Kanojo no Imouto to Kiss wo shita Volume 2 - Bab 6


Bab 6 - Masa Muda X Pantai


Akhirnya, liburan musim panas yang sudah lama dinanti-nantikan telah dimulai.

Jika kita beircara tentang musim panas, maka itu artinya ini berhubungan dengan apa yang disebut pantai.

 

Dan kalau sudah menyangkut tentang pantai yang ada di Kanagawa, maka Shonan mungkin merupakan tempat pertama yang akan terlintas di pikiran semua orang.

Itu adalah tempat yang sangat populer untuk dituju saat berlibur, dan bahkan biasanya menjadi latar tempat untuk manga ataupun drama TV.

...Yang jadi pertanyaannya di sini adalah, aku ini pada dasarnya merupakan orang yang sukanya beraktivitas di dalam ruangan, lantas mengapa aku jadi harus repot-repot keluar di bawah terik matahari musim panas ini? Bahkan di musim panas tahun lalu, aku kebanyakan tinggal di rumah untuk bermain gim atau belajar, dan sama sekali tidak punya pemikiran untuk pergi ke pantai atau semacamnya. Namun, tahun ini berbeda....

Itu karena..., tahun ini aku memiliki sosok yang disebut seorang pacar. Di saat aku memiliki keberadaan yang istimewa seperti itu, jelas tidak mungkin kalau aku tidak akan pergi ke pantai saat musim panas.

Aku sungguh tidak sabar untuk melihatnya dalam sosok yang mengenakan pakaian renang...

Aku benar-benar tidak akan membiarkan musim panasku berakhir tanpa sesuatu seperti itu…

Dengan begitu, kami sampai di tempat perkemahan kami yang  terletak di tepi pantai, di Shonan.

Sesaat setelah kami turun dari mobil, kami langusng disambut oleh suara deruan ombak dan aroma laut yang menyegarkan.

“Wow! Lautnya biru sekali!”

“Wah! Ini benar-benar laut…, laut! Aku sudah tidak pernah ke sini sejak aku kelas 2 SMP, Hiromichi!”

“Kau benar. Ini benar-benar aroma yang sangat nostalgia. Meskipun kita tinggal di Kanagawa, aku tidak sering pergi ke sini. Shonan benar-benar menakjubkan… Bagaimana denganmu, Haruka?”

“Tidak, aku juga tidak ada pergi ke pantai sejak kelas 2 SMP. Saat aku kelas 3, aku menghabiskan seluruh musim panasku untuk belajar sebagai persisapan menghadapi ujian. Bahkan saat aku jalan-jalan bersama teman-temanku, kami cuman pergi ke kolam renang saja.”

“Yah, memang sih di saat-saat seperti ini, pantai ini akan sangat ramai dikunjungi bahkan oleh orang-orang dari prefektur lain, jadi kecuali seseorang mengambil inisiatif, kita tidak akan bisa berbicara tentang pergi ke Shonan untuk bersenang-senang.”

“Selain itu, laut membuat rambutku jadi kasar.”

Oh, begitu ya. Jadi anak perempuan juga punya semacam masalah yang seperti itu.

Ngomong-ngomong, aku jengkel kalau ada pasir yang terselip di sandalku.

Setelah itu ada suatu siklus yang merepotkan dimana aku harus mencucinya, karena jika akut tidak mencucinya, akan ada lebih banyak pasir yang menyelip dari pantai.

“Tapi, Hiromichi-san. Di pantai ini memang ada banyak orang, namun meski demikian, ini tidak bisa disebut terlalu ramai, kok bisa begitu?”

“Itu karena tempat ini adalah salah satu spot yang rendah dan ombaknya tinggi-tinggi, jadinya cuman sedikit orang yang ada di sini.”

Mengenakan T-shir bemotif harimau, seorang wanita cantik berambut pirang keluar dari kursi pengemudi mobil yang kami naiki dan menjawab pertanyaan Shigure.

Dia adalah Torako Iizawa, pacarnya Tomoe dan seorang mahasiswi. Dia adalah gadis yang dua tahun lebih tua dariku, Tomoe dan Takeshi saat kami bertemu dengannya di SMP.

“Senpai! Makasih sudah mengantar kami ke sini!”

“Santai saja, lagian ini adalah permintaannya Tomoe. Selain itu, aku cukup tertarik dengan pacar yang Sato sangat ingin bawa ke pantai sampai-sampai dia ingin aku menjadi sopir.”

Dengan senyum lebar di wajahnya, Torako-san meletakkan tangannya di pundakku dan Haruka, kemudian memberi kami pandangan penuh rasa ingin tahu.

“Jadi? Kalian sudah sampai sejauh mana? Hmm? Apa kalian sudah melakukan itu?”

“Kami tidak melakukan apa-apa... Masih belum!”

“Oi oi, gak mungkin dia tidak melakukan apa-apa di saat dia memiliki pacar yang sangat seksi. Namamu Haruka-chan, bukan? Nah, katakakan pada Onee-san ini, apa yang pria ini sudah lakukan padamu?”

“E-ehh~~~”

Terhadap seorang mahasiswi yang tanpa ragu-ragu langsung mengorek-ngorek kehidupan pribadinya meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka, Haruka langsung tersipu malu.

...Dia sangat mudah untuk diajak bicara karena dia adalah gadis yang santuy dan tidak feminin, hanya saja dia biasanya selalu tertarik pada kehidupan cinta orang lain.

“Torako, udah, gak usah tanya-tanya lagi. Mereka itu tidak mahir menghadapi situasi saat dicandain seperti itu. Kita perlu menurunkan barang bawaan kita dan mengamankan tempat terlebih dahulu.”

Dengan begitu, Tomoe menyelamatkan Haruka dari situasi yang merepotkan itu.

“Tsk.” mencedakannya lidahnya, Senpai kemudian pergi.

Terima kasih Tuhan.
 
---

Setelah itu, kami (kebanyakan Takeshi) menurunkan barang bawaan serta perlengkapan kemah dari bagasi dan membawanya ke tempat yang masih kosong untuk dipersiapkan.

Di sini kami memiliki dua tenda untuk didirikan. Salah satunya adalah tenda besar kepunyaanku, dan satunya lagi adalah tenda kecil punya Torako-san yang hanya muat untuk tiga orang.

Kami anak laki-laki meletakkan barang bawaan kami di tenda yang besar, dan anak perempuan meletakkan barang bawaan mereka di tenda yang kecil.

Tenda yang besar didirikan oleh Tomoe dan Takeshi, sementara aku terus mengawasi mereka berdua. Karena tenda ini bukanlah tenda yang digunakan untuk bersantai, melainkan tenda yang para profesional gunakan sebagai ‘basis luar ruangan’, tenda ini cukup sulit untuk dirakit. Namun, aku sudah mengingat langkah-langkah merakitnya karena aku sudah biasa melakukannya di setiap musim panas ketika mendiang Ibuku masih hidup.

Dengan bantuan dari mereka, itu jadi tidak sulit dan hanya perlu butuh beberapa menit untuk mendirikannya.

“Yah, ini ternyata lebih baik dari yang diharapkan.”

“Pasak jadi lebih cepat dipasang kalau ada Takeshi.”

“Sesuatu seperti itu tidak bisa disebut memasang pasak jika dia melakukannuya hanya dengan menggunakan tangannya.”

[Catatan Penerjemah: Di sini penerjemah Inggris, Zetro Translation, (entah mungkin dari raw JP-nya emang gitu, soalnya gua gak punya raw-nya) menggunakan istilah ‘Pegging’, yang bisa diartikan sebagai perilaku seksual di mana seorang wanita melakukan penetrasi terhadap anus pria dengan menggunakan dildo atau strap-on.]

Sejak awal tenda ini dirancang untuk dapat menampung sekitar enam atau tujuh orang, jadi ukurannya sebesar sebuah ruangan yang kecil. Langit-langitnya juga cukup tinggi, sehingga ada cukup ruang bagi kami bertiga untuk berdiri dan berbicara.

Tenda ini cukup nyaman, tapi mungkin itu agak terlalu luas untuk kami bertiga saja.

“Kita harus segera bersiap-siap. Ngomong-ngomong, aku sudah memakai pakaian renang di balik pakaianku ini.”

“Aku juga.”

“Aku juga.”

Dan kemudian, sambil mengatakan “Yah, lagian kita semua kan laki-laki.” Kami melepaskan pakaian kami.

Tapi saat itu…

Ketika aku dan Tomoe melihat penampilan Takeshi, mata kami langsung terbuka lebar karena terkejut.

“Takeshi, kau memakai bikini.”

“Whoa! Coba lihat pangkal pahanya, itu bentuknya sudah seperti telur…”

“Ini adalah Otot Tuxedo! Tidak ada pakaian renang yang jauh lebih baik selain ini untuk memamerkan tubuh berototmu!”

“Kau! Bagaimana bisa kau mengenakan sesuatu seperti itu di depan para gadis? ...Itu terlalu berlebihan.”

“Fufufu… Pantai merupakan satu-satunya wilayah otot jika menyangkut masalah pakaian renang. Aku yakin kalau akan ada banyak sekali gadis yang jatuh cinta padaku. Oh, tapi kalian berdua tidak perlu cemas. Meskipun Saikawa dan Torako-senpai jatuh cinta padaku, aku pasti akan menolak mereka.”

“Itu adalah sesuatu yang paling tidak tahu malu yang pernah kau katakan, dasar otak otot.”

“Hadeh, dari mana asalnya kepercayaan dirimu yang berlebihan itu pada otot?”

Tentunya, otot yang Takeshi latih cukup menarik untuk dilihat, tapi itu mungkin malah jadi membatasi fungsi kerja otaknya.

“Oh. Tenda ini besar sekali.”

Saat kami mengobrol-ngobrol seperti itu, Torako-senpai membuka paksa pintu masuk  tenda dan melangkah masuk.

Saat ini, dia mengenakan bikini hitam yang tipis.

Nah, seperti yang diharapkan dari seorang mahasiswi, dia benar-benar terlihat dewasa. Meskipun aku menyadari bahwa sikapnya yang barusan itu kasar, aku tidak bisa untuk tidak merasa sedikit malu saat melihatnya.

“Ini tidak adil kalau cuman kalian yang bersenang-senang di tempat yang sangat nyaman sepeerti ini. Ayo kita tukaran tenda.”

“Jangan bercanda. Ukuran tubuhnya Takeshi itu sudah sama dengan dua orang dewasa.”

Tendanya Torako-senpai hanya untuk dimuati oleh tiga orang. Meski demikian, tenda yang standar untuk tiga orang artinya tenda itu sudah cukup besar untuk tiga orang dewasa bisa muati bersama-sama.

Sekalipun suasana di pantai jauh lebih sejuk, tetap saja saat ini adalah pertengahan musim panas.

Apa-apaan coba itu…

“Aku akan mengurus semua barang bawaan kalian, jadi sabar aja dulu.”

“Jadi, Torako. Dimana dua gadis yang lainnya?”

“Ya, mereka juga sudah bersiap-siap. Ayo, Haruka, masuklah.”

Mengatakan itu, Torako-senpai menyingkir dari pintu masuk.

Di belakangnya, berdiri Haruka yang mengenakan T-shirt bermotif di atas pakaian renang serta kacamata hitam yang cukup besar untuk menutupi setengah wajahnya.

“Maaf, Hiromichi-kun… Rasanya benar-benar memalukan untuk memakai bikini…”

“Apa…?”

Apa-apaan itu…

Perkataan Haruka membuatku terkejut sampai-sampai aku hanya bisa berdiri tercengang.

Kenapa? Aku kan cuman ingin melihatnya mengenakan pakaian renang…

Memang sih, dia terlihat imut sekali dengan mengenakan T-shirt itu. Hanya saja, apa yang ingin kulihat darinya bukanlah itu.

Mungkin...., seharusnya kemarin aku tidak bilang kalau aku menyukai pakaian renang yang memperlihatkan pusar.

Aku benar-benar menyesal.

Yah, jika dia bilang begitu, maka apa boleh buat.

“T-Tidak usah terlalu dipikirkan. Kau tidak perlu memaksakan dirimu jika itu memang terlalu memalukan. Lagipula, ini tidak seperti aku datang ke sini hanya untuk alasan itu. Selama kita bisa menikmati diri kita sendiri, aku bahagia kok.”

“P-pftt—”

Hah? Mengapa kau tertawa?

Tunggu, mungkinkah, gadis ini adalah...

“Ahaha. Hiromichi-san, jangan jadi terlalu kecewa seperti itu lah.”

“Hei! Kau, apa kau adalah Shigure?”

Gadis itu kemudian melepas kacamata hitamnya, lalu menatapku.

Itu adalah tatapan dari seorang iblis, iblis yang tidak akan pernah melepaskanmu dari sarkasmenya yang tak pernah berhenti.

Haruka sama sekali tidak akan pernah melihatku dengan tatapan yang seperti itu.

“Tuh kan, sudah kubilang kalau dia ini tidak akan bisa membedakannya.”

“Hei-hei Hiromichi, bagaimana bisa kau membuat kesalahan dalam hal yang sederhana seperti ini?”

“J-Jangan ngelantur, mana mungkin aku bisa mengenalinya kalau aku tidak melihat matanya secara langsung.”

Lagian, mereka tidak hanya memiliki penampilan yang mirip, tapi gaya rambut dan suara mereka juga mirip.

“Aku memang salah karena menggodamu Hiromichi-san. Tapi sekarang setelah kau merasa kehilangan semua harapanmu, sekali saja kau melihat ini, kau pasti akan jadi jauh lebih bersemangat dari sebelumnya.”

“Hah? Apa maksudmu?”

“Nee-san, masuklah.”

Mengatakan itu, Shigure menjauh dari pintu masuk.

“Ah…!”

Pada saat itu, jantungku langsung berdegup sangat kencang…

Di sana ada Haruka yang mengenakan pakaian renang, terihat gelisah dan malu-malu!

Sama seperti yang kuminta, saat ini dia mengenakan pakaian renang dengan jenis yang terpisah (two piece), dan tentu saja, pakaian renang itu memperlihatkan area pusarnya.

“...!”

“Erm, j-jangan menatapku seperti itu…, Hiromichi-kun.”

“M-maaf.”

Merasa malu, aku langsung memalingkah wajahku.

Tidak, aku sudah mencoba untuk melihat ke arah yang lain, namun aku tidak bisa melakukannya. Mataku benar-benar tak terkendali, dan terus menatap ke arah Haruka.

Pakaian renang yang dikenakannya memiliki latar berwarna putih dan berhiaskan pita berwarna biru yang memiliki area pakaian yang cukup luas, tapi meski begitu, pakaian renang itu membuat sebagian besar kulit putihnya jadi terekspos.

Karenanya, aku dapat melihat bentuk t*t*knya, pinggangnya, pusarnya yang imut, dan sosoknya yang sangat kucintai dengan sangat jelas.

Aaaah, pacarku benar-benar cantik.

“Nah, Hiromichi-san. Karena Nee-san-ku yang pemalu telah melakukan upaya yang luar biasa, bagaimana kalau kau setidaknya memberikam beberapa komentar daripada hanya terus menatapinya?”

Berhenti menatapinya, ya. Masalahnya sosoknya itu terlalu merangsang sampai-sampai aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menatapinya.

Namun, Haruka telah memenuhi keinginanku, jadi sebagai pacarnya, aku harus mengatakan sesuatu yang baik untuknya…, tapi, apa yang harus kukatakan?

“S-Shigure! Aku tidak ingin komentar atau semacamnya! Kau juga tidak perlu mengatakan apa-apa kok, Hiromichi-kun!”

“O-oh, oke.”

Saat aku melihat ekspresi malu-malu di wajah Haruka yang melambaikan-lambaikan tangannya, aku langsung kembali ke akal sehatku dan menyadari bahwa itu akan aneh bagiku untuk mengomentari pakaian renangnya.

Itu sungguh berbahaya. Rangsangannya sangatlah kuat sehingga pikiranku jadi blank.

Di dalam situasi yang seperti ini, aku tidak tahu apa yang nantinya akan kukatakan jika aku membuka mulutku.

Tapi…, ada yang satu hal yang ingin kukatakan.

“Haruka. Kau imut sekali.”

“W-wawa~~~~~~~!!”

Layaknya warna apel, Haruka tampak memerah dan memeluk dirinya sendiri dengan erat.

Saat itu... t*t*eknya menjadi menyatu dan tampilan dari belahan dadanya jadi terlihat sepenuhnya.

*Guha*

Ritme detakan jantungku benar-benar tak terkendali.

Laut…, engkau ini sungguh luar biasa, bukan?

Maksudku, berkat keberadaan laut, Haruka jadi secara sukarela mengenakan pakaian yang seperti ini untukku.

Bukankah itu luar biasa?

Hambamu ini akan mengelu-elukan engkau, Sang Samudra!

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku jadi mengerti mengapa ada banyak sekali orang di dunia ini yang sangat mencintai laut.

---

Begitu kami selesai mendirikan tenda dan menikmati yakisoba yang harganya cukup mahal namun mengenyangkan untuk dijadikan makan siang di pantai, kami langsung menuju ke laut.

Ini sudah cukup lama sejak aku tidak berada di laut seperti ini, dah yah, ini sangat menyenangkan.

Anehnya, melompat masuk ke dalam air saja sudah sangat mengasyikkan, dan balapan ke karang lepas pantai juga sangat menyenangkan. Selain itu, ini juga sangat menggembirakan untuk bersama-sama dengan pria lain melihat-lihat wanita yang mengenakan pakaian renang seksi.

Dan sekarang, kami semua berkumpul di pantai dan bermain dengan bola vinil.

[Catatan Penerjemah: Bola vinil, bola yang dari karet ituloh, yang biasanya dijadikan mainannya balita. Biasanya sih ada yang bentuknya kayak semangka, atau yang kayak durian.]

Aturannya simpel.

Enam orang akan membentuk lingkaran dan melambungkan bola sambil memanggil nama orang lain, dan jika orang yang dipanggil itu tidak dapat melambungkan kembali bola itu, orang itu akan kalah.

Itu memang simpel, cuman ada hukumannya. Jika kau kalah, kau harus membelikan es serut untuk semua orang.

Aku lagi berjuang keras nih, terutama karena aku menghabiskan uangku buat membeli daging untuk dijadikan barbekyu dan meminta Torako-senpai menjadi sopir kami.

“Sekarang, Torako-san!”

“Yo! Lalu—Hiromichi.”

“Kuh, Takeshi.”

“Hiromichi!”

“S-shigure.”

“Oke! Hiromichi-san~”

“Gah————”

Namun, takdir bertindak dengan kejam.

“Nah, Hiro lah yang kalah! Sekarang, belikan es serut untuk kami semua.”

“Itu curang! Dari tadi kalian cuman mengincarku.”

“Hah? Bukannya itu adalah pengetahuan umum untuk mengincar pemain yang terlemah dalam suatu permainan? Btw, makasih ya untuk traktirannya.”

“Aku pesan yang rasa Blue Hawaii.”

“Aku rasa Strawberry.”

Gununu. Anjeng lah.

Yah, apa boleh buat, lagian aku lah yang kalah di sini.

Aku kemudian keluar dari taman bermain dan baru hendak akan pergi… tapi saat itu—

“Aku akan menemanimu, Hiromichi-kun. Itu akan sulit bagimu kalau kau melakukannya sendirian saja.”

—Haruka mengatakan kalau dia akan ikut bersamaku. Astaga, dia ini terlalu imut.

Pas tadi pun, dialah satu-satunya orang yang tidak mengincarku.

“Makasih. Kau benar-benar membantu.”

“Um, Hiromichi-kun. Bagaimana kalau kita memakan es serut untuk diri kita sendiri lebih dahulu sebelum membelikannya untuk teman-teman yang lain?”

“...Eh?”

“Lagian tadi mereka sudah bersikap jahat padamu. Jadi tidak apa-apa untuk mengendur sebentar.”

Dengan senyum nakal, Haruka membisikkan itu padaku.

Tentu saja, aku langsung setuju tanpa perlu mempertimbangkannya.

Ini seolah-olah hasratku yang ingin menghabiskan waktu berkualitas bersama Haruka telah menjadi kenyataan.

Kami kemudian pergi ke rumah pantai, membeli es serut hanya untuk kami berdua, dan duduk di meja terdekat.

“Waa——ini dingin sekali.”

“Kalau tidak dingin bukan es namanya.”

“Iya, iya, aku tahu kok.”

Kurasa dia tidak lagi merasa malu-malu setelah dia bermain dengan kami.

Terlihat senatural biasanya, alisnya langsung berkedut saat dia memakan es serut itu.

Aku senang dia jika dia dapat bersenang-senang tanpa harus terlalu parno akan penampilannya. Meskipun dia sangat imut manis saat dia bertingkah malu-malu, aku jauh lebih menyukai dirinya yang ceria.

Saat aku memikirkan sesuatu seperti itu sambil menyedok es serutku, Haruka menatap ke arah tanganku.

“Jii—” (sfx menatap)

“Hm? Ada apa?”

“Kayaknya rasa teh hijaumu itu juga enak.”

“Astaga, itu doang toh! Kalau gitu aku akan membagikannya padamu. Nih.”

“Eh?”

Menggunakan sendok, aku amengambil es serutku dan menawarkannya pada Haruka. Tapi untuk beberapa alasan, dia terlihat ragu-ragu.

Hm? Dia kenapa?

...Oh! Aku mengerti. Dia jadi begitu pasti karena sendok yang kugunakan!

Ini artinya, ciuman tidak langsung...

Aku berhenti sejenak dan berniat untuk menarik kembali sendokku. Tapi kemudian, aku memikirkan ide yang lebih baik.

Habisnya…, kami adalah kekasih yang sudah berciuman.

Aku tidak boleh ununtuk mundur semudah ini!

“Nih, bilang aah—”

“...!”

Haruka nampak terkejut, namun saat aku mendorong lebih jauh, dia akhirnya menyerah dan membuka mulutnya.

“Amu…”

“Apa rasanya enak?”

“...Aku merasa gugup, jadinya aku tidak tahu seperti apa rasanya…, tapi...”

“Tapi?”

“...Ini rasanya menyenangkan❤”

Tersipu, Haruka kemudian terkikik.

Saat aku terpesona akan tingkah Haruka, dia juga mengambil sesendok es serutnya dan memasukkannya ke dalam mulutku.

“Nih,  kukasih punyaku juga♪”

Aku terkejut tidak menyangka kalau Haruka akan melakukan hal yang sama, tapi karena aku lah yang memulai ini, aku tidak bisa bilang tidak.

“Jadi, bagaimana rasanya?”

“...Rasanya menyenangkan.”

“Ya kan!”

Namun..., saat aku teringat akan ciumanku yang penuh gairah dengan Shigure, ini terasa seperti pertukaran yang penuh kedustaan.

Meski begitu, untuk beberapa alasan, ini terasa menyenangkan.

---

Setelah melakukan kencan es serut pribadi kami, sebelum kami pergi untuk membelikan es kepada teman-teman yang lain, aku bilang pada Haruka untuk menungguku sebentar karena ingin pergi ke toilet.

Saat aku menghabiskan waktuku bersamanya, setiap detiknya terasa begitu berharga.

Itu sungguh menyenangkan.

Aku senang aku datang ke tempat ini dan menikmati waktu yang berkualitas bersama Haruka.

Aku kemudian mencuci tanganku secepat mungkin dan langsung kembali ke tempatnya menungguku.

Aku ingin berada di sisinya selama mungkin. Tapi saat itu…

“Hm...?”

Saat aku kembali, aku melihat ada sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Di saat yang sama, aku merasakan sensasi dingin yang luar biasa meskipun saat itu adalah pertengahan musim panas.

Haruka, yang sedang menungguku di meja, dikelilingi oleh sekelompok pria berkulit gelap yang bertindik. Tampaknya mereka sedang menggodanya.

“Hei! Kau imut sekali. Apa kau masih SMA?”

“Apa kau sedang berlibur? Tampaknya kau bukan berasal dari daerah sini. Apa kau tertarik untuk berselancar? Kami dari klub selancar dari universitas terdekat. Aku bisa loh mengajarimu melakukannya.”

“T-tidak, aku tidak mau. Aku ke sini dengan pacar dan adikku.”

Haruka langsung menolak mereka, tapi pria-pria itu masih tetap bersikukuh menggodanya.

“Pacar? Aku yakin kalau dia pasti juga masih SMA, kan? Kau tahu, kami orang-orang dewasa tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”

“Kami akan senang sekali jika gadis cantik sepertimu mau bergabung bersama kami.”

“Saat aku melihatmu, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama terhadapmu. Tidak perlu cemas, kami ini orang-orang baik kok, kami tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh.”

Salah satu pria itu meraih bahu Haruka.

Saat itu, rasa dingin di dalam pikiranku langsung meledak dengan amarah yang membara.

Bajingan keparat itu!

Aku langsung berlari ke arah mereka dan berniat meninju pria yang meraih bahunya.

Tapi—

“SUDAH KUBILANG KALAU AKU TIDAK MAU!!!”

Aku langsung mengurungkan niatku. Karena..., Haruka meneriakkan jeritan terkeras yang pernah ada dan mengelakkan tangan pria itu dari bahunya.

“Ugh.”

“Hei. kenapa kau teriak-teriak gitu?”

“Aku sedang menunggu pacarku dan aku sama sekali tidak tertarik pada kalian. Kumohon pergi dari sini!”

Jeritan Haruka mengguncang udara dan menarik banyak perhatian dari masa. Dan karena sekarang sudah siang, ada banyak sekali orang di sekitar sini.

“Tsk, ayo pergi…”

“Jangan terlalu sombong cuman karena wajahmu cantik. Kau itu cuman anak kecil.”

Pria-pria itu tampaknya telah kehilangan keberanian mereka di bawah tatapan dari banyak orang. Saat mereka melihat Haruka tetap teguh dengan pendiriannya itu, mereka mengatakan sesuatu tentang cinta pada pandangan pertama, tapi pada akhirnya mereka pergi dari situ.

“Haruka!”

“Ah, Hiromichi-kun. Selamat datang kembali!”

“Haruka, apa kau baik-baik saja? Tadi aku melihat ada orang-orang aneh yang mengganggumu.”

“Ya, aku baik-baik saja.” jawab Haruka, dengan sikap yang acuh tak acuh.

“Maaf, seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian...”

“Kau terlalu melebih-lebihkan, Hiromichi-kun. Tidak apa-apa kok. Meskipun itu memang akan menakutkan jika terlibat dengan orang-orang seperti itu di saat tidak ada orang di sekitar. Tapi untungnya, di sini ada banyak orang, jadi aku bisa menyingkirkan mereka dengan berteriak. Gini-gini aku bergabung dalam klub drama loh. Aku sangat percaya diri dengan suaraku.”

Ahem. mengatakan itu, Haruka membusungkan dadanya.

Dari kelihatannya, dia memang baik-baik saja.

Kurasa aku sudah terbiasa dengan tindakannya itu.

“Tunggu! Apa sesuatu seperti barusan sering terjadi?”

“Tidak terlalu sering sih, tapi setidaknya ini akan terjadi sekitar sekali atau dua kali dalam sebulan.”

Lah, bukannya itu sering…?

Satu-satunya saat aku akan mengalami sesuatu seperti ini adalah ketika Shigure lah yang melakukan itu.

“Kau tahu, apa yang mereka lakukan itu benar-benar tidak sopan. Mereka bahkan tidak tahu nama atau preferensiku. Namun meski begitu, mereka masih saja memaksakan hal-hal seperti itu padaku…, itu sama sekali bukan “cinta”. Aku benci orang-orang yang seperti itu.”

*Hmph* katanya, mengungkapkan rasa kekesalannya.

Dia tidak terlihat takut, malahan dia terlihat benar-benar muak dengan kesembronoan mereka.

Tapi, sesuatu seperti ini adalah kejadian biasa baginya.

Karena bagaimanapun juga, Haruka itu sangat cantik. Dia memiliki mata bulat yang indah, dan rambut hitamnya yang penuh kilauan disisir dengan rapi. Wajahnya pun tidak terlalu bulat atau terlalu tajam. Selain itu, dia juga memiliki dada yang berkembang dengan baik serta kaki ramping dan pinggang yang tinggi.

Tentunya, hanya karena dia adalah pacarku, bukan berarti aku mengklaim yang barusan secara berlebihan.

Sebelumnya, saat kami sedang berburu untuk melihat wanita-wanita berpakaian renang yang seksi, aku sempat memikirkannya, bahwa aku tidak pernah melihat seseorang yang secantik Haruka.

Aku yakin kalau dia sering sekali menerima pengakuan cinta tanpa sepengetahuanku. Pikiran tentang adegan itu saja sudah membuatku merasa tidak nyaman.

Haruka bukanlah tipe gadis yang mau bergaul dengan pria-pria brengsek seperti yang barusam. Namun, bukan berarti bahwa hanya pria-pria brengsek seperti mereka lah yang akan tertarik pada Haruka.

Entah siapapun dirimu itu, Haruka pasti akan terlihat menarik bagimu.

Sudah pasti kalau ada seseorang yang jauh lebih pintar, lebih tampan, dan lebih komunikatif daripadaku. Saat pria seperti itu menyukai Haruka, apakah seorang aku  memiliki kemampuan untuk bisa bersaing dengannya?

Namun… Semua itu tidak seberapa dibandingkan dengan waktu yang kuhabiskan bersama Haruka.

Aku seharusnya tidak merasa puas hanya karena…, ciuman tidak langsung.

Itu benar. Jangan merasa seolah kau telah mencapai sesuatu pada tingkat yang seperti ini.

Aku akan menciumnya.

Dan kemudian, dia akan mengenalku dengan jauh lebih baik. Bahwa aku sangat mencintainya.

Itu akan menjadi ikatan di antara kami.

“Hei, Haruka…”

“Hmm? Apa?”

“Malam nanti langit tak akan berawan. Dan karena kita sedang berada di pantai, bintang-bintang akan menjadi jauh lebih indah. Bagaimana kalau malam nanti kita berdua menyelinap keluar dari tenda…, untuk pergi melihat bintang-bintang?”

“Iya! Aku menantikannya!”

Haruka menyatakan persetujuannya dengan senyum cerah.



3 Comments

Previous Post Next Post