Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Bab 3 Bagian 2

Bab 3 Bagian 2
Kasus baru yang dimulai dari Shuraba


[Catatan Penerjemah: Shuraba (setau gua dalam artian modern) adalah keadaan dimana dua orang (pria dan wanita) sedang cekcok.]

“Aku mengerti situasi dan kondisinya.”

Duduk di atas ranjang, Siesta mengatakan itu, tapi..., sambil menyesap tehnya dengan elegan, dia menatapku dengan tatapan yang merendahkan.

“Itu Darjeeling? Aromanya enak.”

“Ya, teh ini akan sangat enak jika dihidangkan bersama pai apel.”

Saat aku mencoba membuatnya suasana hatinya membaik, aku justru berakhir menggali kuburanku sendiri. Ini benar-benar hari kiamat.

“Oh iya, kau tidak perlu berpikir untuk dapat melihatku mengenakan celemek lagi.”

“Oi oi, kau pasti bercanda, kan? Aku ini hidup untuk sesuatu seperti itu. Itu sungguh menyedihkan untuk didengar.”

“...Kata-katamu itu agak menggangguku. Tapi yah, tampaknya aku masih memiliki ruang untuk tumbuh sebagai seorang pribadi, bahkan sebagai seorang ekstrovert.”

“Itu adalah tugas seorang asisten untuk memastikan bahwa atasannya tumbuh secara mental... Maafkan aku, aku terlalu belagu, jadi tolong simpan kembali pistolmu itu. Aku sungguh, sungguh minta maaf.”

Aku berlutut di samping ranjang dan bersumpah untuk menebus masalah ini saat aku menundukkan kepalaku di depan pistol yang ditodongkan ke arahku.

“Woah, ini mengejutkan, ternyata kau punya pacar toh, Kimizuka.”

Lalu, orang yang menjadi sumber dari semua masalah ini—Alicia, sedang memakan pai apel (tanpa apel) saat dia menyela percakapan kami. Astaga, di dunia ini tidak mungkin ‘kan ada sosok pacar yang akan menodongkan pistol ke pacarnya?

“Habisnya kan, sejak awal kau bisa mempertemukannya lebih dulu kepadaku.”

Segera menyimpan kembali pistolnya, Siesta kemudian memberi isyarat agar aku boleh mengangkat kepalaku.

“Gadis tersesat yang amnesia. Tidakkah menurutmu dalam kasus seperti inilah seorang detektif harus turun tangan?”

...Itu benar. Sekarang setelah dia menyebutkan itu, ya.

“Hei, kau bilang dirimu dipanggil Alicia, kan?”

Menegakkan posisi duduknya di atas ranjang, Siesta menanyakan itu pada Alicia.

“Apa kau tidak bisa mengingat nama aslimu, atau apa punlah yang bisa kau ingat,?”

“...Hm, aku ingat kalau tahun ini aku berusia tujuh belas tahun.”

“Begitu ya, jadi usiamu tujuh tahun.”

“Tujuh belas!”

Memukul meja saat dia berdiri, Alicia menanggapi dengan bentakkan. Yah, kupikir dia mungkin sedang dalam masa-masa di mana dia ingin terlihat sebagai orang dewasa.

“Nah, faktanya, umurmu itu di sekitaran dua belas sampai tiga belas tahun atau lebih. Itulah kesan yang kudapatkan dari melihat perkembangan betismu.”

“Asisten, ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengutarakan fetishmu yang unik. Sama sekali tidak ada orang biasa yang mampu menentukan usia orang lain hanya dari melihat pertumbuhan betisnya.”

“! Jadi itu artinya, Kimizuka..., saat di gang belakang tadi, kau tidak melihat dadaku, tapi betisku!?”

“Sebenarnya, tadi itu aku memang melihat ke arah dadamu, dan kemudian aku berpikir ‘ah ya, tujuh belas tahun itu pasti bohong’.”

“A-apa, itu membuatku takut, tahu? Jadi kau melihat dadaku, ya~ syukurlah..., eh, tidak, bukan begitu!”

“Asisten, harap untuk batasi tindak pelecehan seksualmu itu hanya pada Charl.”

Entah kenapa, saat ini aku bisa mendengar jawaban keras dari seorang wanita cantik berambut pirang di negara yang jauh.

...Tapi yah, ini bukan waktunya untuk itu.

“Jadi Alicia, aku akan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi identitas aslimu.” Kembali ke topik utama, Siesta mengatakan itu pada Alicia. “Tapi, ini tidaklah gratis.”

“Oi Siesta, apa kau berniat meminta bayaran dari seorang anak kecil?”

“Itu sama sekali tidak masalah. Anak kecil pun tetaplah orang, seorang manusia,”

Dan juga, lanjut Siesta,

“Menurutku tindakan yang memiliki niat baik tanpa adanya pamrih adalah sesuatu yang paling sulit untuk dipercaya.”

...Itu, yah, itu memang benar. Hubungan antara manusia hanyalah 99 kepercayaan dan 1% kelicikkan. Begitulah caraku dan Siesta melanjutkan perjalanan kami hingga hari ini.

“Lantas, apa yang kau ingin aku lakukan?”

Kemungkinan besar Alicia tidak akan mampu membayarnya. Bahkan saat ini saja dia sudah terlihat seperti kekurangan pakaian, makanan dan tempat tinggal. Nah, apa yang akan detektif hebat ini minta sebagai bayaran?

“Alicia, aku ingin kau mengambil alih pekerjaanku. Tentunya, aku berjanji kalau aku akan memberimu makanan, pakaian, dan tempat untuk berteduh.”

“Pekerjaan menjadi detektif?”

Terhadap kata-kata Siesta, Alicia memiringkan kepalanya.

“......Siesta, kau sendiri tahu kan kalau pekerjaan itu adalah beban yang terlalu berat untuk Alicia?”

“Begitukah menurutmu? ...Tapi, coba lihat,”

Mengatakan itu, Siesta menunjuk ke arah kakinya yang terluka. Oh, jadi artinya detektif hebat ini sedang liburan, ya?

“Kalau gitu biar aku yang menjadi detektifnya, dan Alicia akan menjadi asistenku...”

“Tidak, yah, sebenarnya, kau tahu, tampangmu itu hanya cocok sebagai asisten.”

“Itu tidak masuk akal.”

“Tapi..., meski ini memang tiba-tiba aku ditunjuk menjadi detektif, aku tidak memiliki kepercayaan diri akan itu...”

“Selama kau menjadi seorang detektif, kau dapat menggunakan asisten sesuka hatimu.”

“Mantap! Aku akan melakukannya! Aku akan menjadi detektif hebat!”

“Ini benar-benar telah menjadi negosiasi yang terburuk dalam sejarah pernegosiasian, atau mungkin selamanya.”

Biarkan aku mengoreksi diriku sendiri. Hubunganku dengan Siesta adalah 1% kepercayaan dan 99% kelicikkan.

“Nah sekarang, apa tepatnya yang harus kulakukan...”

Alicia menanyakan itu pada Siesta, dan kemudian, tepat pada saat itu, seolah-olah ini telah direncanakan sebelumnya,

 

“Tampaknya Jack the Ripper telah hidup kembali.”

 

Suara lain menyela kami. Aku merasakan hawa dingin dari belakangku, dan buru-buru berbalik untuk melihat—

“Fuubi-san? Kok kau ada di sini..., seharusnya kan kau sudah kembali ke Jepang?”

Orang itu adalah polisi wanita yang kukenal, Fuubi Kase..., dia kemudian duduk di sofa lalu menghisap cerutunya.

“Ahh, aku teringat kalau aku harus menyelesaikan beberapa hal. Ngomong-ngomong, tampaknya kalian berdua sudah punya anak tanpa sepengetahuanku.”

Fuubi-san melihat ke arahku dan Siesta, kemudian dia melihat ke arah Alicia.

“Apa matamu itu sudah buta?”

“Matamu itu buta ya?”

Aku dan Siesta menanggapinya secara serempak. Ya ampun..., hubungan seperti apa yang dia pikirkan tentang aku dan Siesta? Selain itu, dia juga tidak berhenti dari kecanduan merokoknya.

“Terus, apa yang kau inginkan dengan datang ke sini? Dan juga, apa maksudmu dengan Jack the Ripper telah hidup kembali?”

“Yah, kemarin ada korban lain yang jantungnya diambil. Modus operasinya pun sangat mirip.”

“Itu, mustahil.”

Tidak, ini memag mustahil, kan? Habisnya, saat itu Jack the Ripper—Cerberus telah dibunuh dengan pasti oleh Hel.

“Hel.”

Siesta, yang semakin meneggakkan posturnya, menyipitkan matanya.

“Oh, jadi begitu ya...”

Ini artinya, Hel mengambil alih misi Cerberus dan terus berburu jantung. Dia mencoba untuk menghidupkan kembali 《senjata biologis》 itu.

“Tampaknya kau sudah memiliki jawaban di benakmu. Sempurna, kebetulan aku memiliki informasi yang mungkin berguna untuk mengejar sang pelaku.”

Dan tampaknya itu ada hubungannya dengan Nona kecil yang ada di sana, lanjut Fuubi-san. Kayaknya dia mendengar perihal Alicia yang mengambil alih pekerjaan ini, dan itulah sebabnya dia datang dengan tugas yang disiapkan untuk kami.

“Untuk sekarang, hal ini masih sekedar rumor, tapi tampaknya di London ini ada sesuatu yang bisa digunakan untuk mengalahkan 《SPES》.”

Oh, jadi di sekitaran sini ada barang yang berguna? Aku bertukar pandang dengan Siesta, dan kami meminta Fuubi-san menyebutkan nama sesuatu yang rahasia itu.

“Tampaknya mereka menyebut itu Mata Safir.”



1 Comments

Previous Post Next Post