Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 3 - Bab 2 Bagian 2

Bab 2 Bagian 2
Gunakanlah Bahasa Jepang yang Baik dan Benar


Keesokan paginya.

“Maaf, Pak... Tapi aku tidak ingin memberikan jawaban resmi perihal itu...., ya, permisi...”

Suara mentah dari produser yang meminta maaf bergema di ruang bawah tanah.

Sedari tadi, satu-satunya hal yang kulakukan adalah terus-terusan meminta maaf kepada orang-orang yang berada di ujung telepon. Aku tidak tahu apakah yang dibicarakan oleh mereka adalah sesuatu yang penting atau tidak, tapi apa yang kulakukan adalah instruksi dari bosku... Kurasa, aku selalu saja dipekerjakan oleh seseorang.

Dan ngomong-ngomong, tadi malam aku pindah ke rumah tersembunyi《Siesta》, tidur sebentar, dan setelah bangun langsung mulai menangani pekerjaan yang Saikawa tugaskan untukku. Mungkin diakrena skandal yang kami bicarakan tadi malam, setiap beberapa menit, aku menerima panggilan telepon dari ponsel yang Saikawa pinjamkan kepadaku.

Di samping catatan, pemilik rumah, 《Siesta》, tadi malam pergi keluar karena dia merasa cemas dengan pergerakan Komori. Aku menawarkan diri untuk membantunya, tapi dia mengatakan padaku, “Kimihiko, kau harus fokus untuk menjadi produsernya Yui Saikawa”. Dan intinya, seperti itulah situasinya

“Tapi yah, pekerjaan ini cukup berat...”

Aku melihat panggilan telepon yang akhirnya kututup, dan menghela nafas.

Pertama-tama, tidak mungkin dalam satu hari aku akan langsung bisa beradaptasi menjai produser seorang idol. Jika saja bukan karena kata-kata ajaib ‘penanggung jawab tidak tersedia’, aku sudah pasti akan membung ponsel ini karena stes.

“...Tapi tetap saja, itu sungguh kejam.”

Aku menoleh ke samping untuk melihat siaran TV yang ditayangkan di ruang tamu.

Seperti dugaan Saikawa tadi malam, skandal yang melibatkan orang tuanya semakin diperbesar. Para komentator yang tidak ahli dalam hal ini membahas skandal tersebut, berspekulasi tentang itu, dan pada akhirnya, mereka mengatakan bahwa putri keluarga Saikawa mesti mengambil tanggung jawab.

“Bacot. Memangnya kalian itu punya hak untuk memarahi Saikawa.”

Merasa marah, aku mencabut stop kontak, dan mematikan TV.

“...Haa, untuk sekarang, ayo bangunkan mereka”

Aku menoleh ke arah jam dan melihat bahwa sekarang sudah mau siang. Meskipun demikian, mereka bertiga tampaknya masih belum bangun. Pertama-tama, aku memasuki kamar tidur tempat Natsunagi dan Saikawa tidur.

“Oy, ini sudah mau siang loh...?”

Memasuki kamar, aku langsung mendapati dua orang gadis sedang berbaring di tempat tidur. Selimut yang mereka pakai sedikit tertarik ke samping, dan di bawahnya, ada Natsunagi yang tidur dengan mengenakan piyamanya, dia sedang memeluk Saikawa yang berpakaian serupa seperti boneka. Nafas mereka ringan, dan mereka menunjukkan wajah tidur yang terlihat nenyak. Itu adalah pemandangan yang sangat indah sehingga aku ingin terus melihatnya—eh, tidak...

“Hei, aku sudah buatin sarapan. Bangunlah.”

Saat mereka masih tidur, aku membangunkan mereka.

“Nn..., sarapan? Aku maunya sarapan Sha○essen...”

Mengusap-ngusap matanya, Natsunagi kembali dari alam mimpi.

“Kita tidak punya Sha○essen, tapi kita punya sosis vienna, jadi bangunlah.”

“Fuaah..., nn, aku mau makan..., sosisnya, Kimizuka...”

“Natsunagi, pergi cuci mukamu dulu sana. Barusan aku tidak mendengar apa-apa.”

“Kau tidak bisa memakan itu, tau, Natsunagi-san... Kimizuka-san kecil itu lebih seperti sosis ikan daripada sosis vienna...”

“Saikawa, kau tidak boleh mengatakan apapun yang ingin kau katakan meskipun kau masih sangat mengatntuk. Atau apa kau adalah orang yang akan tetap mengejekku bahakan ketika pikiranmu masih sayup-sayup?”

Aku mengambil selimut mereka, mengatur AC ke suhu 18℃, dan kemudian pergi meninggalkan kamar.

Sekarang, giliran membangunkan Charl.

Sebenarnya, tadi malam, kami memainkan batu-gunting-kertas untuk membagi dua kamar tidur yang tersedia. Dan sayangnya, aku dan Charl berakhir ditempatkan di kamar yang sama. Aku sama sekali tidak menyangka kalau kondisi tidur Charl sangat buruk, gara-gara dia, tidurku jadi terganggu berkali-kali tadi malam.

Jadi, sebagai balas dendam kepadanya, bagaimana aku harus membangunkannya? Sambil berpikir seperti itu, aku membuka pintu kamar tidur—dan tepat di dalam sana ada...

“Charl, apa yang kau lakukan?”

Saat ini, seorang yang sedang membenamkan wajahnya ke bantal dan mengendus-endus aroma bantal itu adalah Charl.

“Bukannya itu adalah bantal yang tadi malam kugunakan...?”

“Ki-Kimizuka!? Ah, b-bukan begitu! Kau salah paham!”

“...Yah, terserah apa katamu. Lagipula, setiap orang memiliki minat atau fetish mereka sendiri-sendiri...”

“Jangan bereaksi dengan realistis seperti itu! Paling tidak marahlah! Jangan berpaling dan memberikan tatapan canggung!”

Charl tampak penuh keringat saat dia bersusah payah untuk menjelaskan dirinya sendiri.

“Aku serius, kau salah paham! Aku yang mengendus-endus seperti itu karena aku merasa ada Nona dari bantal ini!”

“...Meskipun memang demikian, kupikir pernyataan itu masih tetap bermasalah?”

“...! Kalau begitu, aku akan menghapus ingatanmu!”

Mengatakan itu, Charl memberiku tatapan mata yang seperti binatang, dan kemudian menjatuhkan dan menjepituku ke tempat tidur dengan sekuat tenaganya.

“Meskipun kau baru saja mendapatkan ingatanmu, tapi maaf saja ya, aku akan mengambil seluruh pengetahuan dan pengalaman yang kau peroleh dalam delapan belas tahun hidupmu itu,”

“Itu terlau banyak! Kau mau membuatku jadi seorang bayi dalam tubuh yang sebesar ini apa!?”

“Tidak apa-apa. Nagisa mungkin tidak akan bisa menerima hal itu, tapi itu akan sesuai dengan fetishnya Yui.”

“Memangnya apa yang kau pikirkan tentang  fetsih rekan-rekanmu...?”

Dan seperti itu, dengan Charl yang menjepitku sekuat tenaganya di atas tempat itudr—

“Menyerahlah.”

Wajah Charl memerah karena amarah dan kegembiraan saat dia menekanku, dan kemudian..,

“Apa yang kalian berdua lakukan?”

Entah sejak kapan, tapi tau-tau, aku melihat Saikawa sedang melihat ke arah kami melalui pintu yang terbuka.

“Aah—, ini pasti yang orang-orang yang sebut sebagai pertengkaran antar kekasih.”

““Tidak, bukan begitu!””

Dengan serempak, kami menyuarakan penyangklan. Kami seharusnya tidak menambahkan masalah yang tidak perlu lagi....

“Saikawa, ini tidak seperti yang kau lihat. Kau salah paham!”

Aku meraba-raba kata-kataku, berusaha untuk terus mencari alasan.

“—Matilah dua kali.”

Oran yang mengatakan itu adalah Natsunagi, yang saat ini menunjukkan tatapan yang sangat dingin layaknya es. Ruangan bersuhu 18 derajat celcius tampak seperti tempat permainan anak-anak, dan kemudian, dia membanting pintu kamar dengan keras.

“B-Bukan begitu, Nagisa! Ini cuman akibat! Akibat!”

“Ini kecelakaan!!!”



11 Comments

Previous Post Next Post