Gonin Hitoyaku demo Kimi ga Suki Volume 1 - Bab 2

Bab 2
Saudari yang bertukar tempat


 

Sudut Pandang Saudari Kelima, Ai.

 

Aku Ai, putri kelima dari keluarga Konoe.

Di lima orang dalam satu peran sebagai Konoe R Chika, aku bertanggung jawab dalam urusan kegiatan sukarelawan dan perawatan bunga.

Selain itu, kadang-kadang aku juga akan bertugas dalam memberikan sorakan dan dukungan untuk aktivitas klub seperti yang kulakukan hari ini.  Di Seattle, saat aku SMP, aku bergabung di dalam klub pemandu sorak, jadi aku cukup mahir dalam hal itu. Aku bahkan pernah memenangkan kompetisi negara bagian.

[Catatan Penerjemah: Seattle, kota di Amerika Serikat.]

Sepulang sekolah, aku pergi ke loteng kantor ketua untuk berganti pakaian ke kostum pemandu sorak. Di dekatku, ada Fuuko-neesan, yang saat ini sedang berdiri tegak di atas bola keseimbangan. Aku memiliki kepercayaan diri yang cukup dalam kemampuan atletisku, tapi orang ini, dia sudah berada di luar level standar.

Kemudian, Chika-neesan, yang bertugas dalam menangani pembelajaran, menaiki tangga ke loteng.

“Ai, kuserahkan masalah penyorakan kepadamu.”

“Siap.”

Aku kemudian menerima jepit rambut darinya, memakainya, lalu turun ke kantor ketua.

Ketika aku pergi ke dekat gedung olahraga, aku bertemu dengan seorang anak laki-laki—Tiger-kun. Dia sedang membaca buku yang tampak seperti buku referensi. Mungkinkah, dia sedang belajar agar dia bisa tetap bertahan di dalam Noblesse?

Saat itu, ada beberapa anggota tim bisbol yang lewat. Ketika mereka melihat Tiger-kun, mereka saling berbisik dan menatapnya dengan kasihan.

Terhadap itu, Tiger-kun menggigit bibirnya sendiri dengan frustasi, namun demikian..., dia tetap kembali pada belajarnya.

Dadaku merasa sakit saat melihatnya—padahal dia adalah anggota timnas Jepang, tapi dia mengalami kecelakaan yang menyebabkan bahunya patah. Dia pasti kewalahan menerima tatapan orang-orang dari klub bisbol.

Itu jelas bukan hal yang menyenangkan untuknya, jadi aku perlu menghiburnya.

“Halo, Tiger-kun!”

“Halo, Konoe-san..., eh, wow!”

Saat Tiger-kun melihatku, pipinya langsung merah merona.

Dia menatapiku, dan menggeliat...,

“Jadi kau memakai kostum pemandu sorak, ya,”

Seolah ingin memamerkannya, aku menunduk sedikit untuk menemui tatapan Tiger-kun. Lalu, sambil mendongakkan pandanganku ke atas...,

“Bagaimana, apa ini cocok untukku?”

Tiger-kun, dia menjadi sangat kewalahan. Lalu, dengan suara yang terbata-bata...,

“A-Apapun yang kau kenakan, semuanya terlihat sangat cocok untukmu.”

“~!”

Mendengarnya mengatakan itu, pipiku menjadi terasa panas. Oh tentu saja, ‘Kau’ yang dia maksud di sini adalah Chika-neesan.

Yah, Tiger-kun ini, dia anak yang cukup cantik, tapi dia juga cukup agresif. Kalau aku tidak hati-hati, segala sesuatunya mungkin akan gawat.

“Uu~, aku jadi malu... Aa—”
 
Aku langsung menutup mulut. Aduh, di saat aku jadi seperti ini, logatku saat sedang berbicara dengan keluargaku jadi kelepasan.

Saat pipiku semakin memanas, Tiger-kun berbicara padaku dengan nada lebih intens,

“Kau tidak perlu malu-malu dengan logat bicaramu kok. Aku sendiri juga sebenarnya ingin berbicara dengan logatku, tapi karena orang-orang di sekolah jadi tertawa dengan logat itu, jadi aku menggunakan logat standar.”

Uuu~, dia baik banget sih, sampai-sampai peduli padaku seperti itu.

Aku kemudian menepuk-nepuk kepalanya sambil mengatakan “Anak baik”. Dengan begini, jika aku sedang bersama Tiger-kun, tampaknya tidak masalah kalau aku berbicara dengan logatku.

Tiger-kun tampak senang dengan perlakuanku terhadapnya, tapi dia juga tampak sedikit kecewa karena diperlakukan seperti anak kecil.

“Ngomong-ngomong, Konoe-san, tampaknya kau mengganti kesanmu, ya. Ini tidak seperti kesan dirimu yang tenang seperti biasanya, atau kesan seperti gyaru yang sebelumnya.”

“Saat aku akan memberikan sorakan atau menjadi sukarelawan, aku memang harus mengganti kesanku. Dan hari ini, kita akan bersorak dan menyemangati klub basket wanita. Ngomong-ngomong, apa sebelumnya kau pernah memberikan sorakan?”

“Ya, aku sudah berkali-kali melakukannya di klub bisbol.”

“Siplah kalau begitu, aku akan mengandalkanmu.”

Terhadap kata-kataku, Tiger-kun terlihat sangat bahagia. Tampaknya, dia benar-benar sangat menyukai Chika-neesan.

Kemudian, kami masuk ke dalam gedung olahraga. Tiger-kun sepertinya tidak tahu harus lewat mana untuk pergi ke lantai dua, jadi dia bingung ke arah mana harus berjalan. Yah, bagaimanapun juga, lantai dua bukanlah tempat yang akan sering digunakan kecuali untuk memberikan sorakan.

“Sini, ikut sama Onee-san.”

Mengatakan itu, aku menarik tangannya. Aku sudah banyak melakukan pekerjaan sukarelawan, jadi aku sering  berpegangan tangan dengan orang yang lebih muda dariku.

Tiger-kun tampak terkejut untuk sesaat, tapi kemudian dia mulai tersenyum. Sepertinya dia sangat gembira karena sedang berpegangan tangan dengan ‘orang yang dia sukai’. Uu~, anak ini imut banget sih.

Tapi yah......

“Oi, siapa tuh yang berpegangan tangan dengan Konoe-san?”

“Itu loh, si Ace Tak Beruntung.”

“Kayaknya dia yang memasuki Noblesse hanya untuk mengincar ketua saja.”

Murid-murid yang juga datang ke sini untuk memberikan dukungan mencemooh Tiger-kun. Yah, bagaimanapun juga, Konoe R Chika adalah orang yang sangat populer....

Saat aku melihat ke arah lapangan yang ada di bawah, kedua tim sama-sama sedang berdiri berhadapan.

Saat para pemain dari Akademi Sinar Harapan memperhatikan kami. Mereka berbaris dan membungkuk sambil berkata, “Mohon dukungannya!”

Yap, aku harus merespon mereka dengan baik. Aku menegakkan punggungku, menekankan dadaku ke depan, dan kemudian...

“Akademi Negeri, GO fight win!!”

Aku mengayunkan pompom yang kupegang dengan lebar dan kemudian mengangkat kakiku di udara layaknya line dance. Tiger-kun, yang merupakan mantan atlet, juga mengangkat suaranya.

Aku adalah orang yang sangat suka mendukung seseorang. Bahkan. aku juga ingin mendukung kehidupan cintanya Tiger-kun. Saat melihat kemurahan hatinya dalam memaafkan Misaki Horai sebelumnya, aku benar-benar merasa tersentuh. Tentu saja, dalam hal ini, perasaannya Chika-neesan adalah prioritas utamaku.

Ngomong-ngomong, dalam pertandingan saat ini, klub basket kami sedang ditekan. Mereka hanya memiliki empat anggota dan meminjam bantuan satu orang dari klub lain. Di penghujung babak pertama, mereka yang hanya tertinggal selisih 20 poin saja bisa dikatakan telah melakukan pertandingan yang bagus.

Saat memasuki paruh waktu, kami keluar dari gedung olahraga dan duduk di dekat dinding.

Ya ampun, Jepang benar-benar panas, padahal musim panas telah berlalu dan ini sudah bulan September, tapi suhunya hampir mencapai tiga puluh derajat.

Aku kemudian membeli dua kaleng minuman olahraga dan memberikan satu pada Tiger-kun.

Setelah mengatakan terima kasih, dia menerima minuman yang kuberikan..., tapi entah kenapa, dia membuka tutup kaleng minumannya dengan menggunakan tangan kiri.

“Loh? Kau itu bukan orang yang kidal, kan, Tiger-kun?”

“Iya, tapi..., sebagai pitcher, aku harus menggunakan tangan kiriku untuk membuka kaleng supaya aku tidak melukai jari-jari tangan dominanku kalau-kalau aku ada melakukan kesalahan.”

Dia mengatakan itu sambil menunjukkan senyum sedih. Lalu, setelah dia meneguk minumannya...,

“Aku tidak bisa menghilangkan kebiasaan itu. Sungguh tolol, bukan? Padahal aku bahkan tidak bisa bermain bisbol lagi.”

Dadaku terasa sesak saat mendengar kata-katanya. Baginya, bisbol pasti menjadi impian terbesarnya. Akan tetapi, dia kehilangan semua itu demi melindungi temannya.

Meski begitu...,

Dia tidak jatuh ke dalam keterpurukan, dia tidak membiarkan pandangan yang diberikan oleh orang-orang disekitaranya menghentikannya, dan dia terus berusaha dengan keras hingga akhirnya dia bisa memasuki Noblesse.

Dengan lembut, aku meraih kepala Tiger-kun, dan kemudian..., memberinya bantal pangkuan di pahaku. Sontak saja, matanya langsung tampak kebingungan.

“Eh..., eh?”

“Kau telah melakukan yang terbaik.”

Mengatakan itu, aku membelai rambutnya dengan lembut. Yap, aku mesti lebih mendukung hubungannya dengan Chika-neesan.

Nah, demi mewujudkan itu, pertama-tama—

“Tiger-kun, aku punya pertanyaan untukmu.”

“Eh, ya.”

“Bagian dari [diriku] yang mana yang kau sukai?”

Saat ini, Chika-neesan yang kau cintai sedang melihatmu melalui kamera di jepit rambut yang kupakai. Karenanya, beritahukanlah padanya tentang apa yang kau sukai dari dirinya!

Pipi Tiger-kun memerah, dan dia menatap lurus ke arahku.

“Bagian dari dirimu yang akan melakukan yang terbaik untuk orang lain, seperti yang kau lakukan hari ini.”

Ooooh.

[Seperti yang kau lakukan hari ini]—tidak, kau mesti mengatakan poin-poin yang bagus dari Chika-neesan.

“Apakah ada hal lain yang suka [dariku]?”

“Kau yang menjadi pemandu sorak itu benar-benar cantik seperti peri.”

Ya ampun, katakanlah poin-poin yang bagus dari Chika-neesan!

Dia memberikan pujian untukku..., ini gawat, mulutku jadi mengendur. Tanpa sadar, aku jadi memalingkan wajahku dari dirinya.

“S-Selain hari ini, bagian dari [diriku]  yang seperti apa yang yang kau sukai?”

“Bagian dari dirimu yang memberikan solusi luar biasa dalam perihal konsultasi cinta...”

Itu mah Hikari-neesan!

Gawat nih, sejauh ini dia tidak ada mengatakan poin-poin yang bagus dari Chika-neesan.

Aku jadi panik, tapi Tiger-kun kemudian memberikan serangan kata-kata terakhir.

“Dari milyaran wanita yang ada di planet ini, aku sungguh bahagia bisa bertemu dengan dirimu.”

Lah, harusnya kau mengatakan itu kepada Chika-neesan!

D-Duh, aku jadi mendapatkan perasaan aneh saat mendengarnya mengatakan [bertemu dengan dirimu].

Ini buruk..., Hm?

Saat itu, ponselku berdering, menandakan adanya panggilan masuk.

Siapa ya..., pihak rumah sakit?

Ngomong-ngomong, terkadang aku menjadi sukarelawan untuk membacakan buku pada anak-anak di rumah sakit. Kalau tidak salah, hari ini ada seorang anak yang dekat denganku akan menjalani operasi...

Aku pun menjawab panggilan tersebut.

Menurut penjelasan dari perawat, anak itu mulai gelisah dan mengatakan, [Aku tidak mau menjalani operasi kalau tidak ada Konoe-neechan.]

Yah, ini bukan operasi yang sampai mengancam nyawanya, tapi...

Kalau bisa, aku ingin berada disisinya dan menyemangatinya.

Untungnya, kami adalah lima orang dalam satu peran. Aku akan meminta Fuuko-neesan untuk mengambil alih masalah memberikan sorakan dan dukungan pada klub basket.

“Tiger-kun, bisakah kau meninggalkan pangkuanku.”

Dengan demikian, aku berlari ke gedung sekolah dan pergi ke kantor ketua.

Saat aku menaiki tangga yang mengarah ke loteng, di sana aku menemukan Chika-neesan sedang melakukan pekerjaan kantor Noblesse sendirian. Di monitor besar yang ada di sana, tampak siaran dari kamera di jepit ramput yang kukenakan.

“Dimana Fuuko-nee?”

“Dia pulang.”

Kecuali kami akan berperan sebagai Konoe R Chika di sekolah, kami bisa pergi dan pulang sekolah melalui celah rahasia. Nah, perihal ini kapan-kapan saja dijelasinnya.

“Ngomong-ngomong, Ai, ngapan kau ke sini?”

Eh? Entah kenapa, nada suaranya Chika-neesan terdengar cukup rendah. Sepertinya, dia sedang berada dalam suasana hati yang buruk...., oh, mungkinkah...,

“Hei, apa jangan-jangan, kau merasa kesal karena Tiger-kun tidak memujimu, Chika-neesan?”

Mendengar kata-kataku, Chika-neesan langsung tersentak.

Oh, jadi aku benar ya.

Dan kemudian...,

“Bagaimana mungkin aku tidak kesal? Habisnya, dia bilang dia menyukaiku, tapi dia hanya memujimu dan Hikari. ...Yah, memang sih, ini semua jadi rumit karena kita memainkan lima orang dalam satu peran. Dan lagian, untuk apa juga sih Nenek sampai membuat kita melakukan sesuatu seperti ini...”

“Hmm~”

Melihat sisi baru yang Chika-neesan tampilkan, aku tidak bisa menahan seringaiku.

“Ngomong-ngomong, Chika-neesan, aku punya permintaan untukmu?”

“Apa itu?”

“Aku punya urusan yang mendesak. Jadi bisakah kau menggantikanku untuk menjadi pemandu sorak di babak kedua nanti?”

Mendengar permintaanku, Chika-neesan sontak menggeleng-gelengkan kepalanya.

“T-TIdak bisa! Aku tidak bisa melakukan itu.”

Yah, saat aku pertama kali menjadi pemandu sorak, aku sendiri juga merasa sangat malu..., jadi, ini pasti akan sangat sulit bagi Chika-neesan yang pemalu.

Tapi, saat aku memberitahukan alasanku yang ingin bertukar tempat dengannya, dia dengan enggan meng-iyakan.

“B-baiklah. Tapi, untuk berjaga-jaga...”

 

Sudut Pandang Saudari Sulung, Chika

 

Aku—Konoe Chika, telah berganti pakaian ke kostum pemandu sorak.

Duh, apa-apaan sih dengan rok ini? Ini terlalu pendek! Bajunya juga tanpa lengan, jadinya ketiakku terekspos! Ini benar-benar tidak nyaman!

Apalagi...

Selama aku menjadi pemandu sorak, aku harus melepaskan stoking hitamku.

Dibandingkan dengan adik-adikku, kakiku ini sedikit..., benar-benar hanya sedikit lebih gemuk. Itulah sebabnya, aku selalu memakai stoking untuk menyamarkan efek  pengencangan. 

Yah, asalkan tidak dibandingkan, orang-orang pasti tidak akan tahu.

Aku berjalan ke lorong, dengan merunduk dan mengendap-ngendap seperti ninja.

Aku tidak mahir dalam tampil di depan umum. Karenanya, pada pidato di saat-saat seperti upacara pertemuan, aku meminta Maihime untuk membaca naskah yang kutulis. Dia adalah seorang aktris, jadi beberapa siswa ada yang tersentuh sampai menangis saat mendengar pidatonya.

Di dekat dinding luar gedung olahraga, ada Makihara-kun...., tidak, ada Tiger-kun.

Saat aku mengingat video yang sebelumnya tampil di monitor..., aku jadi merasa kesal lagi.

...Yah, sejak awal, ini memang adalah kesalahan kami karena memainkan satu peran dalam lima orang. Jadi yah, tidak ada alasan untuk merasa kesal.

Setelah aku kembali tenang, aku mendekati Tiger-kun.

Aku mencoba mengatakan, [Ayo kita lakukan yang terbaik untuk memberikan sorakan di babak kedua], tapi...,

Tidak, aku mesti memainkan karakter yang berbeda.

Ini memang cukup rumit, tapi—kami diatur untuk mengubah karakter kami saat kami mengubah pakaian dan gaya rambut kami.

Saat ini aku memakai kostum pemandu sorak. Karenanya, aku harus meningkatkan semangatku. Dan juga, aku perlu berbicara seperti logatnya Ai.

Aku berjalan ke arah Tiger-kun, dan kemudian melompat...,

“Ayo lakukan yang terbaik di babak kedua! Yay!”

Mata Tiger-kun sontak membelalak.

...Apakah aku terlalu berlebihan? Duh, aku benar-benar tidak tahu mesti bersikap seperti apa.

Pada akhirnya, kuputuskan untuk membawa Tiger-kun ke lantai dua gedung olahraga.

Ini adalah awal dari memberikan sorakan dan dukungan di babak kedua.

Melalui kamera di jepit rambut, aku tahu sampai pada batas tertentu bagaimana Ai akan memberikan sorakan.  Yang harus kulakukan saat ini hanyalah menirunya saja.

Kalau tidak salah sih seperti ini..., meneriakkan [Akademi Sinar Harapan, Go fight win!!]. menggoyang-goyangkan pompom, kemudian mengangkat kakiku seperti melakukan line dance,

Baiklah, aku akan melakukannya.

Tadi Tiger-kun memuji Ai yang menjadi pemandu sorak sebagai “peri”, tapi sekarang, perkenankan aku untuk menunjukkan kepadamu apa yang bisa kulakukan sebagai putri sulung.

“Akademi Negeri, GO fight win!”

Sip, setelah itu, aku harus menari.

Fiuhh~, kupikir aku telah melakukannya dengan baik.

Saat aku merasa puas, dengan cemas, Tiger-kun berbicara kepadaku.

“K-Konoe-san, apa kau sedang tidak enak badan?”

“?”

“Suaramu sama sekali tidak kedengaran. Dan kau juga tidak menari seindah yang kau lakukan di babak pertama tadi. Tarianmu itu..., seperti tarian yang dipersembahkan untuk dewa jahat.”

Padahal kupikir aku telah melakukannya dengan baik, tapi..., bukankah analoginya itu terlalu mengerikan?

“Dan juga, Konoe-san, kau pasti kelelahan, kan?”

“Mengapa kau berpikir seperti itu?”

Tiger-kun tampak merasa sangat khawatir dari lubuk hatinya.
 
“Karena, kakimu tampak jauh lebih bengkak dibandingkan saat di babak pertama tadi.”

Aku jadi ingin memukulkan pompom ke wajahnya.

S-Sejak awal kakiku emang udah gemuk seperti ini... tidak, aku harus tenang. Dia ini sama sekali tidak salah apa-apa dalam masalah ini.

Aku mencoba yang terbaik untuk menenangkan diriku dan membuat alasan.

“Mungkin aku memang sedikit kelelahan karena habis bersorak di babak pertama tadi...”

“Kalau begitu, istirahatlah. Aku akan menggantikanmu dalam memberikan sorakan, Konoe-san.”

Oh, dia benar-benar bisa diandalkan.

Setelah membuatku duduk, Tiger-kun berkata dengan wajah yang serius.
 
“Cobalah untuk meremas betismu dengan ringan. Itu bisa membantu mengatasi pembengkakan.”

Itu sama sekali tidak akan membantu. Secara default kakiku ini memang sudah gemuk!

Namun, aku menekan pemikiran itu dan memberikan kakiku pijatan yang tidak berarti. Uu, apa-apaan dengan penghinaan ini?

Kemudian, Tiger-kun bertepuk tangan, dan bersorak...,

“Ayo maju, serang!”

Mantan atlet memang hebat. Dia sangat pandai dalam memberikan sorakan.

Meskipun aku tidak terlalu mahir dalam hal ini, tapi aku juga ikut mengeluarkan suaraku. Sekilas, aku melirik wajahnya dan melihat kalau dia benar-benar melakukan yang terbaik dalam menyemangati para pemain.

Aku benar-benar membebaninya.

Tampaknya, dia cukup dapat diandalkan dalam beberapa hal.

......Oh iya, mulai sekarang, sebisa mungkin aku tidak akan melepaskan stokingku saat di sekolah.

Akhirnya, pertandingan berjalan dengan sepihak. Tim dari sekolah kami sudah terpaut selisih 30 poin dari poin tim lawan. Parahnya lagi, tim lawan bermain dengan kasar.

Aah.

Seorang siswi dari sekolah kami yang sedang membantu klub basket terjatuh dengan keras. Dia memegangi kakinya dan tampak sangat kesakitan.

Mungkin dia tidak bisa untuk terus melanjutkan pertandingan..., Eh?

Tau-tau..., semua mata dari para murid tertuju ke arahku.

Jangan bilang....,

Saat itu, ada seorang anggota tim basket wanita yang menatapku, dan kemudian...,

“Ketua Konoe! Kami kehabisan anggota, bisakah kau membantu kami!”

Keringat dingin bercucuran di pipiku.

Memang sih, Konoe R Chika telah banyak membantu di klub olahraga. Tapi, yang melakukan itu adalah Fuuko. Jika aku yang tidak mahir berolahraga pergi membantu mereka, aku hanya akan menyebabkan situasi menjadi lebih buruk.

Tentu saja, aku sangat ingin menolak ini, tapi...,

“Ketua!” “Ketua!” “Ketua!”

Panggilan untukku terdengar dari seluruh gedung olahraga. Mereka pasti kesal dengan permainan kasar yang dilakukan oleh tim musuh, jadi mereka ingin melihat sekolah kami membalikkan keadaan.

Saat aku berada dalam masalah seperti itu....,

“Tunggu dulu!”

Hanya ada satu suara yang melawan arus panggilan di gedung olahraga ini, itu adalah..., suaranya Tiger-kun.

“Ketua tampaknya kelelahan karena habis bersorak. Jadi, dia tidak dalam kondisi fit untuk bermain basket....”

“Ini tidak seperti dia akan bermain satu pertandingan penuh, jadi tidak apa-apa.”

“Diam kau, dasar bau tai!”

Suara-suara dingin, dan bahkan ejekan, dilontarkan kepadanya. Namun demikian, Tiger-kun masih dengan tegas melawan mereka. Dia benar-benar melindungiku.

......Terima kasih.

“Tidak apa-apa, Tiger-kun. Aku akan pergi membantu mereka.”

“Tapi—”

Melihat ke arah kakiku, dengan sangat prihatin, Tiger-kun berbicara,

“Tapi bengkak di kakimu masih belum berkurang sama sekali...!”

Duh, kata-katanya yang prihatin itu justru jauh lebih menyengat hati.

Kemudian, pelatih tim bola basket wanita naik ke lantai dua, lalu menuntunku untuk mengganti seragamku.

Tiger-kun mengantarku pergi,

Dia..., tampak benar-benar khawatir terhadapku... Aku benar-benar bisa merasakan perasaan cemas yang dia tujukan kepadaku.

Saat tiba di ruang ganti wanita, aku  menahan pelatih yang mencoba masuk bersamaku, mengambil seragam darinya, lalu masuk ke dalam sendirian.

Dan kemudian...,

Dari balik loker—seorang gadis dengan rambut pendek dan memiliki wajah yang sama persis denganku muncul.

Dia adalah saudari kedua, Fuuko.

Sambil mengunyah permen karet, dia mengangkat tangannya dan berseru,

“Kerja bagus, Kak.”

“Jadi kau berhasil sampai tepat waktu ya?”

Tadi Fuuko sudah pulang ke rumah, tapi aku meminta Ai untuk menghubunginya dan menyuruhnya untuk bersembunyi di ruang ganti.

Mengingat jumlah anggota yang ada di klub basket wanita, besar kemungkinan kalau Konoe R Chika akan dimintai bantuan. Karenanya, untuk bisa memainkan tindakan lima orang dalam satu peran, perlu namanya memandang apa yang akan terjadi kedepannya seperti ini.

Dulu Fuuko pernah bermain basket di Seattle, tempat dimana dia tinggal sampai dua tahun lalu. Tidak hanya di dalam kegiatan klub, tapi dia juga biasa bermain basket dengan pria-pria dewasa di jalanan..., dan karena sikapnya itu, ibu kami jadi sering memarahinya.

“Ngomong-ngomong...”

Fuuko mengulurkan ponselnya. Apa yang tampil di layar ponselnya adalah video dari kamera di jepit rambut yang kupakai. Video itu tidak hanya dapat dilihat di monitor yang ada di loteng, tapi juga di ponsel kami masing-masing.

“Tadi aku melihat video dari beberapa waktu yang lalu, dan di video itu, Tiger-kun benar-benar sangat jantan. Dia tidak hanya menindaklanjutimu, tapi juga sampai melindungimu.”

“Ya.”

“Dia benar-benar sangat menyukaimu ya Kak.”

Pipiku menjadi panas, dan secara tidak sadar aku menyembunyikan wajahku dengan pompom.

“Oh, kau malu-malu ya Kak?”

Fuuko menyeringai dan menunjukkan gigi putihnya dengan gembira.

Kemudian, dia melepas seragamnya, lalu berganti pakaian ke seragam basket. Oh iya, karena hanya dia saja yang memiliki rambut pendek di antara kami berlima, jadi dia memakai wig, yang kemudian wignya dibuat menjadi ponytail. Rambut pendeknya itu bisa menghambat tindakan lima orang dalam satu peran yang kami mainkan jika dibiarkan begitu saja tanpa mengenakan wig.

Setelah dia melakukan sedikit peregangan ringan...,

“Baiklah, aku pergi dulu.”

Dia tersenyum tanpa rasa takut.

 

Sudut Pandang Makihara Taiga

 

Lima menit sudah berlalu sejak Konoe-san pergi ke ruang ganti. Sementara itu, Akademi Sinar Harapan melanjutkan pertandingan dengan hanya empat pemain saja, yang membuat selisih poin mereka dengan musuh telah mencapai 40 poin.

Dalam suasana kekalahan tersebut, terdengar pintu gedung olahraga yang terbuka—dan Konoe-san masuk ke lapangan.

Apa kondisinya baik-baik saja... eh?

Saat dia dimintai bantuan tadi, dia tampak gelisah seperti binatang kecil, tapi..., saat ini, dia memiliki senyum yang ganas di wajahnya. Mungkinkah, dengan dia yang berganti pakaian ke seragam basket, saklar yang ada di dalam dirinya diaktifkan dan membuatnya jadi berubah seperti ini.

Konoe-san lalu bergabung dengan tim, dan kemudian pertandingan dilanjutkan. Dia segera menerima operan, dan mulai menggiring bola dengan santai...

Apa!!?

Secara tiba-tiba, dia menaikkan kecepatannya dan sudah melewati dua orang!

Pertahanan musuh sama sekali tidak buruk. Hanya saja, di hadapan skill Konoe-san yang menggiring bola dengan terampil, kemampuannya dalam berbelok dengan cepat, serta threading selangkangannya, mereka tidak jauh berbeda dari orang-orangan sawah.

Dia kemudian berlari mendekati ring dan melakukan tembakan lay up.

Namun, Center lawan yang tingginya 180 cm melompat dan memegang tangannya. Lompatannya sangat tinggi, tampaknya Konoe-san tidak bisa melewati—

Apa!!?

Secara mengejutkan, Konoe-san berbelok ke samping di udara, menghindari pertahanan musuh, dan menembak dari bawah. Buset dah, apa-apaan dengan waktu penerbangannya itu?

Bola masuk ke dalam ring—dan sorakan yang nyaring langsung terdengar.

“Apa-apaan itu? Apa itu adalah peragaan Michael Jordan!”

“Kyaaa! Ketua memang hebat!”

Tim musuh tercengang.

Mulai dari situ, Konoe-san terus bersinar. Dia memotong bola musuh berkali-kali, dan tidak hanya membuat tembakan tiga angka, tapi dia juga bahkan melakukan dunk. Saat dia ditandai secara intensif, dia akan mengirim umpan membunuh ke rekan satu timnya.

Aku menghangatkan suaraku dan bersorak. Para siswa di antara penonton juga dibuat mabuk oleh setiap gerakan yang dia lakukan. Konoe-san sangat bersinar di lapangan ini.

Saat aku masih bermain bisbol, aku telah melihat banyak atlet yang pasti akan menjadi seorang pro, tapi...

Tubuh Konoe lebih tajam dari mereka.

Dia dinamis, tapi tekniknya halus.

Senyuman di wajahnya saat setelah dia mencetak poin tampak begitu polos.

Saat dia menyeka keringat di wajahnya dengan menggunakan ujung seragamnya, aku bisa melihat perutnya yang ramping, dan itu benar-benar sangat seksi...

Jadi kau juga memiliki sisi yang seperti ini ya, Konoe-san.

Melihat kesenjangan dari dirinya yang biasanya terlihat tenang itu, jantungku jadi tidak mau untuk tidak berdebar dengan kencang.

Akhirnya....

Akademi Sinar Harapan membalikkan selisih 40 poin dan memenangkan pertandingan.

Konoe-san, yang merupakan kekuatan pendorong di balik kemenangan itu, membuat para anggota klub basket menjadi kaku..., tapi, dia mengabaikan mereka semua dan mulai berlari.

Eh? Dia naik ke lantai dua, dan melambai ke arahku.

“Terima kasih atas dukungan yang terus kau berikan, Tiger-kun!”

Mata para siswa yang menatapku dengan iri sangat luar biasa.

Tapi yang terpenting di sini adalah..., Konoe-san, nada suaranya jadi berbeda lagi. Dia memiliki kesan yang lebih tomboy ketika dia menjadi karakter seperti ini.

Dia kemudian meraih pipiku dengan kedua tangannya dan menempelkan dahinya ke dahiku. Uu~, wajahnya dekat sekali!

“Terima kasih karena sudah melindungiku sebelumnya. Kau ini pria yang jantan juga,  ya?”

Aku merasa seperti aku akan meledak.

“T-Tidak usah dipikirkan. Itu sama sekali bukan apa-apa kalau demi dirimu, Konoe-san.”

“~~~~~~~~!”

Mata Konoe bersinar cemerlang.

Dia juga mengiler, layaknya karnivora yang sedang berdiri di hadapan mangsanya..., hah? ngiler?

“K-Kalau dilihat secara langsung seperti ini, kau memiliki wajah yang imut banget... Uu~, kau benar-benar cocok dengan tipeku.”

Njir, dia mengatakan sesuatu yang sangat luar biasa tentangku.

Kalau sudah seperti ini, besar kemungkinan kalau kami akan benar-benar berpacaran—Eh?

Kali ini, aku dibuat sangat terkejut... Karena, Konoe-san menarik kepalaku dan memelukku ke dadanya yang besar. Eh, apa ini? Entah apakah mungkin karena dia berkeringat, tapi ada aroma yang yang sangat enak yang melayang dari tubuhnya!

“Kalian semua, dengarkan aku. Lebarkan telinga kalian dan dengarkan ini baik-baik—”

Sesaat setelah Konoe-san menarik perhatian semua orang di gedung olahraga...,

“Makihara Taiga, dia adalah orang yang kusukai! Aku tidak akan pernah memaafkan kalian jika ada yang sampai mengolok-ngoloknya sebagai ‘bau tai’ lagi!”

[Catatan Penerjemah: yang dimaksud ‘suka’ di atas adalah お気に入り/Okiniiri. Lebih seperti rasa tertarik gitu.]

......!

A-Aku merasa seperti ingin menangis.

Lagi-lagi, aku jadi semakin jatuh cinta dengan dirinya.



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya

26 Comments

  1. Wkwkwk wangy semua njirr, nunggu debut saudari keempat ae 🀀

    Terimakasih min chapter 2 nya πŸ‘Œ

    Next lagi chapter 3 πŸ₯΄

    ReplyDelete
  2. Uwu bet anjir mudah mudah ngeharem jangan kyk sebelah

    ReplyDelete
  3. Maihime kapan lu keluar ga sabar liat dirimu penuh wangy²

    ReplyDelete
  4. Njir~~ beruntung sekali jadi si tiger dia ditembak ketua osis jir
    Andai saja gw jadi si tiger

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya pinter langsung join OSIS kalau lu dah dapet rangking

      Delete
    2. Bener juga y tapi osis di anim gak sama di realife

      Delete
  5. Because i like you kapan min dh lama

    ReplyDelete
  6. Update nya berapa kali sekali nih min

    ReplyDelete
  7. Min because i like you 2 minggu gk update

    ReplyDelete
  8. Ai-chan 😍😍😍

    ReplyDelete
  9. Gw jd pen gabung osis, tp cewe osis skolah gw kek.... Ah sudahlah

    ReplyDelete
  10. Update setiap hari apa min klo blh tau

    ReplyDelete
Previous Post Next Post