Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Bab 3 Bagian 12

Bab 3 Bagian 12
Aku tidak peduli meskipun kau menertawanku


“Alicia!”

Setibanya di TKP, aku langsung di hadapkan dengan kemungkinan situasi terburuk.

Di bawah lampu yang berkedip-kedip di gang yang gelap, ada dua orang yang terbaring. Aku langsung berlari ke salah satu dari mereka, Alicia, yang terbaring lebih dekat dari posisiku saat ini.

“......! Apa kau baik-baik saja!?”

Aku mengangkat tubuhnya, dan saat itu aku melihat ada banyak sekali darah mengalir dari bahu kanannya. Namun, aku tidak dapat melihat luka lain—

“......Kimi, zuka.”

Alicia masih sadar. Syukurlah, melihat itu aku buru-buru menelepon ambulan.

“Dan, dia...”

Dengan tangan yang gemetar, Alicia menunjuk ke arah seseorang.

Ya, di sini masih ada satu orang lagi yang terbaring tak berdaya—

“Dada kirinya di robek.”

Aku menoleh, dan mendapati bahwa Siesta sedang mencoba menyadarkan orang itu. Mungkin dia mengejarku dan menyusulku ke sini.

“Tampaknnya dia pingsan, tapi kondisinya tidak dalam bahaya. Dia adalah polisi.”

Di dekat orang itu, ada sebuah pistol dan pisau. Tapi tentunya, seorang polisi pasti akan memiliki rompi antipeluru, dan dengan demikian dia berhasil menghindari cedera yang mematikan.

“Hei, asisten.”

“Sepertinya Alicia baik-baik saja. Kurasa ini adalah ulah dari Hel..., 《Jack the Devil》. Syukurlah mereka berdua baik-baik saja.”

“Asisten.”

“Tampaknya ambulannya sudah datang. Aku akan pergi membawa Alicia..., setelah itu pulang ke rumah dan istirahat dulu.”

Mendengar suara sirene ambulan, aku merasa lega dan menggendong tubuh mungil Alicia.

“Asisten. Apa kau baik-baik saja dengan itu?”

Siesta melontarkan suara tragis, yang  membuat langkahku segera terhenti.

Tapi kemudian, aku...,

“Begitu kita pulang..., bersama-sama, ayo kita bertiga makan pai apel.”

Aku hanya dapat membuat keinginan yang kekanak-kanakan seperti itu.

 

 

“...Kimizuka?”

Terbangun setelah sempat tertidur beberapa saat di ranjang rumah sakit, Alicia langsung menyadariku yang berada di sisinya.

“Yo, apa kau sudah bangun? Apa tubuhmu ada yang terasa sakit?”

Aku bertanya begitu, dan dalam diam, Alicia menggelengkan kepalanya.

“Kimizuka, tidak apa-apa...”

“Udah, jangan memaksakan dirimu.”

Alicia mencoba untuk bangun, tapi aku menurunkan kembali punggungnya.

“Aku tidak menyangka kau akan bertemu dengan 《Jack the Devil》. Tapi tadi dokter bilang kalau kau akan pulih sepenuhnya setelah kau beristirahat. Ini benar-benar melegakan.”

Aku kemudian mengambil apel yang sudah dingin dari kulkas, lalu mengupasnya dengan pisau.

“Sebentar lagi polisi akan datang. Nah, karena dalam kasus ini kau adalah korban, jadi mereka mungkin memiliki banyak pertanyaan untuk ditanyakan padamu..., tapi jangan khawatir, aku akan bersamamu. Aku akan memastikan untuk tidak mengacaukannya.”

“Kimizuka.”

“Ah, dan juga, tampaknya polisi yang tumbang bersamamu juga berhasil selamat. Pokoknya, kita tidak memiliki korban lagi setelah yang korbam kelima, jadi kau bisa bersantai...”

“Kimizuka!”

Menyerukan itu, Alicia meraih pergelangan tangan kananku. Untuk sesaat, aku merasa tegang—tapi,

“Itu sudah tersisa inti apelnya saja.”

“...Itu cukup sulit untuk mengupas apel.”

Aku meletakkan daging apel yang sangat kecil di atas piring.

“Ah—”

“Kau juga yang menyuapinya?”

Aku merasakan perasaan deja vu saat aku mengambil apel itu menggunakan tusuk gigi, lalu memasukannya ke mulut Alicia.

“Nn, ini manis sekali.”

“Aku senang kau berkata dengan jujur.”

“Apa kau bermaksud mengatakan kalau aku imut karena aku jujur?”

“Sebentar, aku mau bersihin telingaku dulu, perkataanmu tadi tidak bisa kudengar karena ada banyak kotoran.”

“Tidakkah sikapmu itu terlalu kasar pada seseorang yang sedang terluka?”

“Jika kau bisa bercanda seperti ini, maka kurasa kau baik-baik saja.”

Pada titik ini, kami menghela napas bersamaan.

Itu adalah interaksi yang sama seperti sebelumnya, senyuman yang sama seperti sebelumnya.

“Ngomong-ngomong, Kimizuka, bagaimana kau bisa berada di TKP secepat itu?”

Alicia perlahan bangkit, dan aku duduk di bangku bundar di samping ranjang.

“Yah, aku memasang alat pelacak padamu.”

“Oh, begitu toh.”

“Apa kau mau lagi apelnya?”

“Ya, ah, tapi aku bisa memakannya sendiri.”

Saat Alicia memasukkan sisa apel ke dalam mulutnya—

“......Ntar dulu! Tidakkah barusan kau mengatakan sesuatu yang luar biasa dengan sikap yang acuh tak acuh!?”

“Jangan memuntahkan apa yang baru saja kau makan.”

Aku menyeka muntahan makanan dari wajahku menggunakan tisu. Ew, ini bau.

“Apa maksudmu dengan alat pelacak!? Itu mengerikan! Dasar penguntit!”

Mengatakan itu, Alicia menangkupkan bahunya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kau salah paham, salah paham. Yah, lagian kau biasanya akan selalu menghilang ketika aku tidak memperhatikanmu, jadi bisa dibilang ini hanyalah tindak pencegahan.”

“Lebih penting lagi, kapan kau memasang alat itu padaku!? Dan dimana kau memasangnya!?”

“Aku memasangnya di beberapa pakaian dalam menakjubkan yang kau miliki, Alicia.”

“Kau sungguh yang terburuk! Itu benar-benar tempat terburuk yang bahkan tidak bisa kupikirkan!”

Alicia menutupi wajahnya, dan berbaring ke samping ranjang.

“Tapi berkat itu, hari ini kau bisa selamat.”

“...Bukan berarti itu membuat kejahatanmu jadi hilang.”

“Maaf.”

Alicia mengerutkan bibirnya, dan aku memasukkan apel kecil yang sudah dikupas ke dalam mulutnya.

“Jadi..., tadi itu..., apa yang sebenarnya kau lakukan?”

Di jam begini? tanyaku, melihat ke luar jendela kamar pasien.

“...Aku ingin menghentikan munculnya orang-orang yang akan merasakan perasaan menyakitkan seperti itu lagi.”

Kurasa dia sedang mengacu pada Ibu dari korban kelima. Saat itu, Alicia menyelamatkannya dengan cara yang baik aku mapun Siesta tidak dapat lakukan.

“Lagipula, itu juga merupakan pekerjaanku.”

“...Alicia, mengapa kau bekerja sekeras ini?”

Mengapa dia sangat bersikukuh menjadi seorang detektif? Pada dasarnya, Alicia sama sekali tidak memiliki kewajiban seperti itu, dan baik aku maupun Siesta tidak memaksanya untuk melakukannya.

Faktanya saja, apa yang terpenting bagi Alicia adalah mendapatkan kembali ingatannya. Namun kali ini, dalam kasus yang berkaitan dengan 《Jack the Devil》, dia bertingkah seolah-olah peran seorang detektif merupakan prioritas utamanya sejak Siesta menugaskannya, dan tetap mrasa demikian meskipun Siesta sendiri telah mencoba membujuk Alicia untuk tidak peru memaksakan diri. Apa..., apa yang mendorong Alicia menjadi begitu termotivasi?

“Aku...,” Alicia bergumam, “Aku selalu berada di ruangan yang gelap. Dunia yang gelap, gelap..., tanpa cahaya maupun suara.”

Kurasa..., ingatannya mungkin masih belum kembali. Itu hanyalah kesan, pemikiran subjektif, dan faktor terpenting baginya.

“Aku tidak tahu apa-apa, meskipun itu identitasku sendiri. Setiap hari, aku hanya bisa menunggu hari-hari berlalu seperti ini, terjebak dalam kebosanan dan rasa sakit.”

Tapi, Alicia melanjutkan,

“Suatu hari, penglihatanku terbuka. Cahaya menyinari, dan sebuah suara mencapaiku..., kemudian, aku merasakan manisnya apel.”

Alicia menoleh ke arah buah yang terkupas dengan bentuk yag aneh, dan tersenyum.

“Itu sebabnya, aku berpikir bahwa mungkin aku bisa memperoleh kehidupan baru. Aku meraih seutas benang yang menggantung di kegelapan tak berujung itu, terus mendaki, mendaki—menanti-nantikan sosok diriku yang baru di puncaknya. Jika aku ditugaskan untuk menjadi seorang 《detektif》, maka aku akan hidup seperti itu.”

Itulah yang kupikirkan, kata Alicia, dengan ekspresi yang tegas.

Saat ini, dia tidak terlihat seperti seseorang yang berusia tujuh tahun, juga tidak terlihat seperti berusia tiga belas tahun.

Dia tidak akan kalah dari Siesta. Dia adalah gadis yang luar biasa dan cantik, itulah yang kupikirkan.

“...Aku merasa sedikit lelah.”

Tapi itu hanya berlangsung dalam sesaat, dan segera, Alicia kembali ke ekspresi kekanak-kanakannya yang menampilkan senyum masam.

“Kurasa kita telah mengobrol cukup lama.”

“Mm..., entah kenapa aku jadi ngantuk.”

“Lagian ini sudah larut malam.”

Alicia mengusap-ngusap matanya, dan perlahan meringkuk ke bawah selimut.

“Aku akan tetap di sini sampai pagi. Rilekskanlah dirimu dan tidurlah.”

“Kalau begitu...,”

Dari bawah selimut, Alicia menjulurkan tangan kirinya.

Di jari manisnya, masih ada cincin itu.

“Bisakah kau menggenggam tanganku?”

Aku sangat ingin melihat ekspresinya ketika dia mengatakan ini, namun sayangnya, dia benar-benar tersembunyi di balik selimut itu.

“Aku akan menertawakanmu loh karena bersikap kekanak-kanakan.”

“...Aku tidak peduli meskipun kau menertawakanku. Genggamlah...,”

Dia ngambek, namun sepertinya dia sedang memohon.

“Sesuai perintahmu, detektif hebat.”

Aku mematikan lampu, menggengam tangan kecil Alicia—dan tidur sebentar.

Satu jam kemudian, aku menyesali ketololanku.

Aku terbangun dari tidurku hanya untuk mendapati angin bertiup melalui jendela..., dan Alicia, dia tidak terlihat di mana pun di kamar pasien.



3 Comments

  1. Alicia x Kimihiko, keknya Alicia bakal mati hhhmm...

    ReplyDelete
  2. Karena Alicia donasi Jantung ke Siesta(Bini aing), tq Loli qq

    ReplyDelete
Previous Post Next Post