Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 3 - Bab 1 Bagian 7

Bab 1 Bagian 7
Dengan Demikian, sang Kejahatan kembali


Sekitaran sepuluh menit kemudian.

Kami bertiga pindah tempat, dan sekarang kami berkumpul di apartemen.

Nah, kupikir tidak perlu ada yang harus disembunyikan; Ini adalah rumah tempat aku tinggal sendirian. Dan pada saat ini, aku kehabisan uang yang kuperoleh dari pekerjaanku sebagai asistennya Siesta, jadi aku hanya bisa hidup dengan berkecukupan.

“Kamarnya laki-laki…”

Entah kenapa, sedari tadi Natsunagi melihat sekeliling ruangan dengan raut yang gelisah.

“Karena aku telah di bawa ke sini, haruskah aku meminta pertanggung jawaban laki-laki?”

“Natsunagi, kalimat yang bisa bikin salah paham baru saja keluar dari hatimu tuh.”

Nah, paling tidak saat ini dia tampak ceria, jadi kurasa aku harus berbahagia untuknya.

“Terus, kenapa di rumahku.”

Aku bertanya pada《Siesta》, yang saat ini bersikap santai saat dia berjalan-jalan di apartemenku dengan etiket yang kasar.

“Ini akan menjadi tempat yang paling baik sebagai tempat dimana jika ada keributan yang terjadi, maka tidak akan ada masalah.”

“Asal tahu saja, pemilik rumah ini belum pernah mendengar perihal keributan yang tidak menjadi masalah.”

Kurasa dia benar-benar mewarisi atribut Siesta yang akan melakukan tindakan tanpa mau mendengarkan siapa pun.

…Tidak, tapi, yang lebih penting lagi...

“Memangnya boleh ya detektif dibantu oleh kliennya?”

Tadi, dia mengatakan kalau dirinya bisa memanggil Hel, jadi kami mengikuti sarannya. Namun demikian, setelah dipikir-pikir kembali, 《Siesta》 sendirilah yang meminta untuk melakukan ini. Apa itu tidak apa-apa untuk meminjam kekuatannya seperti ini?

“Kau benar-benar tolol, Kimihiko.”

Mengatakan itu, 《Siesta》 melirik ke arahku,

“Seperti yang dikatakan oleh Master Siesta, apa pun boleh dilakukan asalkan itu demi melindungi kepentingan klien.”

…Oh, begitu toh. Jadi tidak apa-apa ya meminjam kekuatan klia asalkan itu demi kepentingan klien itu sendiri.

“Jadi? Apa kau benar-benar bisa memanggil Hel?”

“Ya, tentu saja.”

Dengan segera,《Siesta》menjawabku.

“Namun, aku butuh beberapa persiapan…, yang pertama dan terpenting, apa di sini kau punya cermin?”

“Cermin? Aku punya cermin rias.”

Aku tidak tahu dia mau menggunakannya untuk apa, tapi yah, seperti yang dia minta, aku mengeluarkan cermin besar dari lemari di kamarku.

“Cermin rias ini ukurannya cukup besar juga.”

“Oh, aku membelinya untuk melihat sudah seberapa banyak pelatihan ototku terbayar.”

“Heh~, terus kenapa kau menyimpannya di dalam lemari?”

“Nah, cermin ini mau digunakan untuk apa?”

“Langsung mengubah arah pembicaraan, ya.”

Aku tidak tahu apa yang kau katakan. Mulai hari ini, aku harus melatih ototku lagi, Serius, aku sungguh serius.

 

“Aku akan memanggil Hel di cermin ini.”

 

Seperti itu, 《Siesta》 mengatakan sesuatu yang konyol.

“Mengapa kau terlihat ragu-ragu?”

“Itu salahmu sendiri karena mengatakannya dengan sangat natural.”

“Kupikir itu cuman sesuatu yang sepele jika dibandingkan dengan robot besar dan alien.”

“Aku mengetahui tema fantasi yang lebih nyata daripada fantasi fiksi ilmiah.”

Yah, meskipun aku tidak tahu apakah okultisme bisa digolongkan sebagai unsur fantasi atau tidak.

“Jadi, atau dengan kata lain, kau hanya percaya pada apa yang dirimu bisa lihat, kan?”

Mengatakan itu, 《Siesta》 mengambil sesuatu yang tergantung di pinggangnya, dan menunjukkannya pada kami saat dia mengulurkan tangannya.

“Cermin tangan?”

Begitu melihat apa yang ada di tangan 《Siesta》, Natsunagi memiringkan kepalanya.

Itu terlihat seperti cermin bundar yang normal-normal saja…, tapi mungkin itu adalah...,

“《Tujuh Alat》milik Siesta?”

Tujuh Alat, itu adalah alat-alat yang Siesta gunakan untuk menyelesaikan suatu kasus. Alat yang pertama adalah senapan yang selalu dia bawa di punggungnya, dan ada juga sepatu yang bisa menentang hukum gravitasi. Ini artinya, tampaknya 《Siesta》 mewarisi beberapa dari Tujuh Alat itu juga.

“Sebenarnya, cermin tangan ini memiliki fungsi yang mirip-mirip dengan kamera dimana permukaannya bisa merekam momen apa saja… Aku akan mengekstrak beberapa data yang ada di dalamya.”

Mengatakan itu, rekaman video yang ada di cermin terus berubah. 《Siesta》 mengatakan kalau itu adalah kamera, tapi saat ini, itu lebih mirip seperti perekam video yang merekam segala sesuatu tentang perjalananku dengan Siesta. Bagian di mana kami dikurung diperlihatkan pada kami, dan tampaknya sebagian juga ada yang diedit.

Dan kemudian, rekaman video itu terus berubah seperti dipercepat, dan segera, rekaman itu berhenti di bagian tertentu.

“Ini kan…, yang pas di London waktu itu…”

Apa yang muncul di dalam cermin adalah Hel, nampak terkejut saat kelopak mata merahnya terbuka lebar.

Itu adalah adegan pertarungan pertama kami melawan Hel di London, saat kami menggunakan efek pencucian otak dari mata merah Hel untuk menyerang dirinya sendiri supaya kami bisa menang.

“Kurasa ini benar-benar aku. “

Menatap ke arah cermin, Natsunagi bertingkah layaknya bercermin.

Ini adalah kepribadian lain yang dimiliki Natsunagi, Hel. Ya, setahun yang lalu, aku bertemu dengannya. Hel memiliki model rambut yang berbeda dari Natsunagi saat ini, dan dia juga mengenakam topi dan seragam militer. Cara bicaranya juga sangat berbeda. Dan selain warna mata mereka, sama sekali tidak ada kemiripan yang bisa dilihat di antara mereka berdua meskipun mereka dibandingkan pada saat ini.

“—Tapi aku tidak punya pilihan selain mengakuinya.”

Namun demikian, Natsunagi tampaknnya telah mengumpulkan keberanian untuk menghadapi kenyataan, dan melihat ke arah cermin…, melihat ke sisi lain dirinya itu.

“Lalu, 《Siesta》-san, bagaimana aku bisa bertemu dengan diriku yang lain ini?”

“Tidak, itu masih…”

Tanpa sadar, aku menyelanya. Layaknya harimau yang tak dapat keluar dari layar, begitu pula doppelganger tidak akan bisa keluar dari cermin. Tapi, 《Siesta》...,

 

“Cermin Tak Hingga.”

 

Untuk suatu alasan, dia mengatakan itu tanpa ragu-ragu.

“Apa  kalian pernah mendengar cerita urband legen yang disebut Cermin Tak Hingga?”

“Ya, aku cuman mendengar sesuatu tidak menyenangkan dari urband legend itu.”

Kataku, dan Natsunagi mengangguk sedikit.

“Menurut rumor, dikatakan Cermin Tak Hingga—bisa memanggil iblis. Rumor mengatakan bahwa—Cermin Tak Hingga bisa menunjukkan baik masa lalu dan masa depan.”

“……!”

Mendegar itu, Aku dan Natsunagi melebarkan mata kami dan saling bertukar pandang. Rumor itu sendiri mengingatkan kami pada suatu keberadaan tertentu…, tapi bahkan itu pun tampak sangat tidak realistis.

“Nagisa, tolong berdirilah di depan cermin.”

Namun, ekspresi 《Siesta》 sama sekali tidak berubah, dan dia menyuruh Nagisa untuk berdiri beberapa meter di depan cermin besar, lalu menyuruhnya memegang cermin tangan itu. Cermin Tak Hingga kemudian mulai berefleksi—dan wajah Natsunagi tampak di cermin tangan kecil.

“Nah, persiapannya tinggal sedikit lagi.”

Mengatakan itu, 《Siesta》 kemudian mengambil lentera dengan lilin yang menyala, setela itu mematikan lampu di ruangan. Saat ini sudah tengah malam, dan lampu oranye yang bersinar memikat di dalam ruangan ini. Apa ini adalah langkah-langkah ritual dari Cermin Tak Hingga?

“Kita akan menunggu beberapa saat. Nagisa, tolong tatap dirimu di cermin seperti itu.”

Dia mengatakan itu, dan kami meninggalkan Natsunagi berdiri di depan cermin yang ada di tembok, dan menjauh sedikit.

Lalu, kami  menunggu beberapa menit.

“Kayaknya gak terjadi apa-apa.”

Satu-satunya hal yang muncul di cermin besar itu adalah fenomena fisik logis dari Natsunagi, dan tidak ada yang aneh entang itu. Tentu saja, Hel juga tidak terlihat.

“Hei,《Siesta》, apa artinya ini…”

Dengan perasaan tidak sabaran, aku mengatakan itu, dan kemudian,

“Tampaknya ada pemicu lain yang dibutuhkan.”

《Siesta》 mendekati Natsunagi, dan melepaskan pita merah yang terikat di rambutnya.

“……!”

Saat itu, mata merah di cermin itu melebar.

Rupa yang telah kehilangan pita pemberian Siesta itu mengingatkanku pada orang lain. Dalam kegelapan, dengan cahaya jingga yang bersinar, ujung jari Natsunagi meraih cermin.

“Diriku, yang lainnya…?”

Seperti sedang mengigau, Natsunagi menggumamkan itu. Lalu, telapak tangan kanannya menyentuh permukaan cermin. Dia kemudian menutup matanya dengan rapat, dan beberapa detik kemudian, dia membuka mata merah itu lagi.

“Natsunagi?”

Aku memanggil Natsunagi, namun dia tidak menoleh ke belakang.

Malahan—Natsunagi yang ada di cermin berbicara pada Natsunagi yang ada di hadapannya.

 

“Lama tidak bertemu, Master.”

3 Comments

Previous Post Next Post