Gonin Hitoyaku demo Kimi ga Suki Volume 1 - Bab 1

Bab 1
Sampai kami saling mengenal akan satu sama lain


Sudut Pandang Makihara Taiga

 

Lima bulan setelah aku memasuki kehidupan SMA—setelah liburan musim panas.

“...Aku tidak menyangka kalau kau benar-benar akan bergabung ke dalam Noblesse.”

Di belakang meja kantor yang besar, Konoe R Chika mengatakan itu dengan ekspresi kosong.

Ini adalah kantor dari ketua Noblesse. Dan di sinilah ruangan tempat Konoe-san melakukan pekerjaannya. Interiornya sederhana, hanya ada meja kerja dengan ATK, PC, rak buku, ketel listrik, dan meja serta bahan dan perlengkapan teh.

Kemudian, saat Konoe-san melihat nilaiku yang tertulis di atas kertas....,

“Pada saat kau baru masuk, kau hampir berada di peringkat terbawah, tepatnya peringkat ke-264. Mulai dari situ, kau terus meningkatkan nilaimu..., hingga akhirnya, kau menempati peringkat ke-3 dalam ujian setelah liburan musim panas dan memenuhi persyaratan untuk bergabung dengan Noblesse.”

“Yah, aku belajar tidak hanya saat ketika aku sampai di rumah setelah pulang sekolah, tapi juga ketika waktu istirahat saat di sekolah. Bahkan selama liburan musim panas kemarin, aku tinggal di apartemenku selama sekitaran 14 jam.”

“Kau sudah seperti siswa yang akan menghadapi ujian saja...”

Aku menghabiskan sebagaian besar tabunganku untuk menyewa tutor yang terampil. Dan aku diajari bagaimana caranya belajar yang baik dari tutorku itu. Dan semua itu, terus kulakukan dengan ketekunan yang kukembangkan dari bisbol.

Lalu, sambil mengarahkan mata biru esnya ke arahku, Konoe-san berbicara...,

“Apa itu tidak apa-apa jika kau tidak pergi nongkrong dengan teman-temanmu?”

“Ya tidak apa-apa. Lagian, aku tidak memiliki teman di sekolah!”

“Ntar dulu, apa kau ngerti arti dari yang namanya ‘tidak apa-apa’...?”

Saat di sekolah, tepat seperti yang kuduga, teman-teman sekelasku mengejekku tentang kejadian di penampungan kotoran. Bahkan saat aku hanya ingin pergi ke toilet, akan ada  yang mengatakan, “Oi Makihara! Jangan sampai kau terjatuh lagi ya!”

Karena aku tidak memiliki kewajiban untuk bergaul dengan mereka, jadi aku mengabaikan mereka dan mengasingkan diriku sendiri di kelas. Dan berkat itu, aku jadi punya waktu untuk belajar hingga aku akhirnya bisa memasuki Noblesse. Sekarang, aku tidak akan kesepian lagi.

Aku pun melihat-lihat sekeliling kantor Ketua, dan menanyakan pertanyaan yang mengganggu pikiranku...

“Ngomong-ngomong..., dimana anggota Noblesse yang lain?”

“Anggota Noblesse hanya aku dan kau saja, Makihara-kun.”

“Hah?”

“Untuk bergabung dengan Noblesse, kau mesti menempati posisi 3 besar di angakatanmu, dan juga mendapatkan persetujuan dari rektor. Nah, di masalah persetujuan itulah ada banyak orang yang ditolak untuk bergabung.”

Rektor..., memang sih, sebelum bergabung dengan Noblesse, aku ada melakukan wawancara dengan wanita tua yang tampak pemarah.

Tapi, aku diberitahukan kalau aku “lulus” hanya setelah kami berbicara sebentar. Apakah bagian wawancara itu memang merupakan sesuatu yang sulit?

Yah, mengesampingkan perihal itu, sekali lagi aku mengajukan pertanyaan.

“Selain berperan dalam OSIS, tugas Noblesse adalah untuk membantu dan mendukung siswa-siswi, kan? Kalau dipikir lagi-lagi, ada banyak sekali pekerjaan seperti mengelola event sekolah, mengatur anggaran, dan memberikan solusi dari kekhawatiran yang dimiliki siswa-siswi... Apa sampai saat ini, kau melakukan semua itu sendirian, Konoe-san?”

Untuk beberapa alasan, Konoe-san tampak merasa tidak nyaman dan mengalihkan pandangannya.

“Itu sama sekali bukan masalah besar.”

Uuu~, dia sungguh gadis yang rendah hati...

Selagi aku semakin klepek-klepek padanya, Konoe-san tengah mengerjakan setumpuk dokumen, membacanya dalam hati dan membubuhkan cap persetujuannya. Kecepatan pengerjaannya itu sangat luar biasa.

Nah, karena aku tidak mengerjakan apa-apa, jadi aku bertanya kepadanya....,

“Erm, apa ada pekerjaan yang bisa kulakukan?”

“Untuk saat ini, aku sendiri saja sudah cukup menangani pekerjaan. Kalau kau ikut membantu, itu justru akan menjadi agak tidak efisien.”

Njir, aku cukup terkejut mendengar dia mengatakan itu. Namun demikian..., aku tidak merasakan adanya semacam kebencian atau rasa tidak senang dari Konoe-san yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Kesannya lebih seperti dia hanya mengatakan fakta sebagaimana adanya.

“Baiklah. Kalau begitu, aku akan belajar, tapi jika kau membutuhkan sesautu dariku, tolong panggil aku.” kataku, dan kemudian pergi dari meja kerja Ketua ke sudut ruangan.

Kalau sampai nilaiku turun, aku akan dipaksa untuk keluar dari Noblesse, jadi aku masih harus tetap untuk giat belajar.

Tapi saat aku diberikan tugas nanti, aku akan melakukan yang terbaik dalam mengerjakannya. Aku harus menunjukkan padanya bahwa aku ini berguna.

Aku kemudian melirik sekilas ke arah Konoe-san.

Dia memakai jepit rambut bunga sakura yang menghiasi rambut pirangnya. Ekspresinya tampak tidak lelah, tapi itu jadi membingungkan dengan dirinya yang memiliki payudara yang besar. Dengan payudara yang sebesar itu, dia pasti kewalahan.

Selain itu, tidak ada setitik debu pun di ruangan ini, dan setiap peralatan tampak mengkilap. Aku jadi bisa tahu kalau Konoe-san adalah orang yang sangat suka menjaga kebersihan.

Tapi, meskipun dirinya sangat menyukai kebersihan....

Dia tidak segan-segan melompat masuk ke tempat penampungan kotoran untuk menyelamatkanku!

Biasanya orang-orang tidak akan sampai melakukan sesuatu seperti itu. Aaa, cintaku jadi semakin menambah.

Yah, meskipun aku penuh dengan cinta terhadapnya, tapi..., aku tidak boleh terburu-buru dalam mengungkapkan perasaanku.

Setelah belajar dengan keras selama lima bulan, akhirnya aku bisa menghabiskan waktuku bersamanya. Lebih baik aku meluangkan waktu agar kami bisa saling mengenal, dan setelah kami bergaul dengan baik, aku akan memberitahukannya seperti apa perasaanku terhadapnya.

 

Sudut Pandang ???

 

“Oh, dia benar-benar bergabung dengan Noblesse... Ngomong-ngomong, kalau dilihat baik-baik, dia memiliki wajah yang sangat imut.”

“Yah, dia memang tampak seperti tipe orang yang Fuuko-nee sukai. Lagipula, usianya juga lebih muda.”

“Oh, kau memang sangat mengerti diriku, Hikari. Tapi yah, mengesampingkan peningkatan nilainya yang luar biasa, aku terkejut nenek tua itu mau menyetujui dia bergabung ke Noblesse.”

“Kau benar—Eh liat tuh, dia melirik-lirik kearah Chika-nee. Sepertinya dia memang benar-benar jatuh cinta kepadanya, ya kan, Ai?”

“Mm, tapi masalahnya Chika-neesan sama sekali tidak menyadari itu... Hm, apa kau tidak keberatan tidak melihat ini, Maihime-neesan?”

“Aku sedang sibuk berlatih drama. Dalam adegan ini, aku akan bergerak seperti ini...”

“Oi, Maihime, jangan banyak gerak.”

 

Sudut Pandang Makihara Taiga

 

Hmm?

Mendengar seperti ada suara dari sesuatu yang bergerak di langit-langit, aku menolehkan pandanganku ke atas...

“Konoe-san, apa dilangit-langit ada tikus?”

“......Tampaknya begitu.”

“Haruskah aku naik ke atas dan menyingkirkan tikus-tikus itu?”

“T-Tidak usah.”

Entah kenapa, dia menatapku dengan panik. Dalam kepanikannya itu, dadanya menabarak dokumen-dokumen di atas meja yang membuat beberapa diantaranya terjatuh.

“Itu bisa gawat jika kau sampai terluka, Makihara-kun.”

Konoe-san mengkhawatirkanku!

Saat aku merasa senang tentang itu...,

 

Tok, tok, tok, ada suara ketukan yang terdengar dari pintu.

 

Saat Konoe-san mengatakan “masuk”, pintu terbuka, dan dari sana masuk seorang gadis yang berpenampilan agak mencolok.

Dia kelihatan gugup, mungkin itu karena dia akan bertemu dengan orang paling karismatik di sekolah ini.

“A-Aku..., aku Misaki Horai dari kelas 1B. Aku punya sesuatu yang ingin kukonsultasikan padamu, Ketua.”

Noblesse selalu terbuka untuk menerima konsultasi dari siswa-siswi. Karenanya, di sini aku juga harus melakukan yang terbaik.

Hanya saja, yang jadi masalah di sini adalah, orang ini...

“Oh, ada Makihara toh?”

Dia adalah teman sekelasku yang sering mengejekku. Contohnya saat aku sedang menderita karena tenggelam di tempat penampungan kotoran, dia tidak menolongku dan justru memfotoku dan mengatakan “Aku akan memposting ini di Twitter”.

“Hei Makihara, akhir-akhir ini nilaimu meningkat pesat, bahkan kau sampai bergabung dengan Noblesse. Semua orang di kelas jadi terkejut loh.”

Banyak [siswa khusus] sepertiku yang tidak bisa mengikuti pelajaran yang sulit dan pindah ke sekolah lain atau memutuskan untuk menjadi murid ugal-ugalan. Teman-teman sekelasku juga berpikir kalau pada akhirnya aku juga akan sama seperti [siswa khusus] lainnya, dan bahkan, ada yang bertaruh tentang itu.

Sebenarnya sih, aku tidak ingin melihat orang-orang dari kelasku...

Tapi, sekarang aku adalah anggota Noblesse, jadi meskipun itu adalah orang-orang yang tidak kusukai, aku mesti membantu menyelesaikan masalah mereka. Dan dengan begitu, kesan Konoe-san terhadapku akan menjadi semakin baik.

Aku menghela nafas dan tersenyum, dam kemudian mengucapkan, “Terima kasih.”

Lalu, Konoe-san mengacungkan dan menunjukkan jari telunjuknya ke arah tertentu...

“Ayo kita berbicara di ruang tamu.”

Di sebelah kantor ketua Noblesse, ada ruang tamu dengan sofa dua dudukan yang saling berhadapan dengan bersebrangan meja.

Setelah aku menyeduhkan teh, aku duduk berdampingan dengan Konoe-san, di seberang Misaki Horai.

Konoe-san pun mulai mengajukan pertanyaan. Dan kalau dirinya yang sedang bertanya itu dikombinasikan dengan kecantikannya yang dingin, dia terlihat seperti seorang jaksa.

“Misaki Horai-san. Tolong beri tahu kami apa masalahmu.”

“Ya, sebenarnya...”

Rupanya, Horai jatuh cinta pada teman sekelas kami yang namanya Yamada. Nama itu membuatku teringat akan kenangan tidak menyenangkan lainnya yang kualami. Dia adalah orang yang mencelaku saat aku teggelam dengan mengatakan “Padahal dia adalah pitcher yang hebat, tapi dia terpuruk dalam berbagai hal.”

Apa yang ingin Horai konsultasikan adalah, “Aku ingin mengungkapkan perasaanku pada Yamada-kun dan kemudian berpacaran dengannya, tapi aku tidak memiliki keberanian untuk melakukan  itu. Jadi, apa yang harus kulakukan?”

Jadi dia berkonsultasi masalah cinta, ya? Nah, bagaimana Konoe-san akan menjawabnya?

Bisa dibilang, ini adalah kesempatan untuk belajar tentang pandangan cinta dari orang yang kau cintai.

Konoe-san mengangguk, dan setelah dia mengatakan “Begitu toh”.....

 

“Lupakanlah pria itu. Bagi anak SMA seperti kita, romantisme itu hanya membuang-buang waktu.”

““Eh!?””

Aku dan Horai sama-sama terkejut dengan kata-kata yang Konoe-san ucapkan.

Dan kemudian, entah kenapa, Konoe-san membawa proyektor, lalu menghubungkannya ke laptopnya.

Saat dia mengoperasikannya dengan mouse... Proyektor itu menampilkan materi seperti grafik di dinding. Grafik tersebut menunjukkan dampak-dampak dari hubungan romantisme anak SMA. Seperti misalnya risiko kehamilan, gangguan moral masarakat, dan dampak negatif lainnya.

Lalu, setelah Konoe-san menyelesaikan penjelasannya...

“Ngomong-ngomong, ini adalah dokumen yang kubuat sendiri.”

Dia membuat sesuatu seperti ini..,  yah, bukannya itu adalah sesuatu yang salah sih, tapi...

Ini buruk!

Bagiku, cinta antara Horai dan Yamada tidaklah lebih berharga daripada perwakinan antara lalat. Yang jadi masalahnya di sini adalah, jika Konoe-san mengatakan. “Romantisme di antara anak SMA hanya membuang-buang waktu”, itu artinya...

Aku tidak bisa berpacaran dengan Konoe-san! Duh, gawat nih!

Di sini aku harus menyangkal pendapatnya Konoe-san.

Aku pun mengangkat tanganku, dan kemudian...

“Apa yang kau katakan itu mungkin memang tidaklah salah Konoe-san.”

“Hm?”

“Yang jadi pertanyaannya di sini adalah, apa sih tujuan utama dari seorang pelajar?”

“Tentu saja untuk belajar.”

“Itu benar. Karenanya, jika romantsime memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi akademi, bukankah itu tidaklah sesuatu yang membuang-buang waktu?”

Baik Konoe-san dan Horai menatapku dengan bingung.

“Bahkan aku, yang bisa menaikkan nilaiku dengan pesat dari yang terbawah adalah karena—”

Suaraku meninggi. Aaa, harusnya aku mengatakan itu setelah kami saling mengenal dengan lebih baik...!

Cuman masalahnya, jika aku tidak menyangkal pendapat Konoe-san, cintaku hanya akan bertepuk sebelah tangan.

Aku kemudian berdiri, dan memutuskan untuk memberitahunya...

 

“Karena aku jatuh cinta padamu Konoe-san. Aku jatuh cinta padamu saat insiden di sesi pelajaran outdoor, dan sejak saat itu aku ingin terus berada di sisimu! Terhadapku yang tidak bisa bermain bisbol lagi, kau memberiku harapan untuk terus menjalani hari-hariku!”

 

Mendengar kata-kataku, Horai sontak menyerukan, “Hah?” sambil ternganga. Yah, wajar saja jika dia bereaksi seperti itu. Lagipula, dia datang ke sini karena dia ingin berkonsultasi perihal romansa, tapi dia justru medapati adegan pengakuan cinta tepat dihadapannya.

Di sisi lain, Konoe masih tanpa ekspresi, dan caranya yang menatapku itu masih tetap dingin.

Karena aku tidak tahan lagi dengan kesunyian yang melayang di tempat ini, jadi kuputuskan untuk angkat bicara....

“Bagaimana menurutmu, Konoe-san?”

“Apa maksudmu?”

“Setelah mengetahui alasan dari nilaiku yang melonjak pesat, apa kau masih akan mengatakan kalau romantisme itu hanya buang-buang waktu?”

Konoe-san hanya mengangkat bahunya, dan melihat ke arah cangkir teh yang sudah kosong.

“Ayo kita tambah tehnya.”

Mengatakan itu, dia pergi ke kantornya.

...D-Dia sama sekali tidak mempedulikannya? Ini rasanya seperti berputar-putar tanpa kendali.

Berakhilah sudah. Segala sesuatunya telah berakhir di hari pertamaku bergabung dengan Noblesse! Padahal aku telah belajar dengan sangat keras tiap harinya...!

Aku memegang kepalaku dan meringkuk. Perasaan putus asa yang kurasakan bahkan jauh lebih besar daripada saat lemparanku terkena home run di final turnamen nasional.

Pada saat itu, Horai berbicara padaku dengan suara yang lemah.

“Maaf ya, Makihara. Demi diriku, kau mencoba untuk menyangkal pendapatnya Ketua, kan?”

Hah?

“Kalau tadi aku mendengarkan apa yang Ketua katakan, aku mungkin tidak akan mengungkapkan perasaanku. Kalau bukan karenamu, aku yakin kalau aku akan berpikiran bahwasannya apa yang Ketua katakan itu memang benar.”

“Y-Ya.”

“Untuk mencegahku berpikiran demikian, makanya tadi kau bersikap seperti itu dengan kesiapan untuk ditolak, benar begitu, kan?”

.......................

........................

........................

Nih orang goblok banget anjing!

Mengapa pula aku harus melakukan sesuatu seperti itu kepada orang yang menertawakanku di saat aku sedang kesusahan?

...Tapi, aku harus memanfaatkan keuntungan dari ini.

Mungkin saja, Konoe-san sedang menguping kami dari balik pintu.

Untuk meningkatkan kesannya terhadapku, aku harus berpura-pura...,

Dengan suara yang sengaja kukeraskan agar Konoe-san bisa mendengarnya, aku berbicara...

“Oh, jadi kau menyadarinya?”

“M-Maaf ya... aku sudah memfotomu saat kau jatuh ke tempat penampungan kotoran, bahkan sampai mengejekmu...”

Mungkin karena dia merasa tersentuh dengan tindakanku, Horai menutupi wajahnya dengan tangannya dan mulai menangis.

Aku memberinya tatapan yang seolah-olah aku sedang melihat sampah. Tapi terlepas dari itu, aku mengeluarkan suara yang lembut.

“Tidak apa-apa, aku juga tidak mempermasalahkannya kok.”

Kesanku harus meningkat. Aku tidak akan pernah menyerah sampai permainan selesai!

 

Sudut Pandang Saudari Ketiga, Hikari

 

Aku—Konoe Layla Hikari, putri ketiga dari keluarga Konoe, bersama tiga saudariku, sedang menonton monitor yang dipasang di loteng kantor ketua.

Ini adalah video live yang ditransmisikan dari kamera ultra-mini yang dibawa oleh Chika-nee. Kamera itu disamarkan sebagai jepit rambut bunga sakura, jadi akan sulit bagi orang lain untuk menyadarinya.

Wajah Makihara Taiga muncul di monitor. Dia terlihat seperti sedang mengumpulkan keberaniannya, dan kemudian...

 

“Karena aku jatuh cinta padamu Konoe-san. Aku jatuh cinta padamu saat insiden di sesi pelajaran outdoor, dan sejak saat itu aku ingin terus berada di sisimu! Terhadapku yang tidak bisa bermain bisbol lagi, kau memberiku harapan untuk terus menjalani hari-hariku!”

 

““““Oh—””””

 

Seruan meletus.

Loteng ini berukuran sekitar 15 tikar tatami. Loteng ini juga cukup tinggi untuk berdiri dan berjalan, dan ada meja, rak buku, AC, kulkas, dan bahkan ranjang untuk tidur siang.

Kemudian, seorang gadis berambut pendek—saudari kedua, Fuuko-nee, berseru...

"Tuh ‘kan, seperti yang dulu pernah kubilang! Ace Tak Beruntung itu memang luar biasa. Dia benar-benar pemberani.”

Saudari kelima, Ai, juga menjadi bersemangat saat wajahnya yang lembut jadi memerah.

"Aku sungguh terkejut. Bagaimana menurutmu, Maihime-neesan?"

"Aku mau berkonsentrasi membaca naskah."

Orang yang menjawab dengan nada lesu itu adalah saudari keempat, Maihime. Karena dia akan membintangi drama di festival sekolah, jadi dia sedang sibuk berlatih.

Kami berempat yang ada di sini, dan juga Chika-nee—terlihat persis sama meskipun model rambut dan seragam kami beberda.

Kami adalah saudari kembar yang identik.

Ketua Noblesse, Konoe R Chika, adalah orang yang terkenal sebagai heroine sempurna yang jago dalam akademis dan olahraga, seorang influencer, seorang aktris, serta seorang sukarelawan yang berdedikasi. Akan tetapi....

Itu tidak sepenuhnya benar.

Kami adalah lima orang dalam satu peran, dimana kami beperan sesuai spesialisasi kami masing-masing. Chika-nee berspesialisasi dalam akademis, Fuuko-nee berspesialasi dalam olahraga..., dan seterusnya.

Karena itu, di sekolah, peran yang kami mainkan dikenal sebagai “Lima Perubahan Ketua”.

Uraian singkat dalam pembagian peran kami di sekolah adalah sebagai berikut.

Chika-nee, saudari tertua, adalah salah satu dari lima akademisi teratas di Jepang..., dimana dia bertanggung jawab dalam urusan studi.

Fuuko-nee, saudari kedua, dia memiliki kemampuan ateltik yang luar biasa..., dimana dia bertanggung jawab dalam urusan olahraga.

Hikari, sudari ketiga (Aku), adalah seorang influencer dengan lebih dari 200.000 pengikut di media sosial..., aku bertanggung jawab dalam urusan komunikasi.

Maihime, saudari keempat, adalah seorang aktris jenius..., dia bertanggung jawab dalam urusan seperti pidato di pertemuan sekolah, dll.

Ai, saudari kelima, dia sangat baik layaknya saintess..., dimana dia bertanggung jawab dalam urusan kegiatan sukarewalan, dll.

Ada situasi yang rumit yang membuat kami jadi melakukan ini..., mengenai penjelasan tentang itu, bahasnya kapan-kapan saja. Karena bagaimanapun juga, saat ini sedang terjadi sesuatu yang menarik, jadi aku mesti memperhatikan video.

Tadi, saat Chiaki-nee menerima ungkapan perasaan dari Makihara, dia tampak tidak kehilangan ketenangannya, tapi...

Saat dia pergi ke kantor Ketua Noblesse, video yang ditampilkan di monitor bergerak secara drastis ke arah bawah. Dia pasti sedang berjongkok.

[Eh? Makihara-kun mencintaiku? Jadi itu sebabnya dia belajar sangat keras supaya bisa bergabung dengan Noblesse? Eh?]

Ahahaha. Dia jadi sangat gelisah. Tampaknya saat dia sudah sendirian seperti ini, dia menjadi merasa malu.

Melalui pintu, bisa terdengar percakapan antara Makihara-kun dan Horai-san.

 

[Demi diriku, kau mencoba untuk menyangkal pendapatnya Ketua, kan?]

[Oh, jadi kau menyadarinya?]

[M-Maaf ya... aku sudah memfotomu saat kau jatuh ke tempat penampungan kotoran, bahkan sampai mengejekmu...]

[Tidak apa-apa, aku tidak mempermasalahkannya kok.]

 

Meskipun terhalang pintu, tapi entah kenapa, suaranya Makihara-kun bisa terdengar dengan sangat jelas.

Yah, mengesampingkan tentang itu.

Hee~, jadi Horai-san dan Yamada-kun pernah melakukan hal yang buruk pada Makihara-kun.

Namun demikian, Makihara-kun tetap memberikan masukan yang baik pada Horai-san,  agar Horai-san bisa berpacaran dengan Yamada-kun. Apalagi, dia melakukan itu dalam situasi dimana besar kemungkinan kalau dia akan ditolak oleh Chiaki-nee! Itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

“Dia pria yang luar biasa.”

“Sungguh, dia sangat baik.”

Fuuko-nee dan Ai pun terkesan dengan dirinya.

 

Pip pip~

 

Bersamaan dengan suara elektronik, lantai terbuka—langit-langit kantor Ketua Noblesse—dan tangga turun. Pasti Chika-nee yang mengoperasikan itu dengan remote control.

Setelah Chika-nee menaiki tangga...

“Ayo kita tukaran, Hikari. Kurasa aku bukan orang yang tepat dalam menangangi masalah konsultasi romansa.”

“Oke. Ngomong-ngomong, Chika-nee, bagaimana rasanya menerima ungkapan perasaan?”

“~~~~~~~~”

Ahahaha. Padahal dia biasanya berpenampilan keren, tapi sekarang bahkan telinganya jadi memerah.

Aku kemudian menerima jepitan rambut dari Chika-nee lalu menempelkannya di rambutku. Siapapun diantara kami yang berperan sebagai Konoe R Chika di sekolah diwajibkan untuk memakai ini.

Karena kalau kami sampai tidak berbagi informasi dengan kamera, akan ada banyak hal rumit yang bisa terjadi.

Misalnya nih, setelah Chika-nee berbicara dengan Mr.A, aku dan dia bertukar tempat. Lalu, saat aku berbicara dengan Mr.A, jika aku tidak ingat ‘percakapan yang kami lakukan sebelumnya’, itu akan menjadi tidak wajar, kan?

Nah, mengesampingkan perihal itu, saat ini Chika-nee meletakkan tangannya di depan wajahnya dan berseru:

“Hikari, aku punya permintaan untukmu.”

“Apa?”

“Ungkapan perasaan dari Makihara-kun, bisakah kau menolaknya untukku?”

...Aku merasa sedikit kesal.

Bukankah dia sendiri yang harusnya melakukan itu?

Chika-nee memiliki kemampuan akademis yang hebat, tapi ada ada kalanya dirinya akan tidak peka terhadap perasaan orang lain.

Dan karena itu juga, kami kadang-kadang jadi bertengkar...

Tapi yah, jika Chika-nee memang inginnya begitu, maka kurasa aku mesti melakukannya.

Yah, meskipun demikian, aku merasa tidak enak tentang ini pada Makihara-kun.

Dengan sedikit rasa simpati, aku menuruni tangga ke kantor Ketua Noblesse.

Kemudian aku membuka pintu ke arah ruang tamu dengan penuh semangat dan berkata dengan riang...

“Maaf membuat kalian menunggu.”

Mata Makihara-kun langsung membelalak saat dia melihatku. Nah, karena aku dan Chika-nee memiliki terlalu banyak perbedaan dalam hal semangat dan penampilan, jadi wajar saja jika dia bereaksi seperti itu.

Aku memakai seragamku dengan cukup baik.

Aku tidak mengenakan dasi, kemejaku tidak kukancing sampai kancing yang ketiga, dan rok yang kukenakan sekitar 30cm di atas lutut. Dan untuk rambutku, aku menatanya dalam model ponytail ke samping.

Tidak seperti Chika-nee yang selalu memakai stoking hitam, aku bertelanjang kaki.

Makihara-kun jadi merona saat melihat penampilanku, dan ketika mata kami saling bertatapan, dia mengalihkan pandangannya dengan malu-malu dan menggeliat.

Uu~, dia imut banget sih. Kayaknya di SMP dulu dia terlalu fokus dalam karinya sebagai pitcher, jadi mungkinkah dia tidak terbiasa dengan perempuan?

Sebenarnya aku sangat ingin untuk berbicara dengan dirinya, tapi aku harus menyelesaikan konsultasi dengan Misaki Horai terlebih dahulu.

“Hei, Misaki.”

“Eh, ya?”

“Maaf ya tentang apa yang kukatakan sebelumnya? Aku yang mengatakan kalau [Romantime di antara anak SMA itu hanya buang-buang waktu] hanyalah kebohongan! Tadi itu aku cuman sedang menguji tekadmu.”

Saat Makihara-kun mendengarkan apa yang kukatakan, dia langsung tercengang.

“Eh, itu artinya, ungkapan perasaanku yang barusan tidak berarti apa-apa...”

Maaf ya.

Ngomong-ngomong, karena penampilan Horai-san agak berantakan, jadi aku menggunakan alat rias yang ada untuk memperbaiki riasan dan rambutnya, dan juga mengajarinya cara melakukannya.
 
“Sip, kau sudah jadi sangat imut!”

“Chika-san meriasku secara pribadi...”

Chika adalah nama yang kugunakan di media sosial. Karena aku adalah influencer, jadi mungkin perlakuanku terhadap dirinya telah memberinya sedikit kepercayaan diri.

“Tapi kau tahu Misaki, apa yang terpenting dalam mengungkapan perasaan adalah...”

Aku duduk di samping Makihara-kun..., kemudian melingkarkan tanganku di belakang lehernya, dan memeluknya.

“Itu adalah keberanian! Sama seperti saat Makihara-kun mengungkapkan perasaannya kepadaku sebelumnya.”

“Ya”

Setelah mengatakan itu, Horai-san mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan pergi ke pintu. Saat dia sudah pergi, aku berkata, “Terima kasih, Makihara.”

“K-Konoe-san.”

Wah, Makihara jadi terkejut. Yah, kurasa ini adalah reaksi yang wajar jika ‘orang yang dia sukai’ sangat dekat dengan dirinya.

......Tapi tetap saja.....

Melihatnya dari dekat seperti ini, dia benar-benar anak laki-laki yang cantik.

[Catatan Penerjemah: Bishounen.]

Dia tampak seperti gadis cantik dan sangat protektif. Dia lebih pendek dariku..., mungkin tingginya sedikit lebih dari 150cm? Dengan tingginya yang seperti itu, hebat juga dia bisa menjadi pticher untuk tim nasional Jepang.

“E-Erm, Konoe-san.”

“Apa~?”

“Bagaimana jawabanmu atas ungkapan perasaanku?”

Oh iya, Chika-nee menyuruhku untuk menolaknya.

Aku merasa tidak enak tentang ini terhadapnya, tapi yah, apa boleh buat.

“Maaf ya.”

“...”

Waduh, ekspresi wajahnya langsung jadi seperti sedang melihat akhir dunia!

Aku jadi semakin tidak enak terhadapnya, tapi aku bergegas untuk melanjutkan perkataanku.

“Errm, yang kumaksud dengan ‘maaf’ tadi itu...., aku belum tahu banyak tentangmu Makihara-kun, jadi aku butuh waktu untuk memikirkannya.”

Mendengar itu, Makihara-kun langsung tersenyum. Uu~, tingkahnya itu imut banget.

“Aku mengerti. Aku akan melakukan yang terbaik sampai kau mengatakan ‘OK’, Konoe-san!”

Ooh~...

Aku jadi meleleh. Aku biasanya menghabiskan waktuku dengan saudari kembarku, jadi aku lemah terhadap orang-orang muda yang sangat bekerja keras sepertinya.

Aku tidak mengikuti apa yang diminta oleh Chika-nee kepadaku, tapi yah, biarlah....

Kalau dia memang mau menolaknya, maka dia harus melakukan itu sendiri.

Selain itu..., ini sedikit menyenangkan untuk membayangkan Chika-nee yang biasanya keren jadi kesal. Lagipula, aku ini sangat suka bersenang-senang. Karenanya, ayo tambahkan sedikit bumbu lagi pada hubungan antara Chika-nee dan Makihara-kun.

“Tampaknya agak sedikit kaku untuk memanggilmu dengan ‘Makihara-kun’, dan karena namamu adalah Taiga...”

Aku meletakkan jari telunjukku di ujung hidungnya, dan kemudian...,

“Mulai hari ini, aku akan memanggilmu ‘Tiger-kun’”

“N-Nama panggilan, ya?”

Fufufu, dengan begini, Chika-nee jadi harus memanggilanya ‘Tiger-kun’.

Aku belum pernah melihat Kakakku yang lugu itu memanggil anak laki-laki menggunakan nama panggilan. Pastinya, ini adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat.

“Tiger-kun. Kau harus melakukan yang terbaik untuk membuat Konoe R Chika jatuh cinta kepadamu.”

Kemudian, aku memberikannya ciuman ringan di pipinya.

...Aku yang melakukan itu hanya bermaksud untuk menyapanya saja, tapi kurasa itu mungkin terlalu berlebihan untuk orang Jepang?

Dan benar saja. Tiger-kun menjadi merah padam, dan kemudian...., dia jatuh telentang di atas sofa.

Aku kemudian menepuk-nepuk kepalanya sebelum aku pergi ke kantor Ketua Noblesse. Dan sebelum aku naik ke loteng, aku meggunakan remote control untuk menurunkan tangga.

Nah, sekarang, seperti apa yang ekspresinya Chika-nee?

 

Sudut Pandang Makihara Taiga

 

Aku menatap langit-langit.

Karena pelukan dari Konoe-san, seluruh tubuhku jadi terasa panas..., apalagi pipiku, itu benar-benar membara.

Apakah itu adalah mimpi?

Konoe-san yang keren tiba-tiba menjadi seperti gadis gyaru. Dia sangat dekat denganku! Aku bisa merasakan kelembutannya dari mana-mana. Aku bahkan bisa melihat belahan dadanya melalui pakaiannya yang longgar..., bahkan, aku sampai menerima ciuman darinya!

Ini benar-benar gap moe!

[Lima Perubahan Ketua]—aku memang pernah mendengar rumor tentang itu, tapi aku tidak menyangka kalau akan sampai seperti ini.

Tampaknya, Konoe-san mengganti karakternya dengan mengubah cara dia berpakaian dan nada suaranya.

Dia benar-benar tampak seperti orang yang berbeda.

Lima perubahan..., itu aritnya, masih ada tiga perubahan lagi. Aku mungkin memiliki kesempatan untuk melihatnya dalam kegiatan di dalam Noblesse.

Selain itu, yang paling kusyukuri adalah...

Aku tidak ditolak. Terima kasih Tuhan!

Aku membuat pose berani, membersihkan perlengkapan teh, dan memasuki kantor ketua Noblesse.

Konoe-san..., dia duduk di meja kantornya, sedang sibuk memeriksa dokumen. Kali ini, seragamnya tertutup yang mana itu benar-benar berbeda dari yang tadi, dan ekspresinya tampak kosong.

“Halo, Makihara-kun.”

Nadanya kembali seperti yang biasanya kudengar. Itu sungguh menakjubkan betapa cepatnya dia bisa beralih karakter.

...Eh, ntar dulu?

“Bukannya tadi kau bilang kalau dirimu akan memanggilku ‘Tiger-kun’?”

“~!”

Konoe-san tampak terkejut.

Untuk beberapa alasan, dia menatap ke arah langit-langi, dan kemudian..., dengan pipi yang memerah, dia menatapku.

“T... Ti-Tiger... kun.”

Guaaaah!!

Padahal dia sendiri yang memutuskan untuk memanggilku seperti itu, tapi kenapa dia sampai malu-malu seperti itu? Aku tidak tahu alasannya, tapi tingkahnya itu sangat imut.

Sekali lagi, aku ingin mendengar suaranya yang imut itu....

“Maaf, tadi aku tidak mendengar apa yang kau katakan.”

“Jangan terlalu terbawa suasana.”

Ohh, aku minta maaf, putriku.

Konoe-san kemudian berdeham sekali untuk mengalihkan pembicaraan,

“Baiklah. Barusan aku menerima permintaan dari seorang murid ke Noblesse di LINE. Dalam hal ini, kau juga akan ikut membantu, Makihara-kun... Tiger-kun.”

“Serahkan padaku. Aku akan melakukan yang terbaik!”

Melihat reaksiku, Konoe-san memiringkan kepalanya, membuat rambut pirangnya yang tergerai dengan mudah melewati bahunya.

“Tampaknya kau sangat termovitasi?”

“Ya. Itu semua karena sebelumnya kau mengatakan, “Lakukanlah yang terbaik untuk membuat Konoe R Chika jatuh cinta padamu’.”

“......”

Ooh, dia mengalihkan pandangannya. Tapi kulihat kalau telinganya yang mengintip dari rambut pirangnya tampak memerah. Mungkin dia ini sedikit lebih pemalu daripada yang kukira.

“Jadi, apa permintaannya?”

“Permintaan untuk mendukung klub bola basket wanita. Sekolah kita akan bermain melawa SMA Lanjutan Utara.”

SMA Lanjuta Utara adalah sekolah swasta tradisional yang sama-sama terletak di perfektur Miyagi. Sekolah mereka memiliki persaingan dengan Akademi Sinar Harapan ini.

“Baru-baru ini, jumlah anggota di klub basket wanita kita berkurang dan melemah, yang membuat mereka kalah terus meneurs. Mereka ingin kita yang merupakan Noblesse untuk datang mendukung mereka guna meraih kemenangan.”

Jadi begitu toh. Jika Konoe-san yang penuh karisma mendukung mereka, semangat mereka pasti akan meningkat.

Tapi, Konoe-san adalah orang yang stay cool, apakah dia bisa memberikan dukungan?

Jika demikian, apakah dia akan mengubah karakternya lagi?

Mungkin di sini aku akan bisa melihat sisi dirinya yang baru. Aku jadi tidak sabar.



31 Comments

  1. Seketika cinta MC dibuat main² ama mereka dan si MC kena mental ge berharapnya begitu :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dah bilang cinta Hanyalah kesalahan Dari Sirkuut Saraf manusia

      Delete
    2. Kayak kenal tuh kata kata, dari ryuunosuke sakurasou kan

      Delete
    3. Yap betul sekalih itu kata kata ryonosuke

      Delete
  2. Heroinnnya pada wangy dan MC nya juga lumayan keren nan pemberani... untung ae gak cupu (kalah Ama perempuan), kek Sueharu

    Masuk romcom fav setelah Gimai nih 😌

    ReplyDelete
  3. Ntah knp Gw males baca nya.Mungkin karna ini 5kembar jadi nungguin ending nya?

    ReplyDelete
  4. UP MIN, GUE BACA NI LIGHT NOGEL TERTAWA SENDIRI

    ReplyDelete
  5. -Anak pertama (yang pertama kali ketemu MC) : Chika, ini desain atasnya sama sifatnya kaya itsuki, tapi desain bagian bawahnya miku (pake stoking)
    -Anak kedua (yang rambut pendek) : Fuuko, ini desainnya kaya ichika tapi sifatnya kayanya mirip yotsuba (suka olahraga)
    -Anak ketiga (yang nyium pipi MC) : Hikari, ini cewek gyaru, desainnya ini Nino nih sama sifatnya juga, cuma bedanya ini kuncir rambutnya sebelah doang
    -Anak keempat (oke gue team ini-untuk sementara :v) : Maihime, ini desainnya lebih ke miku, muka lemes sama suara lemes, tapi desainnya bawah nya pake kaos kaki itsuki. Terus jobnya artis teater, mirip kaya ichika.
    -Anak kelima (yang paling kawai menurut gue) : Ai, desainnya kaya yotsuba, pake bando gitu, sifatnya juga saja periang/ceria
    -Anak keenam (Cewek gamer, yang suka main game otome) : Sugoroku, beda dgn yg lain, ini kayanya karakter asli, dan juga yg ngasih namanya bukan ibunya (yg lain dikasih nama sama ibu mereka), tapi dikasih nama sama neneknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo diperhatikan, urutan dari 1-5 (yg 6 gak dihitung ya) itu tu urutan gotoubun cuma bedanya itsuki yg dinaikin jdi anak pertama, sisanya turun 1 tingkat 😂

      Delete
    2. Karakter nino (tsundere kejam) nya ngga ada

      Delete
  6. Ok lah, mcnya gak sebuta fuutarou

    ReplyDelete
  7. Nunggu complete ae dah vol 1 nya

    ReplyDelete
  8. Sedang menunggu dialog Ai-chan😍

    ReplyDelete
  9. menurut gua sih lumayan aja soalnya kek gi mn ya, jalan ceritanya kurang aja gitu aja sih

    ReplyDelete
Previous Post Next Post