Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 3 - Bab 2 Bagian 4

Bab 2 Bagian 4
Kisah khusus untuk dirimu


Setelah melalui masalah yang terjadi di pagi hari, kupikir aku akan punya waktu untuk nyantai setelahya, tapi ternyata aku salah.

Panggilan yang berkaitan dengan pekerjaannya Saikawa terus berdering, dan aku dibuat sibuk dengan menjawab semua panggilan itu. Di sisi lain, Natsunagi, Saikawa dan Charl dengan riang sedang mengobrol dan bermain permainan papan..., tidak tunggu, oi gadis-gadis, bekerjalah.

Intinya, setelah seharian terus bekerja, sekarang aku berendam sendirian di bak mandi.

“...Aah, capeknya.”

Suaraku menggema di kamar mandi. Kalau dipikir-pikir lagi, belakangan ini ada terlalu banyak hal yang terjadi di sekitarku.

Penculikan yang direncakan oleh Siesta, kebenaran akan kematian detektif yang diberitahukan kepada kami, dan dengan bantuan 《Siesta》, Natsunagi mengingat masa lalunya yang disegel, dan berdamai dengan Hel.

Dan saat satu masalah telah selesai, datang dua masalah lagi yang menggantikannya. Ada informasi kalau Komori melarikan diri dari penjara, dan kemudian Saikawa terlibat sakndal. Aku dipaksa pergi bersama Saikawa, Natsunagi dan Charl, dan kemudian kami bersembunyi di rumah penyembunyian《Siesta》 .

“Astaga, ini tidak masuk akal.”

Aku hanya bisa menghela nafas dan mengucapkan mantraku saat merasa tidak puas. Yah, lagian ada banyak hal yang terjadi selama beberapa hari terakhir, jadi wajar saja kalau aku akan mengomel.

“......Siesta.”

Aku memanggil nama dari mantan rekanku, tapi tidak ada masalah dengan itu. Ya, ini tidak seperti aku ingin bertemu dengannya sekali lagi...,

“Ini tidak baik.”

Sejak kapan aku menjadi orang yang begitu lemah?

Jawaban untuk pertanyaan itu segera muncul—itu sejak setahun yang lalu. Pada hari tertentu di satu tahun yang lalu, disaat Siesta meninggal.

Aku mengalihkan pandanganku dari kebenaran, melupakan misiku, melarikan diri ke kehidupan sehari-hari, menyelesaikan beberapa kasus kecil yang kutemui, dan bertindak seolah-olah aku meneruskan warisan detektif. Aku berbohong pada hatiku sendiri.

Apa saat ini, aku telah berubah?

Saat aku bertemu Natsunagi, aku belajar tentang perasaan Siesta, dan melalui kasus Saikawa, aku ingat akan misiku; dan setelah Charl memarahiku, aku benar-benar mewarisi warisan dari si detektif.

Tapi, apakah semua itu hanyalah kesalahpahamanku saja?

Aku tidak mengetahui apa-apa tentang Siesta ataupun masa lalu Natsunagi, dan aku masih sama seperti aku di saat itu.

Hari itu, dalam ketidaktahuanku, aku menyerap ke dalam pelipur lara—

“Waktunya keluar.”

Sebelum aku menyadarinya, air di bak mandi sudah benar-benar dingin.

Kalau terus berendam di air mandi seperti ini, mungkin aku akan mati kedinginan.

Saat aku berpikir seperti itu dengan kepala dingin...,

“Oho, kayaknya aku harus mengoreksi diriku sendiri karena menyebut itu sebagai sosis ikan.”

Aku tiba-tiba menyadari kalau pintu kamar mandi terbuka, dan Saikawa berdiri di depanku.

...Hah? Saikawa berdiri di depanku?

“Dasar goblok, kau ngapain di sini!?”

Aku segera merunduk kembali ke dalam bak mandi seiring aku bertanya pada Saikawa.

“Yah, kau tahu, aku telah membuatmu terlalu kerepotan, Kimizuka-san. Jadi, kupikir setidaknya aku mesti mencucikan punggungmu.”

“Justru sekarang kau membuatku kerepotan! Cepat tutup pintunya!”

“Ya ampun, kayaknya aku tidak punya pilihan lain lagi.”

Astaga, mengatakan itu, dia menutup pintu kamar mandi.

“Sip.”

“...Lah, mengapa kau masih di sini?”

“Loh, bukannya itu merupakan salah satu kegembiraan terbesarmu bisa mengobrol dengan seorang gadis kecil sambil mandi, Kimizuka-san?”

“Saikawa, apa hobimu itu adalah merusak reputasi sosialku? ...Dan lagian, itu terjadi  karena dia sangat aneh.”

Ini mengingatkanku pada saat ketika hal yang sama terjadi dengan Siesta.

“Ngomong-ngomong, Kimizuka-san. Meskipun kau pergi ke ruang ganti, 'mata kiri'-ku ini ini tetap bisa melihat tubuh telanjangmu loh.”

“Berbaliklah sekarang. Satu-satunya orang yang boleh melihatku telanjang adalah orang yang siap menunjukkan tubuh telanjangnya padaku.”

“...Meskipun itu terdengar seperti suatu kutipan yang terkenal, tapi pada dasarnya, kau memang ingin mandi bersama dengan seorang gadis, kan?”

Saikawa memang hebat, dia selalu mampu meletakkan kata-kata penghancur secara verbal.

“Jadi sebelumnya kau pernah melakukan interaksi seperti ini dengan Siesta-san, ya. Aku telah belajar sesuatu.”

“Jangan mencatatnya. Tidak ada SMA manapun yang akan memberikan pertanyaan seperti itu pada ujian masuk.”

Kataku pada Saikawa, yang berada di luar pintu kamar mandi.

“Ngomong-ngomong, aku akan keluar?”

Aku mengusir Saikawa keluar dari ruang ganti, dan meninggalkan bak mandi.

“Tapi ngomong-ngomong, aku tidak begitu tahu banyak tentang Siesta-san.”

Tampaknya Saikawa masih belum ingin mengakhiri percakapan, karena dia berbicara dari balik pintu ruang ganti, dan bertanya padaku saat aku sedang menyeka diri dengan handuk.

“Kimizuka-san, apa kau menyadari sesuatu? Pada dasarnya, aku hanya memiliki sedikit ikatan dengan Siesta-san.”

Aku harus mengakui bahwa apa yang Saikawa katakan itu benar.

“Natsunagi-san dan Charl-san memiliki ikatan yang lebih kuat dengan Siesta-san. Natsunagi-san mewarisi jantung Siesta-san, dan Charl-san adalah murid nomor satunya Siesta-san.”

“Itu cuman Charl sendiri yang menyebut dirinya seperti itu.”

Aku paham apa yang Saikawa ingin maksudkan. Sudah sejak lama, baik Natsunagi dan Charl telah bertemu secara langsung dengan Siesta. Namun, Saikawa—

“Tidak, aku hanya mengatakan bahwa aku merasa seperti dikucilkan, oke?”

Dari balik pintu, aku bisa mendengar suaranya yang panik.

“Dan karena itulah, aku merasa seperti aku ini berada di posisi netral.”

“Netral?”

“Ya, netral. Misalnya gini, kalau kita mau menganalogikan situasi ini, kita ada sebagai suatu kisah—menurutmu, siapa tokoh utamanya?”

Pertanyaan cukup abstrak, tapi aku langsung memikirkan karakter tertentu.

“Siesta, ya?”

Aku berganti pakaian, membuka pintu ke ruang ganti..., dan di sana tidak ada Saikawa.

“Ya, aku juga berpikir seperti itu.”

Aku mendengar suara datang dari ruang tamu. Kayaknya dia ingin melanjutkan pembicaraan di sana.

“Yah, kurasa tanpa dirinya, kisah ini tidak bisa dimulai.”

Selama tiga tahun, aku bekerja sebagai asistennya Siesta. Natsunagi adalah seorang teman lama dan musuh bebuyutan Siesta—yang juga merupakan orang yang mewarisi jantungya. Charl menghormati Siesta sebagai gurunya, dan sampai saat ini pun hal itu tidak berubah. Musuh kami adalah 《SPES》, musuh yang harus dikalahkan Siesta.

Ya, kisah yang melibatkan kami terjadi di sekitar Siesta.

Dunia berputar di sekelilingnya.

“Tapi di tengah-tengah semua ini, hanya aku seorang yang jauh dari Siesta-san.”

Aku kembali ke ruang makan, dan melihat Saikawa sedang memegang cangkir dengan dua tangan, meniup-niupnya minumannya.

“Ini susu panas. Nih, untukmu, Kimizuka-san.”

“Sekarang sedang musim panas loh.”

Aku mengatakan itu, tapi dia sudah terlanjur membuatnya, jadi aku tidak punya pilihan selain menerimanya, dan kemudian duduk di seberang Saikawa.

“Mungkin karena aku berada dalam posisi inilah aku bisa mengatakan ini, tapi hei, Kimizuka-san.”

Aku melihat ke arah Saikawa lagi, yang tadinya tidak bisa kulihat dengan jelas karena aku sedang panik.

Piyama berwarna pink, aroma yang harum setelah mandi, rambut yang terurai, dan mata kiri tak berpenutup yang menampilkan mata bak permata biru.

 

“Ini adalah kisah kita.”

 

Dia tersenyum, dan kemudian...,

“Pada dasarnya, ini adalah kisah Natsunagi-san, Charl-san, dan Kimizuka-san. Karenanya, menurutku itu terserah pada kita untuk memutuskan apa yang ingin kita lakukan.”

Bertindak sesuai dengan apa yang kita pikirkan.

Mengatakan itu, dia kemudian menyesap susu panas yang enak.

 

“Eh, ngomong-ngomong, kali ini akulah yang harusnya menjadi karakter utama, jadi kenapa bukan aku yang diselamatkan, tapi malah jadi yang menyelamatkan? Kimizuka-san, bisakah kau menguatkan dan menyelamatkanku?”

“Ini adalah hal yang paling tidak masuk akal di abad ini.”



Post a Comment

Previous Post Next Post