Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 2 - Bab 9


Bab 9 - Malas-malasan X Hari di Musim Panas


1 Agustus.

Itu adalah hari yang panas yang memecahkan rekor di Kanagawa.

Hal ini merupakan masalah besar bagi keluarga Sato, karena tempat tinggal kami tidak memiliki AC.

Kami mengatur meja di ruang tamu untuk mencoba menyelesaikan PR kami sebelum siang hari tiba, tapi ternyata itu hanya menjadi ide yang buruk.

Hari sudah terasa sangat panas sejak pagi hari.

Pada akhirnya, kami langsung kehabisan tenaga dalam waktu singkat.

“Panasnya…”

“Hari ini panasnya benar-benar menyengat ya… Dalam cuaca seperti ini akan sulit untuk mengerjakan PR.”

Saat ini, Shigure yang biasanya tidak menunjukkan penampilan tak karuan di depanku, sedang terkulai di atas meja dengan ekspresi lesu di wajahnya. Atau mungkin akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa dirinya telah meleleh.

Aku yakin penampilanku terlihat sama tak karuan sepertinya.

“Aku benar-benar menginginkan AC...”

“Apa menurutmu kita mampu membelinya?”

“…Tidak.”

Orang tua kami menghabiskan banyak uang untuk pendidikan kami.

Seiun adalah sekolah swasta, dan itulah mengapa hidup kami menjadi sedikit sulit.

“Oh, aku ingat. Sepertinya akhir-akhir ini konsol game itu sedang banyak diminati. Kalau kau menjualnya, kita akan bisa membeli AC.”

“Gak akan kujual. Aku lima kali mencoba memenangkan lotre di Big Camera hanya untuk bisa membeli itu.”

“...Yah, baiklah. Tapi hei, mengapa kau tidak melepas lonceng angin itu? Suaranya berisik, tau.”

“...Aku benar-benar naif sampai berpikir bahwa jika aku menggantung loceng angin dengan banyak, suhu di sini akan menjadi lebih dingin...”

Aku menatap lima lonceng angin yang tergantung di jendela.

Aku menemukan semua itu saat aku sedang membersihkan kamar ayahku.

Loceng itu bukanlah benda yang menjadi hobi ayahku, jadi mungkin itu adalah kenang-kenangan dari ibuku, itu sebabnya aku menggantungkannya. Tapi sejak beberapa waktu yang lalu, setiap kali angin sepoi-sepoi bertiup, lonceng-lonceng itu akan berdering dengan nyaring.

Aku berharap kalau lonceng-lonceng itu akan membawa lebih banyak angin sejuk untuk melawan panas yang menyengat ini, tapi sepertinya aku hanya bertingkah bodoh.

Aku mengakui kesalahanku dan melepas lonceng-lonceng itu dengan hanya menyisakan satu.

...Tepat setelah aku melepaskan lonceng-lonceng itu, paduan suara para jangkrik bergegas masuk ke dalam ruangan.

Musim panas menyerbu semua inderaku, hingga membuatku mulai merasa pusing.

Saat itulah, Shigure akhirnya menjadi kesal.

“Aaaah, aku tidak tahan lagi. Sudah, hentikan saja mengerjakan PR-mu, Onii-san. Tidak peduli seberapa banyak pengetahuan yang kau masukkan ke dalam otakmu yang mendidih, pengetahuan itu hanya akan meleleh dari telingamu.”

‘Tak’, dengan jentikan jarinya, Shigure melempar pensil mekanik yang dia pegang.

“Bagaimana kalau kita pergi ke perpustakaan…? Di sana ada ruangan yang ber-AC.”

“Pergi ke sana di bawah matahari yang terik ini.”

“…Kurasa kita justru akan mati.”

“Dalam cuaca seperti ini, aku tidak berpikir kita bisa mengerjakan PR. Hei, bagaimana kalau kita mengisi bak mandi dengan air dan berendam? Itu pasti akan terasa menyegarkan.”

Memang benar, memaksakan diri untuk mengerjakan PR di cuaca yang seperti ini tidak akan efisien.

Aku bahkan tidak bisa mempercayai intuisiku dengan kepala yang mendidih seperti ini.

Terlebih lagi, usulan dari Shigure terdengar sangat menarik dan menyegarkan.

Saat aku memikirkan usulannya itu, tali yang hampir tidak menghubungkanku ke pembelajaran menjadi putus.

“Kedengarannya bagus, ayo lakukan itu! Jadi, apa kau ingin masuk lebih dulu?”

“Eh~? Mengapa kita tidak memakai pakaian renang dan masuk bersama-sama?”

Oh, begitu ya.

Tadinya kupikir yang dia maksud adalah pemandian seperti yang biasa dilakukan di pemandian umum, tapi sepertinya yang dia maksud adalah sesuatu seperti kolam renang.

Tentunya, suasana akan terasa lebih menyenangkan untuk bersenang-senang bersama-sama. Selain itu, kami juga tidak akan perlu khawatir untuk menunggu satu sama lain.

Dan dengan begitu, kami mulai mempersiapkan tempat pemandian.

Nah, yang harus dilakukan hanyalah membersihkan bak mandi yang tidak banyak digunakan sejak musim panas, kemudian mengisinya dengan air. Itu adalah hal yang tidak sulit, jadi pasti akan cepat selesai.

Namun, panas yang menumpuk di tubuhku karena dipaksa berolahraga dalam cuaca panas ini menjadi sangat intens.

Aku sudah tidak bisa menahannya lagi.

Begitu aku melihat bahwa Shigure kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian, aku menanggalkan pakaianku, berganti ke pakaian renang, dan kemudian masuk ke dalam bak mandi yang penuh dengan air.

“Uwaa…!”

Dingin euy~~~~!

Nyegerin banget~~~~!

Aku bisa merasakan panas di tubuhku perlahan menghilang.

“Bagaimana? Apa kau merasa lebih segar?”

“Ya! Ini benar-benar mantap. Ayo masuk sini, Shigure.”

Setelah dia menanyakan itu dari balik pintu kamar mandi, aku tiba-tiba menyadari sesuatu...,

...Kalau dipikir-pikir lagi, aku belum pernah melihatnya dalam penampilan hanya mengenakan pakaian renang.

Waktu di pantai kemarin, sepanjang waktu dia terus memakai kaos.

Aku ingin tahu, baju renang seperti apa yang dia pakai di balik kaosnya.

Selagi aku membayangkan itu, pintu kamar mandi terbuka.

“Aku masuk.”

“────!”

Pada saat itu, aku langsung menelan ludah.

Shigure memakai bikini hitam, bikini yang siswa SMA akan bayangkan ketika mendengar kata ‘bikini’. Kain dari bikini yang dia pakai cukup sedikit, membuat dirinya menjadi terlihat sedikit dewasa.

“Onii-san! Geser sedikit kakimu, itu terlalu sempit.”

“Y-ya, maaf.”

“Mmmn~~~~ ini dingin~~~~”

Menyegarkan, tambah Shigure, saat dia duduk di depanku.

Payudaranya yang dijepit oleh kedua lengannya membentuk belahan dada yang jelas, membuatku merasa seperti aku sedang melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat.

“Aku membeli pakaian renang ini saat aku berbelanja dengan Nee-san sebelum kita kemah. Dia ngotot bahwa dia harus memilih pakaian renang yang kau sukai. Dan saat itulah aku merekomendasikan pakaian renang ini. Tapi dia terlalu malu dengan pakain renang ini dan mengatakan, ‘Laki-laki menyukai pakaian renang semacam ini? Bukannya pakaian renang ini terlalu tipis’.”

“Y-yah, bagaimanapun juga pakaian renang itu tidak sesuai dengan karakternya.”

“Fufu… Tapi tampaknya aku membuat pilihan yang tepat. Aku bisa memastikan itu melalui raut wajah yang kau tunjukkan. Dasar mesum ♪”

“Uggh…”

Shigure menyeringai seolah-olah menggodaku.

Aku tidak bisa melihat diriku sendiri, tapi kurasa saat ini aku menampilkan raut wajah yang tampak aneh. Yah, wajar saja kalau aku menjadi seperti ini, lagian dia terlihat sangat cantik dengan mengenakan pakaian renang itu.

“Kalau mau berpaling sekarang sudah terlambat, tau! Wajahmu merah banget, kau benar-benar imut, Onii-san. Nah, biarkan aku mendinginkan wajahmu yang mendidih itu. Terima ini ♪ “

“Apa! Tunggu— Hei— Hentikan!“

“Tidak mau!”

Gyur-gyur, seperti itu, dia mengambil lebih banyak air di kedua tangannya dan memercikkannya ke wajahku.

Pada awalnya, aku hanya mengambil sikap bertahan, tapi semakin aku bertahan, semakin dia menjadi terbawa suasana.

Dia ini terlalu keras kepala.

“Oi—… Hentikan itu!“

“Kyaa!”

“Terima ini! Telapak tangan seorang pria sepertiku jauh lebih besar daripada telapak tanganmu, jadi tidak mungkin kau bisa menang! Ketahuilah posisimu!”

Untuk menyerang balik, aku menyiramkan air juga ke wajahnya secara terus-menerus.

Aku harus memastikan bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya melindungi wajahnya di hadapan serangan ini.

“Ap— T-Tidak mungkin aku akan kalah! Di sini aku memiliki senjata rahasia!”

Senjata rahasia?

Saat aku merasa bingung, Shigure berdiri dan meraih shower yang ada di dinding.

“Tunggu– Oi, itu curang kalau kau menggunakan shower! I-Itu curang!”

“Kau tidak akan bisa menang sekarang, kaulah yang harusnya mengetahui posisimu! Tidak mungkin aku akan kalah dari keroco sepertimu! Ahahaha!”

Hi, Hiiiiii! (sfx kedinginan)

Airnya dingin sekali!

Air yang keluar dari shower tidak sama dengan air di bak mandi yang sudah hangat-hangat karena panas tubuh dan cuaca.

Dan karena dia menyemburkan air itu dari posisi berdiri, aku tidak dapat meraihnya atau bahkan melawan balik dengan air dari bak mandi. Sungguh, itu benar-benar serangan udara yang pengecut!

Tapi karena dia melangkah sejauh ini, apa pun yang terjadi aku harus menang dari dirinya.

Aku memutar keran di belakangku secepat mungkin.

Di kamar mandi ini hanya ada satu pipa air. Jadi jika aku membuka keran, jumlah air yang mengalir ke shower akan berkurang dan kehilangan mementumnya.

Dengan ini, aku juga bisa menyerang balik!

“Kyaaa! Onii-san, i-itu dingin! Kau curang… nnh! “

Aku menutup lubang keran dengan jariku dan mengontrol tekanan dengan celahnya, kemudian menghantamkan meriam air ke wajah Shigure yang yakin kalau dia akan menang.

Saat dia terkena air dingin yang momentumnya jauh lebih kuat dari shower, wajahnya berubah menjadi berantakan yang membuatku sampai tertawa.

Aku tidak akan pernah memperlakukan Haruka seperti ini, membayangkannya saja pun tidak bisa.

Tapi, untuk berurusan dengan Shigure, aku harus memperlakukannya dengan sedikit kasar.

Ini adalah momen yang sangat kunikmati.
 
---

Akhirnya, saat kami sudah kehabisan nafas, kami berdua mengajukan untuk berdamai, dan perang air ini pun berakhir.

Sekarang setelah kami berdamai, kami menghentikan postur kaku kami yang saling berhadapan dan duduk di bak mandi kecil dengan punggungnya menghadapku.

Sambil bersantai dengan berendam di dalam air, kami mendengar suara lonceng angin yang datang melalui ventilasi udara kecil.

“Oh, Onii-san, aku bisa mendengar suara lonceng angin.”

“Kau benar, kurasa hanya satu lonceng saja sudah cukup untuk membuat suhu terasa lebih dingin.”

“Ya iyalah, lagian mengapa pula kau sampai memasang lima lonceng angin?”

Aku sendiri tidak tahu, mungkin aku hanya sudah terlalu gila karena kepanasan,

Aku memejamkan mataku untuk mendengarkan suara lembut dari angin sepoi-sepoi.

Kemudian, aku menyadari bahwa aku tidak hanya bisa mendengar suara lonceng angin, tapi juga banyak suara-suara lainnya.

Dengungan jangkrik, hembusan angin, tawa anak-anak, suara mobil yang lewat, dan deringan bel sepeda.

Semua suara-suara itu terasa jauh dan menenangkan.

Bahkan suara jangkrik yang tadinya begitu keras telah meredam karena suara air dari bak mandi.

“Entah kenapa, ini kesannya aneh, rasanya waktu seolah-olah telah berhenti.”

“...Ya.”

...Aku juga merasakan hal yang sama seperitnya.

Aku merasa seperti tempat ini terlalu jauh dari dunia luar, merasa fiksi seolah-olah kami berada di ruang yang terpisah.

Tapi… anehnya ini terasa nyaman.
 
Aku bahkan berpikir dan berharap agar momen ini bisa berlangsung selamanya.

Mungkin itu karena… Shigure ada di sini bersamaku.

“Ah…”

Dengan pemikiran seperti itu, secara alami aku melingkarkan lenganku di pinggangnya dan memeluknya.

Terhadap tindakanku, Shigure melirik ke belakang dan bertanya padaku.

“Ara~ara, apa kau ingin dimanjakan lagi olehku?”

“…Tidak.”

Aku menggelengkan kepalaku terhadap pertanyaan Shigure.
 
Tidak seperti itu.

Aku yang memeluk Shigure bukan karena aku ingin merasakan Haruka.

Aku hanya…

“Aku hanya ingin melakukan ini.”

Ya, aku ingin memeluknya.

Aku ingin memeluk adik perempuanku yang imut.

Terhadap perkataanku, mata Shigure membelalak dan dia menoleh ke arahku.

“Apa kau tidak suka ini?”

“...Tidak juga.”

Suaranya yang pelan terdengar sedikit bergetar.

Mungkinkah..., dia malu?

Yah, jika dia tidak keberatan, aku ingin tetap seperti ini untuk sementara waktu, aku ingin terus memeluknya.

Namun…

Tidak peduli seberapa nyaman momen yang berlangsung ini, aku tidak bisa untuk tetap seperti ini selamanya.

Kalau kami lama-lama berendam di dalam air, bisa-bisa kami akan masuk angin.

Terlebih lagi, aku merasa sedikit lapar.

Shigure juga pasti merasakan hal yang sama sepertiku.

Dia kemudian dengan lembut melepaskan lenganku, berdiri, dan berkata...,

“Sekarang sudah hampir jam makan siang, bagaimana kalau kita menikmati musim panas ini melalui perut kita?”

“Melalui perut kita?”

“Iya. Kemarin aku diberikan semangka oleh tetangga, jadi ayo kita makan itu untuk makan siang!”

“Oh, aku suka itu! Ayo makan!”

Semangka, ya. Kalau dipikir-pikir lagi, tadi aku melihat buah itu di nampan sayuran di dalam lemari es.

Mantep dah, tidak ada yang lebih baik dari itu untuk menikmati musim panas.

Kami kemudian keluar dari bak mandi dan menyeka diri dengan handuk.

Setelah itu, kami meninggalkan kamar mandi dan pergi ke kamar kami untuk berganti pakaian. Bagaimanapun juga, makan dengan memakai pakaian renang itu tidaklah sopan.

“Hm…?”

Saat itu…

Aku menyadari bahwa ada notifikasi panggilan tak terjawab di ponselku. Saat aku melihat tab notifikasi, ternyata itu dari Haruka.

“.......”

Namun, aku hanya sekedar memeriksa notifikasi itu dan kemudian meletakkan kembali ponselku, Pesan tertinggal yang ada pun aku tidak memeriksanya.

---

“Aa-Aa-Aa-! Kau melakukan itu lagi, Onii-san. Berhenti, jangan lakukan itu!”

“Fuhahaha! Hanya orang goblok yang akan berhenti saat kau menyuruhnya berhenti! Terimalah ini!”

“Mengerikan sekali! Kau melakukannya dua kali! Aa-Aa-Aa…!”

Di monitor dalam mode layar terbagi.

Spinny Shell yang kulempar dengan sangat akurat mengenai tempat yang tepat dan meledakkan sepeda Shigure saat dia memimpin di depan, membuat arus permain berubah menjadi keuntunganku.

Dan kerana itu terjadi tepat sebelum garis akhir Grand Prix Finale, aku bisa menyelesaikan balapan dengan menyalip Shigure yang kini tidak dapat berakselerasi.

“Ntaps! Aku menang!”

“Ahn! Padahal dikit lagi aku bisa memenangkan Grand Prix…”

Sambil menangis, “Itu curang—itu curang”, Shigure memukul pundakku sebagai bentuk protes.

Fufu… Memang tidak ada yang terasa lebih baik daripada mendengarkan ocehan orang yang kalah…

“Di Mario-Kart, semakin kau dekat dengan garis finis, akan semakin bagus item yang kau dapatkan, jadi sampai akhir kau tidak boleh lengah.”

“Tapi tetap saja, dua Spiny berturut-turut itu terlalu mengerikan! Itu curang namanya! Karena kau bermain dengan tidak adil, jadi kau harus menjual konsol game ini dan menggunakan uangnya untuk beli AC.”

“Tidak akan. Kalau aku menjualnya, aku mungkin tidak akan bisa membeli ini lagi.”

Gim yang kami mainkan adalah gim yang adil di mana masing-masing dari kami memiliki peluang 50-50 untuk menang. Karena bagaimanapun juga, gim akan sangat menyenangkan ketika gim itu dimainkan bersama orang dengan tingkat yang sama.

Nah, selanjutnya mungkin kami harus mengganti karakter yang kami pakai.

Tapi, saat aku mengambil pengontrolku, suara pengumuman radio pencegah bencana yang lebih nyaring dari suara jangrkik terdengar, menandai kalau sekarang sudah masuk penghujung hari.

“Oh, Matahari sudah terbenam, jadi sudah selarut ini ya.“

Seriusan? Wah, iya.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul lima. Tampaknya aku benar-benar terlalu asyik bermain gim sampai-sampai tidak sadar kalau hari sudah menjelang malam.

“Ayo kita persiapkan malam.”

“Kita mau masak apa?”

“Sejujurnya hari ini aku sedikit lelah, jadi aku tidak mau memasak sesuatu yang terlalu ribet. Tapi karena kita hanya makan semangka untuk makan siang tadi, aku ingin makan sesuatu yang berminyak. Bagaimana kalau kita membuat mie Somen dengan tempura sayur untuk menemaninya?”

Oh, itu juga terdengar sangat khas dengan musim panas.

Hari ini kami menelantarkan PR-kami, berendam bareng di bak mandi, makan semangka, dan main gim.

Dan kemudian, ini tampaknya akan menjadi cara yang sempurna untuk mengakhiri hari musim panas.

“Aku akan membantumu.”

“Kalau begitu, siapkan adonan untuk tempura. Apa kau tahu bagaimana cara membuatnya?”

“Caranya ada dituliskan di bagian belakang kemasannya, kan?”

“Ya, tapi adonannya jangan sampai terlalu tercampur. Cukup sampai menyisakan beberapa gumpalan saja.”

“Hm? Kok begitu?”

“Kalau kau terlalu mencampurnya, nanti adonannya akan menjadi berat.”

“Kau itu benar-benar tahu banyak hal, ya…”

“Tapi menurutku kau masih lebih unggul dalam hal memasak di luar ruangan. Barbekyu yang kau buat itu rasanya enak. Kuakui, tidak mungkin untuk mendapatkan rasa yang sama seperti itu dalam masakan rumah.”

Ya kan? Ya kan?

Aku benar-benar merasa senang ketika Shigure yang jago memasak memuji keterampilanku dalam memasak.

“Aku ingin makan itu lagi, jadi kalau orang tua kita sudah pulang, ayo kita berkemah sekeluarga.”

“Kedengarannya bagus. Aku yakin ayahku akan mau ikut.“

Saat aku mengeluarkan telur dari lemari es sebagai bahan adonan, ponselku bergetar menandakan adanya panggilan masuk.

“Aku yang akan mengerjakannya, kau angkat saja telponmu.”

Atas desakan Shigure, aku pergi untuk mengangkat teleponku yang bergetar di lantai ruang tamu.

Orang yang menelpon adalah… Seperti yang kuduga....

“Haruka lagi ya?”

“...Lagi?”

Sial, suaraku terlalu keras.

“...Sebenarnya tadi dia meneleponku saat kita berendam.”

“Loh, terus kenapa kau tidak langsung menelepon balik?”

Aku sendiri tidak tahu kenapa, Pemikiran itu tidak ada terbesit di benakku.

Hampir secara impulsif, aku mengabaikan panggilan tak terjawab dari Haruka.

Mungkin itu karena saat itu aku sedang tidak ingin meneleponnya kembali.

Mengapa aku tidak ingin meneleponnya kembali? Aku hanya bisa memikirkan satu alasan untuk itu.

“Mungkin itu karena aku ingin menghabiskan waktu di rumah bersamamu, Shigure.”

Aku menikmati waktu yang kuhabiskan untuk bermain dengan Shigure tanpa mempedulikan hal-hal lain.

Kalau aku berbicara dengan Haruka, aku cemas tentang ekspresi seperti apa yang akan dia buat di sisi lain panggilan.

Aku akan bertanya-tanya apakah aku memberikan tanggapan yang tepat, apakah pemilihan kataku benar atau tidak.

Itulah sebabnya, aku tidak ingin diganggu oleh sesuatu seperti itu di waktu-waktu kami yang menyenangkan.

Tapi, aku tidak ingin mengabaikan panggilan Haruka dua kali.

Aku mengambil ponselku dan menekan tombol jawab.

“Oh, akhirnya diangkat juga. Halo, Hiromichi-kun..., eh sekarang sudah malam, jadi, selamat malam?”

[Catatan Penerjemah: Halo di sini bukan もしもし(Moshi moshi), tapi こんにちわ (Kon’nichiwa) yang umumnya digunakan untuk menyapa saat siang hari. Makanya setelah itu Haruka meralat kata-katanya jadi こんばんわ (Konbanwa).]

“Selamat malam, Haruka. Ada apa? Kupikir hari ini kau akan sibuk dengan aktvitas klub dari pagi hingga malam.”

“Ya. Akhir-akhir ini aktivitasku padat, dan aku jarang bertemu denganmu, jadi aku ingin mendengar suaramu sebentar. Apa tidak apa-apa kalau aku berbicara denganmu sekarang?”

“…Ya, tidak apa-apa.”

Maaf, Shigure. Tadi kubilang kalau aku akan membantumu, tapi sepertinya aku mesti menyerahkan semuanya kepadamu.

Aku kemudian duduk di atas bantal dan ngobrol dengan Haruka.
                 
Obrolan kami hanya sekedar basa-basi, karena seperti yang dia katakan, dia hanya ingin mendengar suaraku.

Dia bilang kalau dia mulai berlatih drama baru untuk festival musim gugur, juga mengatakan kalau anggota klub mereka pergi ke toko ramen yang sama dengan toko yang pernah aku dan dia kunjungi sebelumnya, serta mengatakan kalau ketua klub mereka tidak tidak akan pernah melepaskan pakaiannya lagi di depan umum.

Haruka menyukai akting. Dia bilang kalau dirinya yang menyukai akting dikarenakan pengaruh dari ibunya yang kini telah berpisah darinya karena perceraian—dimana saat  ini ibunya telah menjadi ibu tiriku yang belum kutemui.

Aku senang melihat dan mendengar antusiasme Haruka tehrhadap akting, karena itu akan membuat kepribadiannya menajdi bersinar. Aku sangat senang dengan itu..., tapi sekarang...

Bukannya aku tidak merasa senang.

Pada dasarnya aku senang Haruka meneleponku karena dia ingin mendengar suaraku.

Karena kami tidak bisa bertemu, setidaknya dia ingin mendengar suaraku, dan fakta bahwa dia merindukanku membuatku merasa tentram.

Tapi… jika memang demikian, ada suatu keraguan yang menembus hatiku…

Jika dia memang mencintaiku, bukankah harusnya dia mempercayaiku saat kami berada di perkemahan?

“Ya. Ya... Kau benar. Aku bisa mengerti itu.”

...Haruka bilang dia takut kalau-kalau aku tidak bisa menahan diri.

Tapi, itu bukanlah sesuatu yang akan terjadi dalam skenario apa pun.

Aku bisa jamin. Aku bukanlah binatang tanpa pikiran. Aku sangat peduli padanya, dan aku tidak pernah berpikir untuk memuaskan nafsuku dengan menggunakan tubuhnya.

Hari itu juga sama.

Aku hanya ingin menyentuh Haruka lebih dan lebih, lebih dalam lagi.

Aku hanya ingin menyampaikan kepadanya betapa aku mencintainya.

Aku sama sekali tidak punya niatan untuk melakukan sesuatu yang buruk kepadanya.

Faktanya, bahkan dengan Shigure, apa yang kulakukan hanyalah melihat sosoknya sebagai Haruka saat aku menciumnya, tidak lebih.

...Namun demikian....

Haruka melihatku sebagai seseorang yang mungkin melakukan sesuatu seperti itu.

Saat aku memikirkan tentang kurangnya kepercayaannya, hatiku menjadi terasa sakit.

Aku tidak yakin, apakah Haruka benar-benar mencintaiku?

Tidak peduli topik menyenangkan apa yang dia bicarakan, aku selalu memiliki lumpur hitam keraguan yang menempel di belakang kepalaku.

Dan untuk menyingkirkan lumpur itu dari pikiranku, aku mesti memperhatikan semua yang kukatakan dan lakukan, dan itu melelahkan.

Ini sudah seperti wawancara kerja… yang membuatku berpikir apakah pewancara ini puas denganku atau tidak.

Ketika aku bergumul di dalam pikiranku, saat itu...

Dengan lembut, dengan penuh kasih layaknya induk burung yang membungkus bayi burung di sayapnya, aku dipeluk dari belakang.

“Hah~~~~?”

Orang yang memelukku adalah Shigure.

Aku menoleh ke belakang untuk melihat apa yang dia lakukan, dan saat itu mata kami saling bertemu.

“...Barusan, lidahmu keceplosan, kan? Onii-san. “

Jantungku berdebar dengan kencang…

Itu karena ekspresi yang dia tunjukkan benar-benar berbeda dari ekspresi ketika dia hanya bercanda.

Pipinya merah merona seolah-olah dia demam, dan matanya basah karena cinta.

Matanya yang menatapku penuh dengan gairah yang sama seperti saat dia menciumku.

Kenapa dia tiba-tiba menjadi seperti ini…

...Dan di tempat pertama, aku keceplosan soal apa?

Saat aku mengedip-ngedipkan mataku karena bingung, dia kemudian berkata kepadaku...,

“Akhir-akhir ini aku merasa kasihan padamu, jadi kurasa sepertinya aku menjadi bersikap terlalu baik kepadamu? Tapi apa kau sudah lupa? Adikmu yang iseng ini, adikmu yang menakutkan ini, sangat-sangat menyukaimu.”

“......!”

“Apa kau benar-benar berpikir kalau aku akan melepaskanmu setelah kau mengatakan sesuatu yang manis seperti kau ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamaku daripada bersamanya? Onii-san, baru saja kau menunjukkan perutmu, perut yang putih dan lembut,  di depan harimau yang memperhatikanmu dengan saksama. Kau tidak akan bisa mengeluh kalau kau dimakan hidup-hidup oleh..., harimau ini, kan?”

Jari-jemari Shigure yang ramping merayapi perutku.

Dia kemudian menggelitikku dengan cakarnya.

Kata-katanya yang penuh dengan gairah tidak ada menujukkan ketenangan rasional.

Apa yang dia coba lakukan padaku, memakanku hidup-hidup?

Mendengar kata-kata amat merangsang itu, tanpa sadar aku menelan ludah, tapi saat itu...,

“Hei! Hei! Hei, Hiromochi-kun?”

“E-Eh, ada apa?”

“Kau tidak mendengkarkan perkataanku…?”

Suara Haruka menembus telingaku yang lain.

Aku tidak mendengar perkataannya. Aku terlalu fokus pada Shigure sampai-sampai aku sama sekali tidak tahu apa yang Haruka katakan.

“Oh, maaf, sepertinya sinyal di sini bermasalah...”

“Ya ampun, kau tidak boleh begini, tau! Saat ini kau sedang telponan dengan pacarmu yang tercinta, jadi kau harus fokus pada suaranya. Jangan dengarkan suara adikmu ini, nanti dia akan curiga loh.”

“...!”

Memangnya kau pikir ini gara-gara siapa…! Aku ingin protes seperti itu, tapi aku tidak bisa berkata-kata.

Kemudian, suara Haruka kembali terdengar,
 
“Oh, begitu toh. Oh iya, akhir pekan ini aku tidak memiliki aktivitas klub, jadi mengapa kau tidak datang ke rumahku dan kita bisa mengerjakan PR bersama-sama?”

“Oke… tentu—”

“...Hari ini akusangat bersenang-senang loh! Kita bermalas-malasan dan tidak belajar, berendam bareng di bak mandi, makan semangka, dan main gim... Ini hanyalah hari biasa, tapi hari ini terasa sangat menyenangkan dan membuatku bahagia. Itu sebabnya, aku menjadi berharap, andai saja momen seperti ini bisa terus berlangsung selamanya.”

‘Andai saja momen seperti ini bisa terus berlangsung selamanya’, ya...., jadi ternyata Shigure memiliki pemikiran yang sama sepertiku.

Saat aku merasa terkejut...

“Aku ingin terus seperti ini selamanya…, bersama dirimu yang sangat kucintai, Onii-san.”

“Uggh…!”

Jari-jarinya yang menggelitik leherku mulai turun ke dadaku.

Dia menggerakkan jari-jarinya di sekitar dadaku, yang membuat suaraku hampir bocor.

“Mm~~~~”

“Syukurlah. Kau itu pintar Hiromochi-kun——aku ingin berada di sisimu——Ehehe, di ujian berikutnya——aku ingin——”

“Hei. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi jika saat ini aku berbicara dengan keras. Aku yakin semuanya akan menajdi kacau. Baik itu hubungan antara kau dan Nee-san yang berusaha kau lindungi, dan juga senyuman di wajahnya, semua itu, semua itu akan kacau.”

“Dan juga, sebenarnnya——ingin kuberitahukan——selain itu——Eh? Mungkin lain kali——ya?”

“Tapi yah, kurasa itu bukan ide yang buruk. Lagian, akhir-akhir ini kau terlihat sangat terluka. Kalau kau tidak memiliki keberanian untuk menghancurkan luka itu, aku bisa melakukan itu untukmu, di sini dan saat ini juga. Itupun kalau kau ingin menikmati momen-momen sepereti hari ini, Onii-san...”

Shigure berbisik dengan begitu dekat padaku hingga dia hampir menggigit daun telingaku.

Aku bisa merasakan hawa dingin yang menjalar di punggungku, serta… keputusasaan.

Bisa-bisa Haruka akan mengetahuinya.

Dia mungkin akan mengetahui hubunganku dengan Shigure, dan apa yang telah kulakukan kepadanya.

Kalau itu sampai terjadi, hubunganku dengan Haruka akan hancur.

Tapi di saat yang sama, mungkin aku bisa membebaskan diriku dari rasa sakit yang kurasakan setiap kali aku melihat atau berbicara dengan Haruka, meski begitu… meski begitu…

“Sudah, cukup…”

“────.──────? ──────!”

“Apa kau tidak menyukai ini…?”

Aku mengangguk.

Aku tidak suka ini, tidak suka, tidak suka.

Aku tidak tahu bagaimana mencintai atau dicintai lagi.

Saat aku bersama Haruka, pikiranku kacau dan yang bisa kulihat hanyalah hal-hal yang menyakitkan.

Tapi…, aku masih ingin tetap bersamanya.

Satu-satunya hal yang kutahu pasti adalah bahwa aku mencintai Haruka.

Aku tidak ingin membiarkan dirinya pergi. Aku tidak ingin kehilangan dirinya.

Itu sebabnya, aku menolak Shigure dengan nada seperti nyamuk yang berdengung.

Kemudian, Shigure dengan lembut menarik dirinya dari punggungku.

...Dan maju ke depanku.

“Kalau begitu, katakanlah... Tatap langsung mataku, dan katakan, ‘aku mencintaimu’. Katakan itu di sini dan saat ini juga.”

Dia meletakkan kedua tangannya di pipiku dan memaksaku untuk hanya menatapnya…

Dia terlihat sedikit cemberut.

Tapi jika aku melakukan apa yang dia katakan, Haruka akan mendengarku.

Aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak bisa…

Dari semua orang yang ada, aku tidak bisa membuat Haruka mendengar kata-kata seperti itu…

“Berbohong pun tidak apa-apa. Kalau kau mengatakannya di sini dan saat ini, aku akan membiarkannya meresap. Tapi jika kau tidak mengatakan itu… kau tidak akan pernah tahu apa yang akan dilakukan oleh makhluk buas yang menjadi bergairah karena kata-kata yang tanpa sengaja kau katakan, loh!”

“Apa~~~~!”

Kilatan cahaya yang buas berkedip di balik bulu matanya yang panjang.

Aku bisa merasakan bahwa Shigure sedang serius.

Aku ceroboh.

Aku terjebak...., sungguh mangsa yang bodoh...

Jika aku masih ingin bertahan hidup, hanya ada satu pilihan yang tersisa untuk kubuat.

Aku menatap lurus ke matanya...., dan berkata....,

“Aku mencintaimu…”

“E-Eh? I-ishh, mengapa kau mengatakan itu secara tiba-tiba... Aku sedikit terkejut tadi. Tapi, aku senang..., kau mengatakan bahwa kau mencintaiku. Aku juga mencintaimu, Hiromichi-kun.”

Apa yang kukatakan pada Shigure, dijawab oleh Haruka, yang tidak tahu situasinya, dengan kata-kata yang sama.

Aku merasa seperti aku akan kehilangan akal sehatku atas kenyataan dari situasi yang kacau ini.

“Oh, maaf. Kereta sudah tiba. Aku harus pergi.”

“O-Oke.”

“Sampai jumpa di akhir pekan. Untuk waktunya, kita akan bicarakan itu nanti di LINE. Sampai jumpa.”

“Ya. Sampai jumpa.”

Akhirnya, panggilan dengan Haruka selesai.

Segera setelah aku mengkonfirmasi itu, aku menghela nafas panjang.

Aku beanr-benar lelah.

Jantungku berdegup kencang sampai-sampai aku tidak bisa bernapas dengan baik.

“K-Kau itu ya… yang tadi itu terlalu berlebihan.”

“Ahahaha, kau sampai sangat bekeringat seperti itu.”

“Itu tidak lucu, tau!”

“Aku tidak serius, loh! Sebelumnya aku sudah bilang padamu untuk hanya mendengarkan pacarmu yang tercinta, kan? Kalau tadi kau mengabaikan suaraku, tidak akan terjadi apa-apa.”

“Bohong! Wajahmu tadi itu benar-benar serius, tau!“

“Aku tidak bohong. Aku hanya ingin sedikit bermain-main dengan orang yang kusukai.”

Shigure tertawa tanpa terlihat mau bertanggung jawab.

Tapi, aku tidak punya energi untuk memprotesnya.

...Tidak, aku bukan kekurangan energi, tapi kurang keadilan.

Aku tahu itu.

Pada akhirnya, akulah yang menjadi pemicu situasi yang merepotkan ini.

Baik terhadap Haruka,

Baik terhadap Shigure.

Sekarang, aku benar-benar tidak berguna.

Aku tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung.

Sebagai pacar dan sebagai kakak, aku ingin tumbuh dewasa sebanyak yang aku bisa dalam kedua hal tersebut. Ini adalah sumpah yang belum lama ini kukatakan pada diriku sendiri.

Tapi sekarang..., jalan yang aku tempuh terlalu gelap.

Aku tidak tahu bagaimana aku harus melangkah maju.

Aku tidak tahu kemana aku harus pergi.

Aku tidak tahu… apa yang ingin kulakukan?

Tidak peduli berapa kali aku bertanya, tidak ada jawaban yang datang kepadaku.



8 Comments

  1. Hiromichi terlalu mikir hal yg gk penting, mending langsung embat aja tuh si Shigure 😂
    Semangat trs ngetl min, ditunggu next updatenya

    ReplyDelete
  2. Salut sih sama shigure, dia tau ini bakal jadi jalan yang menyakitkan tapi tetep dijalanin.

    ReplyDelete
  3. Yabai..yabai sungguh kondisi yg mendebarkan menelpon pacar sedang saat bersama orang lain (selingkuhan?!!)...

    ReplyDelete
Previous Post Next Post