Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 2 - Bab 7


Bab 7 - Riak X Tengah Malam


Setelah puas bermain di pantai saat siang hari, kami masih memiliki sekitar setengah hari untuk dinikmati. Bagaimanapun juga, hari ini kami akan bermalam di sini untuk liburan.

Untuk makan malam, kami menyiapkan barbekyu seperti yang diminta Haruka. Kami menusukkan daging serta sayuran di tusuk sate besi dan kemudian memanggangnya.

Meskipun aku bertanggung jawab dalam mendirikan tenda, aku juga bertanggung jawab atas barbekyu. Karena bagaimanapun juga, sejak aku masih kecil aku sering pergi berkemah bersama ayahku, jadinya aku mengetahui cukup banyak hal tentang perkemahan.

Saat kami mempersiapkan makan malam, Shigure menyarankan, “Bukannya ini akan lebih mudah dimakan kalau kita memotongnya kecil-kecil dan memasaknya seperti daging panggang?” Tapi kalau seperti itu, itu bukanlah barbekyu namanya.

Pada akhirnya, kami berpesta dengan daging panggang yang telah dibumbui dengan saus, garam, dan rempah-rempah yang membuat mulut kami dilumuri dengan rasa.

Aku bersikeras bahwa seluruh pengalaman yang kami lalui ini adalah tentang melakukan barbekyu, dan kami terus melanjutkannya.

Barbekyu, dibuat dengan filosofi ayahku, menjadi hit yang besar bagi semua orang.

Terlebih lagi, bahkan seorang mahasiswi universitas yang keras kepala seperti Torako-senpai sampai memujiku, dimana sesuatu seperti ini jarang dia lakukan.

Haruka memiliki senyum manis yang terpancar di wajahnya.

Dan yang terpenting, Shigure mengakui keterampilanku dalam memasak dan mengatakan, “Ini adalah pengalaman baru,” yang membuatku merasa puas.

Setelah mengisi perutku dengan barbekyu, rasa lelah dari aktivitas seharian ini menghantamku dengan lonjakan rasa kantuk.

Kurasa semua orang juga sama sepertiku.

Sejak setelah selesai makan, kami tidak banyak berkeliaran, hanya mengobrol, bertanya kepada Torako-senpai seperti apa kehidupan perkuliahan, dan menunjukkan video-video lucu yang ada di ponsel kami.

Tapi secara bertahap, setiap orang mulai semakin sedikit berbicara, hingga akhirnya, Takeshi mulai linglung, dan kami kembali ke tenda masing-masing untuk pria dan wanita.

Namun, aku tidak boleh membiarkan rasa kantuk menguasaiku.

Karena bagaimanapun juga, aku telah mempersiapkan banyak hal untuk event yang akan datang setelah ini.

Di tengah malam dimana semura orang mungkin sudah tidur, aku menyelinap keluar dari tenda, terderam oleh suara dengkuran Takeshi yang nyaring seperti banteng.

Di luar, Haruka telah menungguku.

“Ehehe, kita ketemu lagi."

“Apa aku membuatmu menunggu?”

“Tidak, aku baru saja datang ke sini.”

Kemudian, Haruka mengarahkan pandangannya ke atas langit.

“Sungguh luar biasa, bukan? Aku tidak menyangka akan ada banyak sekali bintang yang terlihat... Mereka sungguh mempesona.”

“Kau benar. Sekarang lampu-lampu sudah dimatikan, jadi aku bahkan bisa melihat galaksi Bima Sakti dengan jauh lebih jelas daripada sebelumnya.”  

“Apa itu adalah bintang Altair? Aku belum pernah melihat bintang sebanyak ini sebelumnya.”

“Karena kita sudah di sini, bagaimana kalau kita pergi ke tempat yang lebih dekat dengan laut? Tadi siang aku ada menemukan tempat yang bagus.”

“Oke. Ayo pergi ke sana.”

Haruka memegang tanganku, tampak penuh dengan energi meskipun tadi siang telah banyak bermain. Yah, itu tidaklah mengherankan bagi seorang yang merupakan anggota klub darama sepertinya, dimana aktivitas klubnya tidak jauh berbeda dengan klub olahraga.

“...Ngomong-ngomong, berjalan sambil berpegangan tangan seperti ini… Itu benar-benar menjadi sesuatu yang normal diantara kita. Padahal belum lama ini, kita berdua sangat malu tentang itu sampai-sampai jantung kita berdebar-debar.”

“Yah…, bagaimanapun juga kita berpacaran. Jika cuman begini saja kita terus-terusan merasa gugup, bisa-bisa jantung kita tidak akan bisa bertahan.”

Aku kemudian menarik tangan Haruka dan menuntunnya ke pantai terdekat.

Area ini adalah area untuk wisatawan, jadi di sini dilarang untuk memancing. Tepi pantai juga tidak ramai, jadi di sini kami bisa bersantai sambil menatap langit berbintang, kami bisa menghabiskan waktu berduaan.

Namun, saat kami mendekati tepi pantai, di sana terdengar suara percakapan yang pelan.

Aku memeriksa suara itu dan melihat dua sosok sedang duduk berdampingan di puncak tebing.

“Oh, tidak. Di depan kita ada orang lain.”

“Eh? Tapi suara ini...”

Haruka juga mendengar suara itu. Tentunya, suara ini adalah suara yang terdengar tidak asing.

Aku pun menatap ke  arah dua sosok itu.

Laut bersinar, menyerap cahaya bintang, dua sosok yang menjadi penengah di antara laut dan bintang itu adalah Tomoe dan Torako-senpai.

Begitu ya, jadi mereka berdua juga memikirkan hal yang sama sepertiku.

Tampaknya kami didahului di sini.

Saat aku merasa bingung, arah angin berubah, membuatku bisa mendengar percakapan mereka dengan lebih jelas.

“Torako, terima kasih karena sudah mau datang hari ini.”

“Ya—Ya ampun, kalian anak-anak selalu tidur larut malam, bukan?”

“Apa yang kau bicarakan ketika kau sendiri hanya dua tahun lebih tua dariku?”

“Ngomong-ngomong, aku tidak menyangka kalau Hiromichi punya pacar yang imut seperti Haruka. Hebat juga dia bisa menjadikannya sebagai pacarnya.”

“Kudengar mereka itu teman sekelas di SD, yang sepertinya telah dilupakan Hiro.”

“Aku tidak bisa mempercayai apa yang telingaku dengar ketika dia tiba-tiba memintaku untuk menjadi pengemudi. Ini adalah pertama kalinya dia memintaku melakukan sesuatu untuknya.”

“Hiro itu tipe orang yang akan menciptakan rintangan yang pada dasarnya tidak perlu ketika dia bisa meminta bantuan pada orang lain. Kita adalah temannya, jadi sudah sewajarnya kalau kita membantunya.”

“Jadi bahkan Hiromichi yang pendiam dan baik itu bisa menjadi agresif untuk seorang gadis, ya.”

“Itu karena dia mau melakukan yang terbaik untuk pacarnya yang imut.”

Ugh… Ini rasanya memalukan saat mendengar apa yang orang lain katakan tentangmu saat kau tidak bersama mereka.

Kami tidak tahu peluru nyasar seperti apa yang akan tertembak ke arah kami, jadi sebaiknya kami segera menjauh dari mereka.

Aku mencoba menarik tangan Haruka, tapi kemudian nada suara Torako-senpai tiba-tiba berubah.

“...Imut, ya? Hei, Tomoe, apa kau menyukai gadis yang feminim seperti Haruka?”

“Apa kau membandingkan dirimu dengan Haruka?”

“Habisnya..., kau tahu, aku tidak memiliki keimutan seperti yang dia miliki, maksudku, secara umum aku ini tidaklah imut....”

“...Yah, memang sih, kau itu tidak imut, Torako.”

“Hmpph—”

“Kau yang mengatakan hal-hal bodoh seperti ini tidaklah imut. Itulah sebabnya, aku mesti membuatmu menjadi imut.”

“...Un.”

Segera setelah itu, bayangan dari kedua wajah itu bergabung dalam cahaya bintang.

Mereka berciuman.

Tomoe memegang dagu Torako-senpai dan menutup bibirnya.

Aku tekejut melihat betapa mudah Tomoe melakukan sesuatu seperti itu. Sungguh mengesankan… Aku bahkan tidak bisa berpikir untuk melakukan ciuman tanpa mempersiapkan event seperti ini.

“Sekarang, kau menjadi lebih imut.”

“…Masih belum, aku masih ragu. Aku ingin…, menciummu lagi. “

Mereka kembali berciuman.

Awalnya, itu hanyalah ciuman dari bibir ke bibir, tapi kemudian mereka mulai menekan satu sama lain dengan sangat bergairah.

Mereka membelai tubuh satu sama lain hingga kemudian bayangan mereka melebur menjadi satu...

“...!”

“S-sepertinya mereka sedang sibuk, jadi ayo kita pergi ke tempat lain.”

“Y-ya! Ayo pergi! Ayo pergi sekarang juga!”

Melihat pemandangan seperti itu membuat kami berdua merasa malu dan segera pergi.

---
 
Kami pergi ke arah yang berlawanan dengan laut, di seberang jalan, ke tempat peristirahatan kecil dengan bangku-bangku kayu dan mesin penjual otomatis.

“Ah, haha… Meskipun mereka adalah teman kita, aku masih merasa malu.”

“Aku bisa mengerti perasaanmu…”

Bagaiamana aku harus mengatakannya, itu tampak sangat nyata ketika aku melihatnya dari sisi lain, meskipun aku tahu seperti apa biasanya sepasang kekasih akan berinteraksi satu sama lain.  

Mencium tengkuk, tangan melingkari pinggang, membelai…

Mereka sepasang kekasih yang veteran, sangat berpengalaman dan tidak seperti kami yang masih pemula.

“Tapi tetap saja, orang dewasa itu luar biasa, bukan? Mereka berciuman dengan sangat bergairah. Aku merasa iri pada mereka…”

Apa itu artinya Haruka ingin dicium seromantis itu?

Aku sedikit terkejut untuk sesaaat, tapi tampaknya arti kata-katanya bukanlah itu.

Haruka kemudian bergumam dengan suara yang sedikit terdengar sedih.

“Sejak hari itu, kita belum ada berciuman lagi, kan? Aku selalu ingin menciummu, Hiromichi-kun. Tapi, aku terlalu takut untuk memberitahukanmu tentang itu… “

“Takut?”

“...Belum lama ini, kita terlau gugup untuk berpegangan tangan. Tapi sekarang, itu tidak lagi membuatku merasa gugup. Kau sendiri juga tidak merasa terlalu gugup kan, Hiromichi-kun? Ciuman itu…, terasa sangat mendebarkan, membuat jantungku berdebar tak karuan hingga menjadi terasa sesak. Aku merasa sangat bahagia. Namun, saat kebahagian itu mulai terasa terbiasa, dan perasaan sebagai sepasang kekasih mulai menghilang, aku takut apa yang akan terjadi jika..., kau akan bosan denganku, Hiromichi-kun. Itu sebabnya..., aku tidak bisa memeberitahukannya padamu.”

...Aku tidak tahu. Aku tidak tahu kalau Haruka mencemaskan sesuatu seperti itu.

Ini artinya, Haruka tidak merasa iri pada ciuman mereka, tapi pada hubungan di mana mereka bisa melakukan sesuatu terhadap satu sama lain secara terbuka tanpa harus mengkhawatirkan apa yang mereka lakukan.

...Astaga!

Dari dalam hatiku, aku merasakan kebencian yang amat kuat terhadap diriku sendiri.

Ini sangatlah memalukan untuk membuatnya cemas bahwa suatu hari nanti ‘Aku akan bosan dengannya.’

“Maaf…”

“Mengapa kau meminta maaf, Hiromichi-kun?”

“Itu adalah kesalahanku hingga kau menjadi merasa cemas tentang itu.”

“Tidak, tidak. Ini hanya karena akunya saja yang tidak percaya diri, dan aku minta maaf karena tidak bisa… memberitahukannya kepadamu…”

Ya, jika aku terus menunjukkan pada Haruka bahawa aku mencintainya dengan tulus, aku yakin dia tidak akan merasa cemas seperti ini.

Tapi ada satu hal yang salah dari perkataannya, dan aku ingin mengoreksinya.

Karena itu, aku meraih tangan Haruka yang sedang duduk di bangku di sampingku dan memegangnya erat-erat.

“...Tapi, kau tahu, Haruka. Ada satu hal yang tampaknya telah kau salah pahami. Yah, kau memang benar, sekarang kita bisa bergandengan tangan secara normal. Aku tidak tahu apakah aku merasa gugup seperti dulu, tapi..., aku tidak akan pernah merasa bosan.”

Pemikiran seperti itu tidak pernah terlintas di benakku.

“Memanggil namamu, menggenggam tanganmu seperti ini..., bagiku, semua itu berubah dari rasa gugup menjadi ‘kebahagian’ yang sesungguhnya. Aku sangat menghargaimu untuk itu. Karena menurutku, itulah yang dimaksud sebagai 'ikatan'. Aku percaya itu adalah tanda bahwa 'ikatan' yang tak terpisahkan sedang terbentuk di antara kita.”

“...!”

“Itulah sebabnya, aku ingin mengubah ciuman kita menjadi 'kebahagiaan'.”

Dan ketika itu terjadi, aku yakin kami akan memiliki ikatan yang lebih kuat daripada yang saat ini kami miliki.

Kemudian, kami tidak akan perlu menunggu orang tua kami pulang agar kami bisa berbicara tentang hal-hal yang selama ini kurahasiakan dari Haruka, yaitu tentang hubunganku dengan Shigure.

Dan untuk alasan itu...

“Bolehkah aku menciummu?”

“…Iya. Aku juga ingin menciummu, Hiromichi-kun. “

Haruka sedikit malu-malu dengan permintaanku, tapi dia menjawabku sambil tersenyum.

Matanya yang berkaca-kaca dan berkilau tidak memantulkan bulan maupun bintang, tapi memantulkan sosok diriku.

Dia dengan tegas menutup matanya dan mengerucutkan bibirnya seolah-olah mengundangku menghampirinya.

Jantungku mulai berdebar dengan kencang.

Aku merasakan dorongan yang mendekati nafsu untuk melompat ke bibirnya yang selalu ingin kurasakan. Namun, aku menekan dorongan itu dan menciumnya dengan lembut agar tidak mengejutkannya.

“Mm...”

Saat itu, aku langsung mengingat segalanya. Aku mengingat kebahagiaan yang sebelumnya tidak bisa kuingat karena hujan ciuman dari Shigure.

Aroma, kelembutan, kehangatan, dan kegugupan Haruka dapat kurasakan melalui sentuhan bibir kami. Aku jadi tahu semuanya, aku jadi mengingat semuanya, dan semua itu, sangat kucintai.

“Jantungku berdebar sangat cepat sampai itu terasa sesak…”

Saat aku memisahkan bibirku dari bibirnya, Haruka berseru dengan mata yang basah dan tangan yang memegangi dadanya.

Aku tahu itu karena aku bisa merasakan detak jantungnya melalui sentuhan bibir kami.

Tapi saat aku bertanya, “Apa itu sangat menyesakkan?” Haruka menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

“Aku ingin membuat debaran ini menjadi 'kebahagiaan' alami, jadi kali ini, aku akan melakukannya untukmu.”

“...Oh. Aku juga ingin kau melakukannya untukku, Haruka.“

Aku meminta kepadanya, dan dia meletakkan bibirnya di bibirku.

Itu bukanlah ciuman penuh gairah seperti yang Shigure lakukan, jenis ciuman yang akan meluluhkan pikiran jernihmu.  

Itu lebih ke jenis ciuman mematuk, tapi juga ciuman yang secara bertahap semakin dalam…, ciuman yang mencoba menghapus celah di antara kami.

Malu. Takut. Tapi, ingin lebih dekat.

Aku tidak bisa untuk tidak mencintai perasaannya yang tersampaikan melalui tingkahnya.

“Aku mencintaimu, Haruka.”

“...!”

Saat aku lepas dari ciuman yang diberikan Haruka, aku menciumnya lagi atas keinginanku sendiri. Aku menciumanya lebih dalam dan lebih lama dari ciuman pertama atau ciuman yang dia berikan padaku.

Aku mencintainya.

Cintaku padanya terus mengalir seperti riakan ombak.  

Dengan setiap nafas yang kuambil, berulang kali aku mencoba untuk mengungkapkan cinta yang mengalir di hatiku. Jika aku tidak mengungkapkannya, aku mungkin akan tersedak oleh perasaan yang meluap-luap ini.

Tapi, oh, tapi…

Semakin aku mengungkapkannya dengan kata-kata, semakin itu jadi terasa menjengkelkan.

Mengapa hanya ada sedikit kata untuk bisa mengungkapkan cintaku kepadanya?

Itu tidaklah cukup bagiku untuk mengungkapkan perasaan yang menyelimuti hatiku.

Aku ingin memberi tahunya lebih banyak lagi. Aku ingin dia tahu lebih banyak lagi.

Aku ingin memberi tahu gadis yang berada di pelukanku betapa aku mencintainya.

Apa yang harus kulakukan?

Saat aku bertanya pada diriku sendiri, secara alami tubuhku memberikan jawaban kepadaku.

“Hn…!”

Aku menyelipkan tanganku dari bahu kecil Haruka ke tengkuknya.

Membelainya, memegangnya, terus melakukan itu sambil memeluknya..., sama seperti yang Tomoe lakukan sebelumnya.

Berkat hal ini, aku menjadi belajar bahwa menyentuh tubuh lawan jenis bukanlah suatu tindakan berdasarkan motif tersembunyi.

Aku melakukan itu karena aku ingin menyampaikan perasaanku yang tak dapat kuungkapkan dengan kata-kata.

Sekarang setelah aku memikirkannya, mungkin itu wajar saja.

Karena bagaimanapun juga, awalnya manusia tidak bisa berbahasa seperti yang bisa kita lakukan saat ini.

Kupikir itu adalah mekanisme yang telah terukir di dalam darah kita.

Karenanya, aku mengikuti dorongan murni yang muncul dalam diriku.

Mencari kehangatan Haruka, aku merayap ke seluruh tubuhnya. Di punggungnya, di pinggangnya, di dadanya... Aku menempelkan bibirku erat-erat dan menjulurkan lidahku, ingin menyentuh segala sesuatu dari orang yang kucintai.

Belum, ini masih belum cukup. Aku masih ingin lebih...

Aku masih belum memberitahunya dengan lebih banyak.

Untuk mengungkapkan perasaan yang meluap-luap di hatiku, untuk mengungkapan perasaan yang tidak bisa kusampaikan sepenuhnya dengan kata-kata saja, aku menciumnya lebih erat, lebih dalam...

Tapi kemudian—

“Hya~~~~~~, tidak!!!!”

Tepat setelah itu, Haruka mendorongku.

 “Haru-ka”

“…Apa yang baru saja kau lakukan?”

Haruka yang mendorongku menjauh darinya menatapku dengan ekspresi tidak percaya. Melihat raut wajah yang dia tunjukkan, aku langsung bisa merasakan sensasi hatiku yang membeku.

“Barusan, lidah… bahkan sampai, dada…”

“M-Maaf, apa kau tidak menyukai itu?”

Tiba-tiba, dan untuk pertama kalinya, penolakannya yang kuat membuatku merasa panik.

Saat aku melihat matanya, aku mendapati bahwa matanya tidak lagi dipenuhi dengan cinta seperti sebelumnya.

Malahan, itu adalah suatu emosi tertentu, dan itu adalah... ketakutan.

“Maafkan aku! Aku terlalu terburu-buru! Saat kita berciuman, aku dipenuhi dengan perasaan cinta, dan aku ingin agar kau tahu betapa aku mencintaimu. Awalnya, aku ingin menyampaikan dengan sederhana, tapi kemudian aku menjadi tidak terkendali…! Yah, kau tahu, seperti apa yang barusan Tomoe dan Senpai lakukan…”

“Tidak… ini bukanlah 'cinta'…”

“Eh?”

Haruka memeluk tubuhnya untuk melindungi dirinya sendiri.

“Karena, sentuhan dan ciuman semacam itu, itu adalah apa yang mereka lakukan saat mereka berhubungan seks. Torako-san adalah mahasiswi, tapi kita berdua masih SMA, jadi kita tidak boleh melakukan sesuatu seperti itu! Namun demikian, kau justru melakukan sesuatu seperti itu…”

“Tunggu! Aku tidak bermaksud seperti itu! Aku hanya ingin memelukmu, dan aku bahkan tidak berpikiran untuk berhubungan seks.”

“Kau mengatakan bahwa kau tidak bisa mengendalikan perasaanmu, dan sekarang, setelah ciuman dan sentuhan yang kau lakukan... bagaimana bisa kau mengatakan bahwa kau tidak berpikiran untuk berhubungan seks?”

T-Tapi itu...

Saat Haruka menatapku dengan air mata, aku kehilangan kata-kata.

Karena, tidak mungkin aku bisa menjelaskannya.

“Kupikir kau bisa mengerti aku, Hiromichi-kun.”

“Haruka…”

Aku mengulurkan tanganku kepadanya yang gemetaran.

Tapi sebelum aku bisa meraihnya, dia berdiri dari bangku dan menghidariku.

“Maaf, aku akan kembali ke tenda.”

Dan kemudian, dia pergi seolah-olah dia ketakutan.

Tidak, Haruka tidak pergi dariku..., tapi, dia melarikan diri dariku.

Aku sangat terpukul oleh fakta ini sehingga aku bahkan tidak dapat berbicara sampai aku kehilangan pandangan dari sosoknya.

---

...Aku ingin tahu, sudah berapa lama waktu telah berlalu setelah kejadian itu.

Aku bersandar di bangku, tak dapat bergerak layaknya boneka tanpa tali.

Aku menatap langit.

Sebelum aku menyadarinya, lautan bintang yang tadinya bisa kulihat dengan sangat jelas kini tertutup oleh selubung hitam.

Cahaya bintang-bintang memudar, dan kegelapan malam semakin tebal dan berat.

Kupikir situasi ini sama seperti situasi hatiku.

“Kupikir kau bisa mengertiku, Hiromichi-kun.”

Kata-kata yang Haruka sampaikan sebelum dia pergi bergema di pikiranku.

Nada suaranya dipenuhi dengan rasa kecewa, sedih, dan ketakutan yang pahit.

...Apa yang telah kulakukan?
 
Aku mengacau. Tidak, itu bukanlah sesuatu yang telah kukacaukan.

Aku tahu bahwa Haruka adalah gadis yang pendiam, dan aku memaksakan keinginganku sendiri kepadanya.

Aku ingin terikat dengannya. Aku berharap agar aku dan dia bisa membentuk 'ikatan' secepat mungkin.

Aku memaksakan keinginanku pada Haruka dan membuatnya merasa takut.

“Aku benar-benar bodoh…”

Hanya karena Haruka menerima ciumanku, aku menjadi terbawa suasana dan menyentuhnya untuk memuaskan nafsu yang mengalir di dalam diriku.

...Aku benar-benar yang terburuk. Apa yang kulakukan tidaklah berbeda dari saat ketika para pria menggodanya tadi siang.

Aku ingin merubah apa yang telah terjadi, tapi itu tidaklah bisa.

Itu tidak bisa… tapi…

“Ini bukan cinta.”

Aku salah, salah… aku salah.

Mungkin aku terlalu terburu-buru.

Semenjak apa yang telah terjadi dengan Shigure, aku menjadi sangat ingin mencium Haruka, dan aku merencanakan perkemahan ini untuk melakukan itu. Rencanaku berhasil, dan kami benar-benar berciuman, tapi aku menjadi terlalu bergairah.

Namun, di sisi lain aku meyakini bahwa gairah yang kurasakan ini dikarenakan rasa cintaku pada Haruka.

Aku tidak seperti fakboy-fakboy tadi siang yang bahkan tidak tahu nama Haruka dan hanya menginginkan tubuhnya.

Aku tahu banyak tentang Haruka, dan aku menyukai segala hal tentang dirinya, itulah sebabnya... aku sangat ingin menyentuhnya... akan tetapi…

“E-Eh…?”

Pandangnaku tampak kabur.

Air mata mengalir dari sudut mataku dan membasahi pipiku.

Untuk apa air mata ini?

Mengapa aku menangis?

Mengapa aku membuat Haruka merasa takut?

Bahkan jika aku mencoba menegur diriku sendiri dengan alasan, ada beberapa luapan emosi yang tidak bisa kuhentikan.

“~~~~~~~!!”

Sedih, sedih, sedih, sungguh membuat frustasi...!  

Perasaan egoisku muncul keluar melalui air mata.

Karena, dia mengatakan, itu bukanlah 'cinta'.

Namun, aku sangat mencintainya sampai-sampai aku bahkan tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, tapi dia menyangkal semua itu, menjadi takut, dan menolakku.

Memang benar, aku tidak menyampaikan perasaanku dengan benar.

Tapi apakah, 'Perasaan yang meluap-luap di hatiku saat itu'… adalah sesuatu yang perlu disangkal sejauh itu…!?

Tidakkah Haruka juga merasakan dorongan yang sama ketika dia mengatakan bahwa dirinya “mencintaiku”?

Jika…

Jika itu masalahnya...

Jika dia tidak merasakan itu,

Lantas, apakah dia benar-benar “mecintaiku”—?

“Onii-san!”

“———?”

Tapi saat itu,

Aku mendengar suara yang berasal dari arah yang sama saat Haruka pergi.

Suara langkah kaki yang menginjak tanah mendekatiku.

Di malam ketika cahaya bintang-bintang memudar, pandanganku yang berlinang air mata hanya bisa menangkap garis luar sosok itu.

Meskipun aku tidak bisa melihat siapa itu, tapi aku tahu siapa dia.

“Aku tidak menyangka kau ada di sini, Onii-san.”

“Shigure…”
 
---

“...Wajahmu terlihat buruk.”

“Mengapa kau ada di sini…?”
 
Ini adalah tempat yang tidak populer, jauh dari perkemahan dan pantai, jadi tidak seharusnya dia datang ke tempat ini.

“Tadi Nee-san kembali ke tenda sambil menangis, jadi aku ingin tahu tentang apa yang telah terjadi. Apa kau bertengkar dengannya?” 

...Bertengkar.

Jika itu adalah pertengkaran, kami berdua akan sama-sama tersakiti, dan itu merupakan sama-sama kesalahan kami. Kalau itu masalahnya, maka dari sudut pandang lain, itu bisa dibilang melegakan.

Aku kemudian menggelengkan kepalaku untuk menyangkalnya.

“...Kami tidak bertengkar, aku hanya bersikap bodoh. Aku sangat-sangat bodoh. Aku benar-benar menjadi bajingan yang terbawa suasana hanya karena Haruka mau berciuman lagi…! “

“Onii-san…”

“Apa kau bisa percaya ini? Aku membelai tubuhnya, menyentuh pinggulnya, dan bahkan mencoba memasukkan lidahku ke dalam mulutnya saat kami berciuman. Wajar saja jika dia menjadi ketakutan. …! Apa yang kulakukan itu sudah seperti pelecehan seksual!”

Di depan Shigure, aku mengkritik diriku sendiri atas apa yang telah kulakukan.

Ini salahku, aku sungguh pria yang buruk dan brengsek.

Ini salahku, ini semua salahku hingga Haruka menjadi takut.

Aku membakar kata-kata itu ke dalam diriku sendiri. Aku mencoba mengisi kepalaku dengan amarah pada diriku sendiri.

Karena kalau aku tidak melakukan itu, “Pertanyaan Terburuk” yang tadi muncul di kepalaku mungkin akan tergiang-ngiang.

“Aku benar-benar brengsek! Aku bahkan tidak memikirkan perasaan Haruka! Mungkin aku telah mencoba melakukan hal-hal buruk kepadanya.”

“Onii-san…”

“Yah, wajar saja kalau dia membenci pria sepertiku! Seorang pria yang sangat brengsek sepertiku ini...”

“ONII-SAN!!”

“...?”

Saat itu…

Shigure berteriak dan memelukku di dadanya.

“Diamlahh, tutup mulutmu. Tolong jangan katakan apa-apa lagi.”

“Shigur… muff?”

“Sudah kubilang, diamlah. Ayo, tetaplah dalam posisi ini dan tarik napasmu dalam-dalam.”

Itu bukanlah pelukan yang lembut, tapi pelukan yang sangat kuat, amat kuat hingga terasa menyakitkan.

Aku menarik napas, mencoba bertanya padanya apa yang dia lakukan?

Tapi kemudian, dengan lembut, aroma yang keluar dari kulitnya menyelimutiku.

...Aroma ini.

Itu adalah aroma yang sama dengan aroma Haruka. Aroma dari orang yang kusayangi, aroma dari pacar yang kucintai.

“...”

Aroma itu memadamkan amarah yang membara dalam diriku yang berusaha keras kudidihkan.

Saat kemarahan yang kumiliki mulai menghilang, kekuatan di tubuhku juga ikut hilang menyertainya.

Kemudian, dia melepaskan cengkeramannya padaku.

“...Tolong jangan sakiti dirimu sendiri dengan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti itu. Ini bukan tentang tubuh, tapi kau hanya sangat mencintainya, bukan? Kau sangat mencintainya sampai-sampai kau tidak dapat mengungkapkan perasaanmu dengan kata-kata, namun di saat yang sama, kau masih ingin menyampaikan perasaanmu itu dengan cara apa pun yang bisa kau lakukan.”

Kemudian, dia membelai rambutku.

“Mengapa, kau…”

Bagaimana kau bisa mengetahui itu?

Terhadap pertanyaanku, wajah Shigure merona dan menjawab,

“Bukankah itu sudah jelas? Aku mengetahuinya karena… itulah yang kurasakan di hari itu.”

“...!”

...Begitu ya.

Jadi ketika dia mendekatiku hari itu, dia juga memiliki perasaan yang kuat seperti yang kurasakan.

Keputusasaan yang menakutkan. Kasih sayang yang membara.

Pada saat itu, sesuatu seperti itu sangatlah jauh dari pemahamanku sehingga aku merasa terkejut, tapi sekarang aku mengerti bahwa itu terasa sangat menyakitkan.

Aku yakin…, wajahku juga sama seperti itu.

“Apa kau tahu, Onii-san? Ketika kucing ingin mengekspresikan perasaan mereka pada lawan jenis, mereka akan dengan kuat menggigit leher lawan jenis mereka. Sedangkan anjing, mereka akan menjilat wajah dari lawan jenis yang mereka cintai. Manusia juga merupakan hewan, bukankah itu wajar untuk menyentuh seseorang di saat kau mencintainya? Kau mencintainya, dan itulah sebabnya kau ingin menyentuhnya. Kau tidak melakukan sesuatu yang salah.”

“Shigure…”

“Aku kasihan padamu Onii-san. Kau telah mengumpulkan banyak keberanian, tapi dia tidak mengetahui perihal itu, hingga membuatmu jadi tersakiti. Itu pasti terasa menyakitkan saat dia menolak perasaanmu.”

Saat Shigure mengatakan itu, dia dengan kuat membelai kepalaku yang dia dekapkan di dadanya.

Setiap kali dia menyisir rambutku, aku bisa merasakan kesemutan di dalam hatiku.

Air mata yang selama ini kucoba agar tidak dilihat orang lain, kesedihan yang selama ini kuhindari dengan mengatakan pada diriku sendiri bahwa itu adalah kesalahanku, mulai merembes keluar. Dan begitu semua itu keluar, aku tidak bisa menghentikannya.

Rengekan keluar dari sela-sela gigiku yang terkatup.

Aku berpegangan pada Shigure, merasa seperti aku akan hancur jika aku tidak berpegangan pada sesuatu.

Terhadapku, Shigure berbisik...,

“Aku tidak akan pernah membiarkanmu merasa seperti ini.”

“...Eh”

“Jika kau memelukku, aku akan dengan lembut bersandar padamu dan balas memelukmu. Jika kau membelai tubuhku, aku juga akan membelai tubuhnmu dan mengusapkan pipimu ke pipiku. Dan jika…, kau menginginkan ciuman yang panas, aku akan menciummu dengan lebih panas dan lebih dalam dari yang kau lakukan. Sepanjang malam aku ingin berbisik kepadamu bahwa—Aku mencintaimu, Hiromichi-kun. Aku sangat mencintaimu.”

Tangannya yang sedari tadi membelai kepalaku untuk menenangkanku kini meluncur ke pipiku.

Dia mengangkat wajahku dengan pelan.

Aku mendongak, dan melalui penglihatanku yang tampak kabur, aku melihat apa yang kuharapkan dari lubuk hatiku.

“Hiromichi-kun... Cium aku.”

Gambaran dari pacar yang kucintai menatapku, hanya menatapku saja di matanya, dan menginginkanku.

Itu adalah ilusi, dan aku mengetahui itu.

Dia bukanlah Haruka, dia bukanlah pacarku.

Tapi…

Adikku yang berada di hadapanku terlalu mirip dengan orang yang kucintai, dan hatiku terlalu rapuh untuk menolaknya.

“...”

Aku tidak boleh melakukannya.

Hentikan.

Itu tidak boleh.

Tidak, jangan…

Suara dari akal sehatku berteriak, tapi suara itu terlalu jauh.

Aku mencium bibirnya seperti pria beku yang merindukan kehangatan.

Karena aku tahu di sini hangat, jadi aku tidak bisa menolak.

Bibir kami bertemu.

Tidak seperti sebelumnya, bibirnya dengan kuat menyentuh bibirku.

Tidak ada rasa enggan.

Dia membalas ciumanku dengan ciuman lembut dan manis.

Hanya dengan sedikit sentuhan saja sudahlah cukup untuk mengirimkan kehangatan ke dalam hatiku yang membeku.

Perasaan mengalir ke dalam hatiku. Itu adalah perasaan cinta yang seharusnya tidak kuterima. Perasaan yang dulu aku tolak karena aku merasa takut.

Aku melahapnya.

Aku tidak bisa melakukan hal yang sama untuknya…

Ini benar-benar hal yang sembrono untuk dilakukan.

Namun demikian…

“Itu bukan salahmu. Karena bagaimanapun juga, aku adalah saudari kembarnya. Aku punya suara, wajah, dan aroma yang sama seperti saudariku. Jika wanita sepertiku mendatangimu dan meminta ciuman di saat kau terluka karena sesuatu yang dikatakan saudariku kepadamu, kau pasti akan merasa seperti ini. Onii-san, kau tidak salah. Ini salahku karena memanfaatkan kelemahanmu, mengetahui semua perasaan menyakitkan yang telah kau alami…, jadi, jangan khawatir. Sebaliknya, manfaatkanlah aku! Perasaan ditolak oleh Nee-san. Perasaan buruk yang memaksamu meragukan saudariku. Perasaan mencoba menyalahkan dirimu sendiri... Lupakan semua itu untuk saat ini, dan manjakan Nee-san yang kau lihat dalam diriku.”

Dia memaafkanku yang tidak karuan, memaafkanku yang menjadi lemah.

Dia memberiku alasan untuk memaafkan diriku sendiri.

“Tidak apa-apa. Kau hanya melihat Nee-san melalui diriku. Semua perasaan yang kau inginkan ini bukanlah perselingkuhan… Ayo, katakan. Haruka, aku mencintaimu. Haruka, aku menyayangimu. Katakanlah itu dengan lantang.”

“H-haruka. Haruka. Aku mencintaimu. Haruka. Haruka…”

“Aku juga mencintaimu.”

Aku tenggelam ke dalam matanya yang basah.
 
Aku menyelam lebih dalam.

Aku tahu saat ini bukanlah Haruka yang menciumku, tapi aku tidak bisa menyalahkan diriku sendiiri karena menginginkannya.

Aku mencium bibirnya lebih kuat dari sebelumnya.

Aku mengangkat lidahku dan melangkah lebih dalam.

Shigure menerima lidahku dengan lidahnya sendiri.

Itu terasa tidak nyaman karena tubuh kami terpisah, jadi aku meletakkan tanganku di sekitar tubuhnya.

Aku memeluknya.

Shigure menggosokkan tubuhnya ke tubuhku seolah memohon lebih banyak.

“Aku mencintaimu… Nnh… aku mencintaimu!”

Ciuman yang dalam. Pelukan yang hangat. Bisikan yang manis.

Dia memberiku semua yang kuinginkan.

Bagaimana bisa aku melepaskannya dariku?

Aku semakin mendambakannya. Air liur yang kami tukar meluncur ke tenggorokanku dan terasa seperti air mendidih.

Panas di ususku menjalar melalui tulangku ke kedalaman otak saya, mengaburkan kesadaranku seperti sedang demam.

Dalam kabut kesadaran ini, aku merenungkan apa yang dia katakan sebelumnya.

Ini bukan perselingkuhan.

Ya. Ini bukan perselingkuhan. Aku tidak selingkuh.

Karena aku hanya mencintai Haruka.

Aku melihat Haruka melalui Shigure.

Aku tidak akan melakukan ini pada Shigure.

Shigure adalah adikku.

Orang yang kucintai hanyalah Haruka.

Itu sebabnya, orang yang kucium saat ini adalah Haruka.

Tidak ada keraguan tentang itu.

Kami saling mencintai seperti yang kami inginkan, seperti yang kami harapkan.

Karena selama kami melakukan itu, selama bibir ini terhubung, aku tidak perlu memikirkan pertanyaan terburuk yang terlintas di benakku.
 
---

Setelah itu, aku terus mencium bibir Shigure sampai gerimis mulai turun dari langit yang gelap.

Tapi begitu kami selesai ciuman dan aku kembali tenang, aku dipaksa untuk menyadari kenyataan.

Layaknya efek samping dari obat, aku tersiksa oleh rasa penyesalan sampai larut malam.

Dan bahkan saat ini..., seorang diri, aku menatap laut sampai pagi, dengan mata yang kosong seperti ikan mati.

“...”

Aku telah melakukan sesuatu yang sangat buruk.

Aku sangat kesepian sampai-sampai aku mencium bibir orang yang bukan pacarku, apalagi orang itu adalah saudari kembarnya.

Itu bukanlah sesuatu yang akan dilakukan oleh orang waras.

Aku gila.

Aku sadar akan hal itu…, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya.

Jika aku tidak melakukannya, aku tidak akan bisa berdiri tadi malam.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku jatuh di sana.

Aku ditelan oleh rawa emosi negatif yang membanjiri hatiku. Dan untuk mencega hal itu terjadi, aku tidak punya pilihan lain selain bergantung pada Shigure.

“Tampaknya kau selalu menuntut kesempurnaan dari dirimu sendiri, tapi tidak seorang pun, bahkan orang dewasa, yang dapat melakukan itu. Kita semua akan mengalami malam-malam yang sulit ketika kita tidak bisa berdiri tanpa sesuatu untuk dijadikan penopang… Dan untuk dirimu, itu adalah malam ini. Hanya itu yang ingin kukatakan kepadamu.”

Kemarin Shigure mengatakan itu kepadaku ketika aku menarik diriku darinya setelah aku kembali tenang.

Kupikir dia benar.

Caraku melakukan sesuatu adalah dengan cara yang sesuai dengan gagasan sosok pria ideal di dalam benakku. Namun, aku tidak cukup kuat…, untuk menjadi manusia yang bisa mewujudkan itu.

“Hiromichi-kun…”

“...!”

Saat aku tenggelam dalam penyesalan, aku mendengar suara yang tidak asing di belakangku.

Itu adalah suara dari seseorang yang saat ini tidak ingin kuhadapi.

Karena, karena…, bagaimana caranya aku bisa berbicara dengannya?

Aku tidak tahu.

Aku tidak bisa memikirkan apa-apa.

...Tapi sekarang, dia telah ada di sini, dan aku tidak bisa mengabaikannya.

Aku pun berbalik menghadapnya.

“Haruka…”

“Um…, maafkan aku tentang yang tadi malam.”

Reaksi yang Haruka tunjukkan tidaklah terduga.

Dia menundukkan kepalanya untuk meminta maaf kepadaku.

“Aku telah memikirkannya sepanjang malam, tapi tampaknya aku terlalu melebih-lebihkan saat aku mengatakan, ‘Ini bukanlah cinta’. Aku tahu bahwa kau mencintaiku, dan aku mengetahui itu dengan sangat baik.”

“...”

“Kau tahu, semalam adalah malam yang menyenangkan, dan aku menjadi sedikit bersemangat dan bersikap berlebihan. Aku benar-benar minta maaf karena mengatakan sesuatu seperti itu tanpa mempertimbangkan perasaanmu.”

Cara Haruka meminta maaf membuat rasa bersalah mendidih di perutku.

...Kumohon, jangan meminta maaf.

Aku justru telah melakukan sesuatu yang lebih buruk.

Aku tidak pantas menerima permintaan maaf seperti itu.

Aku harus mengatakannya.

Aku harus memberitahukan padanya, apa yang telah kulakukan.

Terhadap Haruka, aku berbicara...

“...Ah, akulah yang harusnya meminta maaf. Maafkan aku karena membuatmu merasa takut. “

...Hei, bukan itu.

Bukan hanya perihal aku yang membuatnya merasa takut, ada lebih banyak hal lain yang perlu dia ketahui.

Aku sadar akan hal itu, tapi aku tidak bisa mengatakannya.

“Aku tidak takut padamu. Aku hanya… sedikit terkejut.”

“B-Begitu ya. Baguslah kalau begitu.”

Tidak, itu tidak bagus.

Katakan. Mengapa kau tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata?
 
Apa kau… akan melarikan diri tanpa mengatakan yang sebenarnya?

Setelah melakukan hal-hal seperti itu pada saudari kembarnya, kau hanya akan diam dan melanjutkan hubunganmu seperti sebelumnya?

Jangan konyol. Beri tahu dia. Katakan padanya.

“...Tapi, menurutku itu adalah hal yang salah jika kita yang masih SMA melakukan sesuatu seperti itu. Jika kita terlalu terbawa suasana dan melakukan… kesalahan, kita akan mendapatkan banyak masalah. Bagaimanapun juga, itu adalah fakta bahwa aku mencintaimu, Hiromichi-kun. Dan aku ingin menghargai hubungan ini denganmu. Aku tidak mau merusak hubungan kita dengan bersikap tidak bertanggung jawab dan membiarkan perasaan sementaraku menguasaiku… Jadi, jangan lakukan itu lagi, oke?”

“——”

Mata Haruka yang menatapku tampak bergetar dengan 'emosi' tertentu.

Saat itulah aku tersadar...,

Aku sadar bahwa saat ini aku sedang berdiri di tempat yang sangat berbahaya.

Haruka tidak merasa takut.

Dia merasa “jijik” denganku.

Dan perasaan jijik itu masih ada dalam dirinya.

Itulah sebabnya, Haruka ingin menjaga jarak.

Dia tidak ingin menciumku lagi, mungkin karena dia berpikir berciuman denganku akan membuatnya menjadi kotor.

Kalau aku memberitahunya tentang apa yang terjadi dengan Shigure... maka,

“Y-Ya. Kau benar, Haruka. Kita hanyalah anak-anak yang masih diberi makan oleh orang tua kita. Kita tidak boleh melakukan sesuatu tanpa moderasi yang tepat, kan?”

“Terima kasih. Aku tahu kalau kau akan mengerti itu!”

 

Tidak mungkin bagiku untuk mengatakan apa yang terjadi dengan Shigure kepadanya.

Tapi, tetap saja… kalau dipikir-pikir, ini adalah pilihan yang terbaik.

Karena menurutku, itu tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa aku berselingkuh.

Memang benar, aku mencium Shigure.

Itu adalah kebenaran, tapi saat aku menciumnya, aku selalu memanggil nama Haruka.

Jika Haruka menanggapi ciumanku dengan benar saat itu, sejak awal semua ini tidak akan terjadi, jadi menurutku itu salah jika menyebut ini sebagai perselingkuhan. 

Ciuman kemarin bukan hanya masalahku saja. Shigure juga sangat terlibat. Dan dia sendiri juga yang memintanya. Jika dia tidak memintanya seperti itu, aku juga tidak akan menciumnya.

Mengakui hal ini juga bisa merusak hubungan Shigure dan Haruka, dan itu jelas bukan hal yang baik. Itu merupakan pilihan yang tidak akan membuat siapa pun bahagia. Akan lebih baik jika aku tutup mulut. Hanya karena pihak lain adalah pacarku, bukan berarti aku harus mengungkapkan semua yang telah kulakukan. Bahkan sepasang kekasih paling menakjubkan di dunia memiliki lebih banyak atau lebih sedikit hal yang mereka sembunyikan.

Aku tidak perlu takut menyembunyikan sesuatu seperti ini.

Aku mesti mengungkapkan cintaku yang meluap untuk Haruka--yang kuungkapkan kepada Shigure tadi malam—dengan cara yang bisa Haruka terima. Dengan melakukan itu, kami akan menjalin ikatan. Ya, tidak diragukan lagi, itu pasti yang terbaik—

 

—Aku membuat daftar sebanyak mungkin alasan yang dapat kupikirkan tentang mengapa aku tidak harus minta maaf pada haruka…

Untuk memberi sedikit pembenaran atas tindakanku.

Untuk memberikan sedikit lebih banyak alasan untuk muslihatku.

 

Karena… hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.

Tidak mungkin aku bisa mengatakan kepadanya kalau aku mencium Shigure.

Jika aku mengatakan itu kepadanya, aku akan kehilangan dia.

Pacar yang kucintai, pacar yang tersenyum dengan penuh kasih, pacar yang berada tepat di depanku.

Aku mencintainya.

Cintaku padanya bukanlah kebohongan.

Yah, ini juga tidak seperti aku memiliki semacam pilihan. Aku tidak bisa… mengatakannya.

“Oii… Kekasih tolol, mau sampai berapa lama kalian berencana untuk bermesraan? Sudah kubilang kita harus pergi sebelum jalan menjadi terlalu ramai!”

“Ya! Ayo pergi, Hiromichi-kun.”

“Y-ya.”

Aku memutuskan untuk merahasiakan apa yang terjadi tadi malam.

Kemudian, berusaha untuk tidak menunjukkan tekad yang suram di wajahku, aku mencoba untuk meraih tangan Haruka yang terulur padaku.

Tapi—

Yang membuatku terkejut, tanganku membeku sebelum bisa menyentuh tangannya.

“Eh…”

“...? Ada apa, Hiromichi-kun? Ayo cepat.”

Haruka memiringkan kepalanya dengan bingung saat dia meraih tanganku.

Aku menggoyangkan tanganku dengan ringan dan menanggapi gerakan Haruka lalu memegangnya dengan cepat.

Aku meraih tangannya.

Pada saat itu, jantungku mulai berdebar kencang karena cemas.

Aku ingin tahu, apakah kekuatan cengkeramanku…, sudah cukup. Aku tidak tahu apakah cengkramanku membuatnya merasa tidak nyaman. Au tidak tahu apakah cengkramanku terlalu kuat, terlalu lemah, atau mencurigakan.

Aku tidak tahu.

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku memegang tangannya.

Saat itulah semuanya dimulai.

Berpegangan tangan. Tindakan yang dulunya menjadi sumber kebahagiaan sejati bagiku… berubah menjadi kesedihan dan ketakutan bahwa suatu hari nanti Haruka akan membenciku…



12 Comments

Previous Post Next Post