Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 3 - Bab 1 Bagian 4

Bab 1 Bagian 4
Status, seorang pelajar, kadang-kadang, seorang asisten


Besoknya—aku menghadiri sesi pelajaran di sekolah.

Ya, aku sudah lupa kalau dalam dunia persekolahan ada yang namanya sesi pelajaran tambahan.

Mungkin ini memang agak tiba-tiba, tapi sejak sebelum aku menjadi asisten detektif, status sosialku adalah seorang pelajar. Belakangan ini, aku pergi melakukan tur kapal pesiar segera setelah liburan musim panas dimulai, dan kemudian, aku diculik..., yah, tampaknya bagi siswa SMA, memang tidak ada penangguhan selama liburan musim panas.

“Astaga, cuman 15 menit lagi ya yang berlalu.”

Aku melihat ke arah jam yang digantung di dinding, dan merasa putus asa.

Sejak pagi tadi, kami mengadakan sesi pelajaran tambahan yang disebut sebagai kelas musim panas, dan ini rasanya seperti pelajaran itu berlangsung secara perlahan, atau mungkin bahkan rasanya seperti berlangsung selamanya. Yah, pada dasarnya masih ada sekitaran tiga puluh menit lagi sampai waktunya istirahat.

“Mending aku tidur.”

Tugas utama seorang pelajar adalah tidur. Konon katanya, anak-anak yang memiliki waktu tidur yang cukup akan bisa tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat. Itu benar-benar luas biasa, aku ingin diriku tumbuh setidaknya 3cm lagi. Ngomong-ngomong, Siesta itu suka sekali tidur, jadi mungkin itu adalah alasan utama dirinya tumbuh dan berkembang dengan sangat baik dalam berbagai hal.

“…Hah?”

Ini kesannya seperti aku sedang memikirkan hal-hal yang tidak pantas.

Tampaknya itu karena aku merasa lelah, yah…, lagian kemarin ada begitu banyak hal yang terjadi.

Saat ini, aku berada di kursi yang paling dekat dari koridor, di bagian paling belakang. Berbaring di atas mejaku, aku mulai memilah-milah pikiranku.

Kemarin, 《Siesta》 mengungkapkan kebenaran—bahwasannya terdapat dua belas 《Tuner》 yang melindungi dunia ini. Salah satu peran yang ada di  《Tuner》adalah 《detektif hebat》, dan rencana tentatifnya adalah menunjuk Natsunagi untuk mengisi peran itu.

Jika Natsunagi ingin menjadi salah satu anggota 《Tuner》, maka pertama-tama dia harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh 《Siesta》, yaitu, apa kesalahan yang terdapat dalam video yang kemarin kami tonton. Setelah bertanya lebih lanjut tentang itu, kami mengetahui kalau ternyata ada kesalahan tertentu dalam video mengenai kasus yang terjadi di satu tahun yang lalu. Kalau Natsunagi masih merasa bingung apakah dirinya harus menjadi 《detektif hebat》 atau tidak, maka masih belum terlambat untuk memutuskannya setelah dia menyelesaikan pertanyaan ini. Itulah yang Siesta katakan, dan kemudian dia melepaskan kami.

Jadi intinya, aku…, atau lebih tepatnya, Natsunagi mesti mencari tahu letak kesalahan yang tersembunyi dalam kebenaran satu tahun yang lalu.

“Tapi, kami sama sekali tidak memiliki petunjuk perihal itu.” Gumamku, dengan suara yang tidak bisa didengar orang lain.

…Kemudian, saat aku kembali menjernihkan pikiranku, kudengar bahwa di sekitarku ada suara yang berisik. Tampaknya, tanpa kusadari pelajaran sudah selesai, dan sekarang waktunya istirahat. Setelah ini, kami akan memiliki dua sesi pelajaran lagi, dan habis itu, pelajaran tambahan akan berakhir. Aku ingin pergi ke kantin untuk membeli makanan, tapi saat itu, tepat saat aku mengangkat kepalaku...,

“Ah...,”

Mataku saling bertemu dengan seorang gadis yang berada di koridor—Nagisa Natsunagi. Kayaknya dia mau pergi ke kantin bersama teman-temannya, yaitu sekitar tiga sampai empat gadis (mereka semua cukup cantik), dan mereka berjalan berdampingan.

Kemudian, saat aku berdiri dan berniat memberitahunya perihal rencana kami sepulang sekolah nanti...,

“…………”

Tiba-tiba, dia mengalihkan pandangannya dariku.

Dan kemudian, dia mulai ngobrol bareng teman-temannya, terus entah kenapa dia jadi diam, lalu menggelengkan kepala dan tangannya, dan akhirnya pergi dari situ.

Apa ini adalah Neraka? Untuk beberapa alasan, dari kelasku aku bisa merasakan beberapa tatapan yang ditujukan ke arahku, jadi aku langsung duduk dan pergi tidur.

 

“Kau mau tidur sampai kapan?”

Sepulang sekolah, suara yang lembut membangunkanku dari tidur siangku.

Penglihatanku tampak buram, jadi aku mengusap-mengusap mataku…, dan kemudian, samar-samar aku bisa melihat sesosok siluet di depanku.

“Aku cuman menikmati waktu luang yang jarang-jarang bisa kumiliki setelah kita melalui dua kasus.”

Karena 《kecenderungan terlibat dalam masalah》 yang kumiliki, aku jarang memiliki kesempatan untuk tidur, tapi berkat itu juga, aku berhasil menyelesaikan beberapa masalah kecil yang dimiliki teman-temanku.

“Oh iya, aku tidak punya sesuatu yang ingin kukatakan padamu—Natsunagi.”

Melihatnya duduk di depanku, aku jadi teringat akan bagaimana aku diperlakukan sebelumnya dan menyipitkan mataku ke arahnya.

“Iya, iya, maaf soal itu. Ngomong-ngomong, kau punya rambut tidur tuh.”

Mengatakan itu, Natsunagi dengan mudah masuk ke daerah pribadiku dan mulai menyisir rambutku dengan jari-jarinya.

“Memangnya kau ini Siesta, ya?”

“Bisa dibilang setengahnya.”

Dia tersenyum, saat dirinya disiniari oleh cahaya jingga yang redup. Di ruang kelas sepulang sekolah, di saat matahari akan terbenam, hanya ada kami berdua.

“Jadi? Untuk apa kau ke sini Natsunagi?”

Menanyakan itu, aku menhempiskan tangannya yang terulur.

“Memangnya untuk apa lagi? Bukannya pas istirahat tadi kau ingin mengatakan sesuatu padaku?”

“Terus siapa orang yang mengabaikanku dan pergi begitu saja?”

Melihat adegan dimana gadis-gadis SMA sedang bergosip benar-benar suatu hal yang sangat menyakitkan.

“…Habisnya, nanti mereka akan menggodaku jika aku menanggapimu.” Katanya, saat dia menatapku dengan raut yang tidak senang. “Seperti..., yah, mereka mungkin akan bertanya apa aku punya hubungan denganmu atau tidak.”

“Jangan jadi malu cuman karena kau menjadi sasaran rumor tersebut.”

“…Tapi kan aku tidak bermaksud seperti itu.”

Tampaknya Natsunagi ingin mengatakan sesuatu, dan dia menarik poniku dengan kesal. Dia ini kenapa sih?

“Ngomong-ngomong, tidurmu tadi lama sekali. Pikirmu berapa lama aku sudah menunggu?”

“Kurasa..., sejak saat kau menunjukkan tanda-tanda ingin tidur juga?”

“Harusnya kau mengatakan itu lebih awal!”

“Dan juga, seka dulu tuh mulutmu.”

“Matilah dua kali!”

Mengatakan itu, Natsunagi membanting kepalaku ke atas meja. Itu tidak masuk akal…….

“…Terus? Apa yang kau inginkan?” tanya Natsunagi, saat dia menyeka air liurnya.

Dia memandang matahari yang perlahan-lahan terbenam di luar jendela.

“…Yah.”

Aku ingin menyebutkan perihal apa yang sebelumnya kupikirkan…, tapi untuk suatu alasan, aku tidak bisa menyebutkannya.

Tidak, bukan cuman aku saja. Natsunagi sendiri juga sebenarnya tahu apa yang ingin kukatakan. Dan di dalam situasi itu, tidak ada satu pun dari kami yang bisa memulai pembicaraan.

“Jadi, kau punya teman?”

Tanpa pikir panjang lagi, aku memulai dengan basa-basi.

“Apa-apaan dengan kalimat yang terkesan sedih itu…” Dengan tampilan iba, Natsunagi menatapku. “Bagaimana biasanya kau akan menghabiskan waktu istirahatmu?”

“Tentang itu, aku punya tempat rahasia yang biasanya kukunjungi, jadi aku baik-baik saja.”

Yah, meskipun tadi aku jadi ketiduran gara-gara ulah dari seorang tertentu.

“Jadi di situ ya tempat yang kau gunakan untuk makan sendirian? Apa itu toilet?”

“Kau sadar tidak sih bahwa baru saja kau mengatakan sesuatu yang sangat buruk?”

Kalau kau mewarisi gelar detektif, maka jangan mengambil peran untuk menganggapku sebagai orang yang tolol juga...

Dengan tampilan tercengang, aku kemudian berdiri dari kursiku.

“Aku akan menunjukkannya padamu, ayo kita pergi ke tempat rahasia itu.”

Aku mengatakan itu pada Natsunagi, yang saat ini menatapku dengan mulut yang terbuka lebar.

“…Eh? Kalau kau mau mengajakku ke toilet, itu, erm, yah…”

“Aku tidak ada mengatakan kalau kita mau pergi ke toilet, dan juga, jangan menampilkan tatapan yang malu-malu seperti itu.”



3 Comments

Previous Post Next Post