain..., dengan kata lain, aku tidak boleh memaksakan pemikiranku kepadamu. Kupikir itu merupakan kesalahan sesaat untuk menggunakan beberapa istilah yang tidak sesuai dengan harapanmu. Tidak, aku memang mengatakan demikian, namun kau tetap memiliki beberapa bagian yang harus kau renungkan..., ah, tidak, aku tidak mau mengungkit topik sebelumnya lagi...”

Dia menunjukkan keadaan diri yang jelek dari seseorang yang tidak asing tertentu, dan seoalah dia telah memantapkan tekadnya, dia mengarahkan pandangannya ke atas. Namun, tidak perlu bagiku untuk menyebutkan apa yang saat ini memasiku pandangannya.

Setelah melalui apa yang rasanya seperti keheningan yang abadi, dia tersenyum dan berkata,

“Kuharap kalian berdua bahagia.”

Saat itulah aku berpikir bahwa di dunia ini ada sebuah senyuman yang bisa membunuh seseorang.

 

“Kimizuka, terima kasih untuk semua yang telah kau lakukan sampai saat ini.”

“Ahh, kurasa aku akan mati.”



6 Comments

  1. What the heck, ini kenapa jadi ntr asw.... Selingkuh Mulu si Kimizuka kampret

    ReplyDelete
  2. disaat kau selingkuh dibelakang Siesta, disitula Diriku serasa menjadi Grim Reaper '':|

    ReplyDelete
  3. Woi kimi dasar cowo gk peka, siesta lagi ngambek lu malah ngelamar si Alice. :v

    ReplyDelete
  4. Kuharap kalian berdua bahagia

    beuhh nyesek nya minta ampunn :'(

    ReplyDelete
  5. Awokwokwok miss understanding😆

    ReplyDelete
Previous Post Next Post