Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 2 - Bab 8


Bab 8 - Bingung X Putus-putus


Keesokan harinya setelah perkemahan di pantai, Haruka mengajakku pergi kencan karena kedepannya dia akan sibuk mengikuti kegiatan klub.

Kami pergi ke pusat perbelanjaan yang berada di dekat stasiun tempat kami melakukan ciuman pertama kami. Setelah itu, kami pergi makan siang, nonton film, dan istirahat sejenak sambil meminum teh. Itu adalah kencan yang normal, tapi menyenangkan.

Ya, harusnya itu menjadi suatu kencan yang menyenangkan.

Karena…, sepanjang waktu, hatiku diliputi oleh perasaan yang berlawanan dengan perasaan senang. Itu adalah perasaan yang sama seperti yang kurasakan ketika aku merasa takut memegang tangannya saat kami berada di pantai kemarin.

Kemarin, saat kami berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan, pikiranku dipenuhi dengan kecemasan seperti: Apakah kekuatan genggamanku sudah cukup? Apakah aku memegang tangannya dengannya benar? Apa dia berpikir kalau genggamanku tidak senonoh? Apa genggamanku terlalu intim?

Selain itu, rasa cemas yang kumiliki tidaklah berhenti pada saat kami berpegangan tangan saja.

Bahkan dalam percakapan biasa, setiap kali sebelum berbicara, aku selalu cemas apakah aku akan dapat memberikan jawaban yang baik, atau apakah jawaban itu akan membuat Haruka merasa tidak nyaman?

Aku tidak ingin dibenci.

Aku tidak ingin Haruka membenciku lagi.

Kencan kami berjalan dengan normal, tapi aku terus-menerus dipenuhi dengan kecemasan, kecemasan yang benar-benar tak tertahankan dan amat melelahkan.

Roda gigi telah tersendat, dan alasan untuk itu jelas karena kesalahan yang terjadi saat di pantai.

Setelah apa yang terjadi saat itu… Haruka menganggap tindakanku sebagai sesuatu yang ‘menjijijkkan’, dan kemudian menjaga jarak dariku dengan mengatakan bahwa dirinya tidak mau menciumku seperti itu lagi. Hal itu membuat batinku memiliki ketakutan terhadap Haruka.

Tapi yah, meskipun aku dibuat stres dengan pikiran-pikiran itu, aku tetap tidak bisa mengubah yang telah terjadi.

Meskipun yang menjadi fokus utamaku adalah bagaimana aku harus mengatasi rasa cemas serta bagaimana aku bisa berinteraksi dengan Haruka sealami sebelumnya...Tapi aku..., sama sekali tidak bisa memikirkan apa-apa untuk itu.

Sepanjang hari aku terus merasa cemas, hingga pada akhirnya, aku pulang ke rumah dengan rasa lelah tanpa saling berciuman dengannya.

“Oh, selamat datang kembali, Onii-san.”

Orang yang menyambutku dengan senyuman adalah Shigure, dimana saat ini dia mengenakan celemek tipis di atas pakaian kasual.

Saat aku melihatnya, hatiku yang lelah menjadi sedikit berenergi.

Dengan sedikit energi itu, aku tersenyum.

“…Aku pulang. Apa kau sedang menyiapkan makan malam?”

“Ya, hari ini aku masak tumis daging-sayur tanpa daging yang populer.”

“Bukannya itu artinya hanya tumis sayur saja?”

“Tidak, ini memang tanpa daging, tapi rasanya akan ditingkatkan dengan lemak, jadi sekarang ini adalah tumis daging-sayur yang luar biasa.”

“Kau tau, orang-orang menyebut itu sebagai sofisme.”

“Habisnya apa boleh buat kan, bagaimanapun juga kita mesti menabung untuk menggantikan uang yang kita habiskan dalam perkemahan kemarin. Nah, tunggulah sebentar, nasinya akan segera siap.” 

“…Oke.”

Ya ampun, aku tidak bisa berbicara dengan normal pada Haruka, tapi aku justru bisa berbicara tanpa ragu-ragu pada Shigure yang memiliki wajah serupa dengan dirinya.

Sambil menghela nafas, aku duduk di atas tikar tatami di ruang tamu.  Memperhatikan sikap yang kutunjukkan, Shigure kemudian bertanya kepadaku.

“Apa hubunganmu dengan Nee-san tidak berjalan dengan baik?”

“Tidak, hanya saja..., aku takut pada Haruka.”

Aku menjawab dengan jujur, karena tidak gunanya untuk menyembunyikan sesuatu dari Shigure.

“Takut?”

“Aku selalu mencari tahu apa yang akan menjadi baris Tidak Baik bagi Haruka. Aku mengalami kesulitan untuk berpegangan tangan dengannya, dan bahkan ketika kami hanya berbicara, aku selalu memperhatikan suasana hatinya karena aku takut jika aku melakukan kesalahan, dia akan menjadi membenciku lagi. Aku benar-benar berada di bawah banyak tekanan akhir-akhir ini.”

“...”

“Aku mencintainya, sangat mencintainya. Kalau rasa sakit ini terus berlanjut, maka suatu hari nanti hatiku mungkin akan berubah… Itulah yang kutakutkan.”

“Jangan biarakan itu terlalu mengganggumu. Saat ini roga gigi diantara kalian hanya sedikit tidak sinkron. Hal-hal seperti itu wajar saja terjadi jika kita menghabiskan terlalu banyak waktu dengan seseorang. Kau pastinya pernah mengalami sesuatu seperti itu dengan teman atau keluargamu, kan? Selain itu, kau tahu...”

Shigure melepaskan celemeknya dan duduk di sampingku. Kemudian, dengan lembut, dia bersandar di bahuku.

“Lihatlah wajahku… Kau pasti merasa deg-degan, kan?”

“Y-Ya…”

Tentu saja aku akan deg-degan.

Bulu mata yang panjang, mata hitam yang lembab, hidung yang sempurna, bibir merah ceri yang tampak merah meski tanpa memakai lipstik, pipi putih tanpa noda yang membuatku ingin menyentuh dan mengusap-ngusapnya. Aku menyukai semua perawakan ini. Bahkan aku bisa untuk terus melihat wajahnya selama berjam-jam tanpa merasa bosan.

“Aku adalah saudari kembarnya. Aku memiliki wajah, suara, dan perawakan yang mirip dengan orang yang kau cintai. Dan saat jarakmu denganku begitu dekat, wajar saja kalau kau merasa deg-degan! Dengan kata lain, rasa deg-degan yang kau rasakan itu adalah bukti bahwa kau mencintai Nee-san. Jadi kau tidak perlu cemas lagi, hatimu sama sekali tidak akan berubah.”

“...”

“Kalau kau masih cemas, aku akan membuatmu merasakan semua bukti yang kau butuhkan.”

Setelah itu, dia mengusap pipiku dan sedikit menurunkan daguku.

Kemudian, dia mendekatkan bibirnya ke bibirku.

Bibirnya yang lembab mengingatkanku akan kesalahan yang kulakukan di pantai.

Ciuman yang kami lakukan saat itu terasa sangat nikmat hingga hampir meluluhkan hatiku.

...Tidak!

Saat ini saja aku bahkan sulit untuk berbicara dengan normal pada Haruka, jadi hanya karena aku merasakan ini, aku tidak boleh sampai membuat kesalahan yang sama lagi...

“K-Kita tidak boleh melakukan itu, Shigure...”

“Jangan bilang tidak boleh.”

“Mengapa…?”

“Onii-san, aku tidak akan pernah mengabaikan perasaanmu. Itu adalah apa yang telah kujanjikan. Jadi, kalau kau tidak menyukai tindakanku, kau harusnya mengatakan ‘Jangan’ daripada ‘Tidak boleh’. Karena kalau kau tidak melakukan itu, aku tidak akan mendengarkanmu, loh?”

Jadi, apa yang harus kukatakan adalah ‘jangan’, ya.

Setelah dia mengatakan itu, dia kemudian mengusap dirinya ke tubuhku.

Aromanya yang manis menggelitik hidungku dan sebuah pikiran muncul di benakku… Kalau dipikir-pikir, hari ini aku tidak mencium aromanya Haruka.

Hal itu saja sudah menjelaskan renggangnya jarak di antara kami.

Setelah mengingat itu, rasa sakit dan kepahitan di hatiku menjadi semakin kuat.

Aku butuh dia.

Aku membutuhkan cintanya yang berada di depanku, cinta yang bisa kuraih jika aku mengulurkan tanganku.

Aku ingin memuaskan kerinduan di dalam hatiku dengan apa yang bisa dicurahkan kepadaku sebanyak yang aku inginkan.

Namun, begitu itu dimulai, tidak mungkin ada yang bisa menghentikanku...

Bibirnya hanya berada beberapa inci dariku.

Aku sangat menginginkan bibir itu, meskipun aku tahu seberapa kuat efek samping yang akan timbul nantinya.

Aku tidak bisa menahan kegembiraan luar biasa yang dibawa oleh racun cinta manisnya.

Karena… karena…

Tidak ada cara lain, aku hanya bisa menyentuh Haruka melalui Shigure.

“Kau telah mencoba yang terbaik, Onii-san. Itu pasti sangat menyakitkan bagimu karena Nee-san menjauhkan dirinya dan menolak perasaanmu, tapi aku tahu, kau dengan sabar menahan itu, dan mencoba untuk tidak melampiaskannya.”

“Shigure…”

Aku jatuh.

Aku rusak.

Tapi Shigure…, dia memaafkan dan menerima diriku yang menyedihkan.

“Pacar yang luar biasa, pacar yang berusaha melakukan yang terbaik untuk tidak membuat Nee-san kesal lagi, haruslah diberi hadiah. Aku akan memberimu hadiah karena telah menjadi pacar yang baik.”

Dia terkikik, lalu meraih tanganku dan membawanya ke bahunya...., kemudian memindahkannya lebih jauh ke dadanya.

Apa!? Ehhhhh!?

“A-apa yang kau lakukan?”

“Apanya yang apa? Kau suka payudara ‘kan, Onii-san?”

“B-Bagaimana kau bisa mengetahui itu?”

“Tentu saja aku tahu. Di malam kemarin ketika kita berciuman, kau menyentuhku seolah-olah kau ingin membelai ini… Selain itu, aku tahu kalau kau sering melirik ke arah payudaraku…”

“...”

B-Begitukah?

Saat itu aku merasa sangat puta asa, dan pikiranku sangat kabur, jadi aku tidak begitu ingat kalau aku sampai melakukan itu.

“Untuk saat ini, lihatlah Nee-san melalui diriku. Jika kau menyentuhnya, kau akan dapat merasakan jantungnya yang berdebar kencang, dan kemudian menyadari cintanya kepadamu. Aku jamin itu.”

“Hmm~~~~”

Berbisik padaku, Shigure meletakkan tangannya di tanganku dan menekannya ke dadanya.

Kemudian, dia menggerakkan tanganku di dadanya.

Aku merasakan bentuk dadanya di bawah telapak tanganku.

I-itu lembut, kencang, bulat, dan kenyal. Ukurannya benar-benar pas didalam genggaman tanganku.

Itu terasa sangat menstimulasi, sangat mengasyikkan.  

Aku bisa tahu bahwa aku tidak akan dapat menemukan sensasi seperti ini di tubuh seorang pria.

Tapi setelah beberapa saat, aku merasakan…, sesuatu yang sedikit berbeda dari sebelumnya.

Aku tidak tahu apa itu, kira-kira apa ya?

“Ahnn!”

“Eh!?!?”

Saat itu, dia tersentak dan melontarkan suara manis yang belum pernah kudengar sebelumnya, suara yang seharusnya tidak boleh kudengar.

Di sela-sela jari jemariku, aku merasakan sesuatu yang luar biasa, suatu daging bulat yang keras, suatu benda seukuran kacang polong yang membuat tubuhku langsung terasa panas.

Jangan-jangan itu adalah....

Aku sontak menarik tanganku dan menatap payudaranya.

Dan kemudian, aku menemukannya.

Di tengah payudaranya, benda itu menjulang ke atas.

“S-shigure… Kau… d-dan itu.”

“…Yah, karena sepanjang hari ini aku hanya berada di rumah, jadi aku tidak memakai bra.”

“A-apa!?”

Sepertinya yang Shigure katakan, dia tidak memakai bra. Kemejanya yang tipis memaparkan kulitnya karena teriknya musim panas, membuat bentuk dari payudara dan putingnya hampir terlihat. Dan baru saja, aku merasakan kedua hal itu dengan tanganku.

...M-mengapa dia membiarkanku menyentuhnya dalam kondisinya yang seperti ini?

“A-apa yang kau lakukan tolol?”

“Tapi aku tidak keberatan loh.”

“Kau harus keberatan! I-itu bukan hal yang baik bagi seorang gadis untuk membiarkan seseorang menyentuh tubuhnya dengan sembarangan, apalagi payudaranya!”

Di sini aku harus bersikap sebagai seorang kakak terhadapnya!

Akan tetapi, Shigure justru tambah tersenyum setelah mendengar kata-kataku.

“Bahkan aku tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang sepele, tau! Aku tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuhnya selain kamu, Onii-san.”

“...!”

“Jika itu kamu, aku tidak merasa keberatan. Aku senang saat kau menyentuhku. Kau bisa mengeluarkan perasaan yang tidak bisa kau ungkapkan kepada Nee-san padaku sebelum perasaan itu membusuk di hatimu. Nee-san tidak tahu tentang ini, dan aku juga tidak akan memberitahunya. Tidak ada yang akan tersakiti. Tidak ada yang akan kehilangan apapun. Jadi, kau bebas… melakukan apa pun yang kau inginkan kepadaku.”

Dia kemudian mengangkat payudaranya dengan tangannya untuk ditekankan.

Melalui pakaian tipisnya, payudaranya itu bergoyang-goyang.

...Tanganku sangat menginginkan payudara itu.

Aku ingin merasakannya.

Ada keinginan dalam diriku untuk menghempaskan rasa bersalah serta etika untuk meraihnya.

Payudara yang berada di depanku saat ini memiliki begitu banyak pesona.

Aku merasakan daya tarik yang kuat yang menarik naluriku.

Dan juga, tidak ada kebohongan dalam kata-katanya saat dia mengatakan, “Kau bebas melakukan apa  yang kau inginkan kepadaku.”

Apa dia benar-benar akan membiarkanku melakukan apapun yang kuinginkan?

Aku tidak yakin apakah aku tahu seberapa besar cinta yang dia miliki untukku.

Buah plum yang indah itu tidak terlalu besar atau terlalu kecil, ukurannya tepat seukuran telapak tanganku. Dan di saat nafsu birahi hampir menang atas diriku…

Aku tersadar…

Aku tidak memiliki nyali untuk menerima perasaannya.

“T-tidak, tidak perlu! Sekarang aku sudah merasa lebih baik! Kau melakukan lebih dari cukup!”

Saat ini pun, aku masih bisa merasakan sensasi yang sebelumnya kurasakan di jemariku.

Aku jadi tidak tahu harus berbuat apa lagi. Jadi aku melarikan ke dinding dengan menggeser pantatku diatas tatami.

Saa dia melihatku melarikan diri, matanya menyipit dan bibirnya membentuk senyuman yang tidak menyenangkan.

“Dasar pengecut ❤”

“—!”

“Tapi aku menyukai sisi dirimu yang seperti itu. Habisnya, kau yang seperti itu sangat imut, Onii-san. “

Saat itu, tiba-tiba alarm penanak nasi berdering, memberi tahu kami bahwa nasi sudah siap.

Mendengar ini, suasana hati Shigure yang sebelumnya menghilang, kemudian dia berdiri dan memperbaiki pakaiannya yang acak-acakan, lalu berkata...

“Baiklah, ayo kita makan. Bisakah kau mempersiapkan mejanya?”

“O-oke.”

Aku bangkit kembali seiring mencoba mengendalikan jantungku yang berdebar kencang.

Saat itulah aku sadar.

Hari-hariku, sampai aku pulang ke rumah, sangat melelahkan. Tapi sebelum aku menyadarinya, semua kelelahan itu telah hilang.



6 Comments

  1. Udah ga bisa diperbaiki lagi ini MC..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak tertahan kan lagi sama mc nya😒
      W udah berusaha nyangkal mc itu sampah dri bab 1 vol
      1 pas berinteraksi dengan shigure,dan sekarang kesamapahan nya terbukti kan

      Delete
  2. Entah kenapa gua malah ngerasa sedih ke si shigure dari pada ke mc,bayangin dijadiin pengganti doang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut gua gak sih. Bisa aja itu rencananya Shigure buat dapetin mc, kan sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit, nanti tanpa disadari MC sudah berpaling mencintai Shigure

      Delete
Previous Post Next Post