Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 3 - Bab 1 Bagian 11

Bab 1 Bagian 11
Bahkan Gadis-Gadis Juga Menyukai Markas Rahasia


“Hm, oh, kayaknya dia sudah bangun.”

Itu adalah suaranya Siesta. Aku membuka mataku, dan langsung mendapati wajah cantiknya memasuki pandanganku.

Apa sejak kami melompat dari jendela, aku tidak sadarkan diri? Aku terbangun di sofa tempatku berbaring, dan menemukan kalau aku sedang berada di suatu ruangan yang terasa asing.

“Selamat datang di markas rahasia kami!”

Kali ini, itu adalah suaranya Acchan. Aku menoleh ke asal suaranya dan melihatnya sedang berdiri dengan tangannya di punggul sambil menampilkan ekspresi bangga.

“Markas rahasia?”

Mengatakan itu, aku melihat ke sekeliling ruangan…, dan menyadari ada sesuatu yang sedikit aneh dengan ruangan ini.

“Apa semua ini, adalah kardus…?”

Ya, ini adalah rumah kardus, dimana baik dinding, meja, dan bahkan sofa tempat aku berabaring, semuanya terbuat dari kardus.

Memang sih, ini kesannya seperti markas rahasia, tapi…, yang jadi pertanyaan di kepalaku adalah, apa yang kita lakukan di sini, dan mengapa pula aku dibawa ke sini?

“Ini adalah tempat yang menjadi basis dari operasi kami.”

Siesta mengatakan itu, saat dia duduk di kursi yang terbuat dari kardus.

Dan tentu saja, saat dia mengatakan ‘kami’, itu artinya teman burukku yang lain juga terlibat di dalamnya.

“Siichan memintaku untuk ikut andil di dalamnya. Dan yah, begitu dia sudah memutuskan sesuatu, adalah mustahil kalau dia akan berhenti.”

Acchan mengatakan itu dengan reaksi yang berlebihan saat dia mengibas-ngibaskan telapak tangannya ke atas. 

“…Aku lebih suka kalau kau tidak memanggilku menggunakan nama panggilan yang terdengar bodoh itu.”

Siesta mengalihkan pandangannya, terlihat merasa malu-malu yang tidak seperti dirinya yang biasa.

Meskipun dia memiliki kesan yang dewasa pada dirinya, aku merasa lega melihatnya bertingkah khas seperti anak-anak.

“Terus, tadi kau bilang kalau tempat ini adalah basis dari operasi kalian, kan?”

“Ya. Kami menggunakan markas ini sebagai basis untuk perlawanan..., serta untuk menyusun strategi serangan balik kami melawan orang dewasa.”

Saat dia mengatakan itu, Siesta membuka lemari kardus yang ada di tempat ini.

Dan di sana ada...,

“Eh, bukankah ini…?”

Ini adalah senjata-senjata yang biasanya hanya kulihat di dunia fiksi. Aku tidak benar-benar tahu dengan pasti apa sebutan dari semua benda-benda ini, tapi ada banyak sekali tembakan dan senjata tajam di dalam lemari kardus itu. Tunggu dulu, apa orang yang membuat semua ini adalah...,

“Ehehe! Akulah yang membuatnya!”

Berseru demikian, Acchan menunjukkan simbol damai dengan jarinya kepadaku.

Kurasa sesuatu seperti ini memang bisa diharapkan dari seorang gadis yang bisa membuat bom untuk bersenang-senang. Sejak Acchan mulai membuat mainan-mainan yang dia sebut《penemuan》, anak-anak lain jadi menunjukkan rasa hormat kepadanya. Tapi tetap saja, aku tidak menyangka dia akan membuat hal-hal yang sungguh sulit untuk dipercaya seperti ini...

“Tapi, apa kita benar-benar membutuhkan semua ini?”

Aku menanyakan itu pada mereka, sambil hanya melihat senjata-senjata itu dari jauh. Karena bagaimanapun juga, aku terlalu takut untuk menyentuh senjata-senjata itu secara langsung.

“Karena kalian mempersiapkan sesuatu yang sangat berbahaya seperti ini, apa itu berarti kalian benar-benar akan bertarung melawan orang dewasa?”

Tidak, tunggu dulu, apa perkembangan alur seperti ini memang benar-benar dibutuhkan? Apakah orang dewasa…, memang benar-benar menyembunyikan sesuatu dari kami di fasilitas ini?

“Entahlah? Untuk saat ini, kami masih belum bisa memastikannya.”

Mengatakan itu, Siesta menggelengkan kepalanya dengan tenang.

“Namun demikian, tidak ada salahnya untuk bersiap-siap menghadapi sesuatu yang tidak terduga. Yang namanya masalah harus sudah kita selesaikan sebelum itu terjadi.”

“...R-rasanya itu sulit untuk dikatakan.”

Aku bertanya-tanya, apa dia ini benar-benar anak yang seumuran denganku. Tidak, tunggu dulu, sejak awal dia tidak pernah memberitahuku tentang usianya.

“Jadi, bagaimana?” Tanya Siesta padaku. “Apa kau ingin bertarung bersama kami, Nagisa?”

Sejujurnya, aku takut.

Itu bukan karena aku takut untuk membangkang pada orang dewasa, juga bukan karena aku takut untuk mengetahui kebenaran yang disembunyikan pada kami. Aku takut, jika sesuatu akan berubah secara drastis.

Tentu saja, bukan berarti aku ingin mengatakan bahwa aku merasa puas dengan lingkungan di sekitarku. Bagaimanapun juga, aku tidak tahu seberapa besar kehidupanku akan meningkat tatkala aku bisa bebas dari menjadi subjek eksperiman obat-obatan.

Tapi, aku menghabiskan dua belas tahun hidupku dengan terikat di ranjang ruangan bangsal, dan itu benar-benar menjeratku dengan kuat.

“Aku…”

Untuk sesaat, aku tidak bisa menjawab pertanyaan Siesta, dan hanya bisa melihat ke arah bawah.

Terhadapku yang seperti itu, Siesta...,

“Suatu hari, secara terbuka, ayo kita pergi melihat laut di siang hari.”

Dia melontarkan perkataan yang mengingatkanku akan pertemuan pertama kami. Dan kemudian...,

“Kita tidak akan membuat jantungmu merasa sakit, dan kita akan berlarian di dalam riakan ombak sebanyak yang kita inginkan. Tapi, untuk bisa menciptakan masa depan tersebut—sesuatu haruslah berubah.”

Saat Siesta mengatakan itu, dia mengulurkan tangan kirinya kepadaku yang sedang duduk.

“…Tampaknya aku tidak punya pilihan tentang ini.”

Astaga, aku menghela nafas.

“Aku akan membantu kalian!”

Meraih tangannnya yang terulur padaku, aku berdiri.

“…Issh, kenapa sih kalian berdua selalu saja berakhir berada di dunia kalian sendiri?”

Terdapat seorang anak yang tampak melongo dengan ini. Dengan tangannya yang terlipat, Acchan memelototi kami..., tapi dia sama sekali tidak terlihat mengintimidasi.

“Jangan ngeluh-ngeluh kayak gitu. Nanti Nagisa akan memelukmu kok.”

“Dasar Siichan tolol! Na~ch~a~n!”

Uwekk, tubuhmu bau minyak…”

“Ya ‘kan aku habis membuat penemuan!”

Acchan terus menginjak-nginjak lantai, lalu kami tertawa bersamas-sama.

Aku yakin..., bahwa kami bertiga dapat menghadapi perubahan dan kesulitan.

Dan sebelum aku menyadarinya, semua kekhawatiran dan keraguan yang kumiliki langsung hilang.

“Baiklah, kembali ke topik ini.”

Aku berdiri di posisi dimana kami bertiga membentuk lingkaran.

“Kita bertiga akan memecahkan misteri yang ada fasilitas ini!”

Aku mengulurkan tangan kananku ke arah mereka berdua.

“Sip, itu baru namanya semangat.”

“Ahaha, kau benar-benar kekanak-kanakan ya, Nachan.”

“Jangan jadi merendahkanku di saat-saat saat terakhir seperti ini!”

Demikian, kami tertawa, menjadi marah, “Oh!” dan bersama-sama bersumpah.

“…Astaga...”

Aku tidak menyangka kalau aku akan mempermalukan diriku sendiri seperti ini... Aku kemudian kembali ke sofa, dan menggunakan sikuku sebagai penyangga ketika aku meletakkan tangannku di pipiku.

“Hm?”

Sekali lagi, aku melihat-lihat ke arah ruangan di sini, dan menyadari bahwa ada banyak mainan serta boneka di dekat jendela. Aku ingin tahu, apa semua itu adalah hadiah yang diberikan oleh bibi dan paman yang biasanya, tapi tampaknya itu semua terlalu banyak kalau cuman diberikan kepada Acchan saja.

…Tapi yah, apa yang paling ingin kukatakan adalah....

“Acchan, kau itu seratus kali lebih kekanak-kanakan, bukan?”



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya

2 Comments

Previous Post Next Post