[LN] Because I Like You Volume 1 - Bab 5

Bab 5
Pertarungan bekal makan siang dan Hitotsuba-san yang ingin dipanggil dengan nama depannya


“N-Nikaido. Erm, Nikaido-san, apa maksudnya ini?”

Keesokan hari setelah kekacauan bekal cinta suami, sekarang adalah waktu istirahat makan siang. Nikaido, orang yang duduk di sebelahku dan sejak pagi tadi tidak ada berbicara selain memberikan salam, memberikan kotak pembungkus bermotif Jepang kepadaku. Melihat situasi ini, Shinji nampak terkejut sampai-sampai mulutnya ternganga, sedangkan siswa-siswi lain menatap pada kami dengan rasa cemburu dan iri.

“Melihatnya saja kau sudah tau, kan? Ini bekal makan siang buatanku. Yah, sekalipun aku mengatakan itu, aku hanya mengemas sisa-sisa makanan yang masih ada saja di rumahku.”

Ahahaha, sambil tertawa pahit, pipi Nikaido tampak agak memerah saat dia menjawab pertanyaanku. Kurasa itu karena di sini agak panas, dan aku menerimanya dengan bingung.

 

[Iri banget anjeng, dibuatkan bekal makan siang oleh Nikaido-san...]

[Hmm..., bagaimana ya supaya aku bisa memakan bekal itu? Haruskah aku membunuh Yoshizumi?]

[Yoshizumi bajingan..., tidak hanya dibuatkan bekal makan siang oleh Hitotsuba-san, tapi juga dibuatkan bekal makan siang oleh Nikaido-san? Tidak bisa dimaafkan..., dia benar-benar tidak bisa dimaafkan...]

 

Kurasa lebih baik aku mengabaikan suara-suara itu. Hm, eh, oi, jangan tersenyum dan melambaikan tanganmu pada teman-teman sekelas yang lain. Itu hanya akan membuat situasinya jadi lebih kacau!

“Apa salahnya? Bisa dibilang, yang kulakukan ini hanya semcam service.”

Pangeran memang hebat. Hanya dengan melambaikan tangannya dan menunjukkan senyumannya, dia sampai membuat beberapa siswi memegang dadanya dan jatuh pingsan. Adegan ini benar-benar seperti adegan yang hanya ada di dalam manga.

“Ngomong-ngomong, ada angin apa sampai kau membuatkanku bekal makan siang?”

“Fufufu, yah..., kalau aku harus mengatakan alasan untuk itu, kupikir aku melakukannya untuk melecehkanmu, Yoshizumi?”

“...Apa-apan dengan pelecehan yang tidak berarti seperti itu? Aku belum pernah mendengar ada pelecehan hanya karena membuatkan bekal makan siang?”

Aku menatap Nikaido dengan penuh pertanyaan, tapi dia mengabaikanku dan hanya bersiul sendiri. Dan saat itulah, aku mendengar ada suara datang dari koridor.

“Yuya-kun! Saatnya kita makan siang!”

Orang yang mengatakan itu saat dia memasuki kelas seolah-olah dia sedang terburu-buru untuk melompat ke kereta adalah Hitotsuba-san. Dia membawa tas biru dan merah muda di tangannya, tapi ketika dia melihat kotak bungkus bermotif Jepang yang kupegang, pipinya lanngsung mengembung. Dan entah kenapa, matanya juga tampak berkaca-kaca.

“Yuya-kun..., apa yang kau pegang di tangnamu itu? Mungkinkah...”

“Tepat seperti yang kau duga, Hiotsuba-san. Sepertinya kau terlambat satu langkah di sini.”

Fufufu, sambil tertawa, Nikaido mengatakan itu dengan ekspresi puas di wajahnya. Jangan bilang, dia sengaja membuatkanku bekal makan siang ini karena dia ingin menciptkan situasi badai ini? Jika demikian, maka memang benar ini disebut sebagai pelecehan. Ya ampun, dia telah melakukan sesuatu yang merepotkan.

“Aku benar-benar ceroboh..., kalau saja aku tau akan seperti ini, seharusnya tadi pagi aku dan Yuya-kun pergi bareng ke sekolah.”

Sambil menggigit bibirnya, Hitotsuba-san menyesali keputusannya. Tidak, tidak, itu tidak mungkin kita bisa pergi bareng ke sekolah. Lagian tadi pagi, kau bangunnya lebih lambat daripada biasanya, bukan?

Apa kau pikir aku tidak sadar kalau tadi malam kau menyelinap keluar dari kamar tidur dan melakukan sesuatu di dapur? Gara-gara kemarin kau mengatakan kalau besok kau yang akan membuat bekal makan siang, jadinya kau sampai kurang tidur dan terlambat, yang mana itu membuatku merasa tidak enak, jadi kumohon jangan terlalu memaksakan dirimu.

“Yu-Yuya-kun... Kau akan memakan bekal yang kubuatkan untukmu, kan?”

“Eeh~~ ‘kan aku duluan yang memberikan Yoshizumi bekal buatanku, jadi sudah sewajarnya kalau dia akan memakan bekal buatanku, kan?”

Tampaknya Nikaido benar-benar bermain-main di sini, dia sampai menampilkan wajah yang tampak cengengesan. Di sisi lain, wajah Hitotsuba-san tampak seperti dia akan menangis. Waduh, jawaban apa yang harus kuberikan di sini?

“Fufufu, aku mengerti situasimu, Yoshi.”

Sial. Pembuat masalah yang paling tidak ingin kulihat saat ini memasuki percakapan dengan penuh percaya diri. Dia adalah Otsuki-san, dan dia berdiri di depanku dan membuat usulan kepada Hitotsuba-san dan Nikaido.

“Daripada menyuruh Yoshi untuk memakan salah satu dari bekal buatan kalian, bagaimana kalau kalian memintanya untuk memutuskan bekal buatannya siapa yang lebih enak?”

“Begitu ya, ide yang bagus. Kau memang cerdas, Akiho-chan!”

“Oke, itu kompromi yang bagus. Aku tidak tertarik untuk menang ataupun kalah di sini, yang penting Yoshizumi memakan bekal buatanku.”

Hitotsuba-san dan Nikaido memuji Otsuki-san atas usulannya. Hei, apa kalian tidak memberikan kesempatan padaku untuk berpendapat di sini? Atau lebih tepatnya, mengapa sejak awal aku tidak bilang kalau aku akan memakan bekal mereka berdua? Dengan begitu, situasinya tidak akan membuatku harus menjadi juri seperti ini.

“Aku suka melihat sikapmu yang memilih satu di antara mereka, Yuya.”
 
Shinji menepuk pundakku dan memberikanku kata-kata yang menghibur. Sial, dia benar-benar bersenang-senang dengan situasi yang kualami.

---

Kami pindah ke kantin. Kali ini, urutan tempat duduk kami berbeda dari yang sebelumnya, yaitu Hitotsuba-san dan Nikaido duduk di kursi lain, sedangkan aku, Otsuki-san, dan Shinji duduk di kursi di seberang mereka.

“Baiklah, aku yang pertama! Nih, Yuya-kun.”

Sepertinya mereka telah memutuskan giliran dengan melakukan suit dalam perjalanan ke sini. Itu sebabnya, sebagai yang pertama, Hitotsuba-san memberikan bekal buatannya di depanku dan membuka tutupnya.

“Oh...! Ini adalah kombinasi luar biasa dari ayam goreng dan telur dadar, jenis lauk yang menjadi peringat teratas sebagai lauk yang paling diinginkan di dalam bekal makan siang! Kaede-chan, tampaknya kau sangat optimis untuk menang!”

Apanya yang optimis untuk menang? Tidak ada yang menduga situasinya akan menjadi seperti ini, jadi lauk yang dia buat dalam bekal ini hanya sekedar kebetulan saja. Ya, ini kebetulan, kan?

Yah, tidak ada gunanya juga memikirkan itu. Selain itu, mata Hitotsuba-san tampak memohon padaku untuk segera memakan bekal buatannya, jadi aku berhenti berpikir dan meraih ayam goreng dari bekal itu.

“B-Bagaimana? Apa rasanya enak!?”

Hitotsuba-san menatapku dengan napas yang tertahan. Di sebelahnya, Nikaido menatap tajam ke arah ayam goreng buatanya Hitotsuba-san, seolah-olah dia sedang memelototi musuhnya.

“...Ya, ini rasanya enak. Umami dan aroma ala Jepangnya kentara, apa yang kau lakukan sampai rasanya seperti ini?”

“Kau memang hebat, Yuya-kun, kau memperhatikannya dengan baik! Rasanya seperti itu karena aku mencampurkan serpihan bonito dengan daging sebelum menggorengnya!”

Perpaduan ayam goreng dan serpihan bonito memang tidak terduga, tapi rasanya menyebar di mulut dan sangat lezat. Dari mana dia mempelajari resep ini?

“Tentang itu..., rahasia.”

Um, tingkahnya memang imut. Yah, bodo amatlah kalau dia mau merahasiakannya, aku sangat lapar, jadi aku terus makan dan menghabiskan bekal buatannya dalam sekejap.

“Baiklah, selanjutnya giliranku. Yoshizumi, makanlah sampai tak tersisa, oke?”

Nikaido menyajikan bekal makan siang buatannya. Kebetulan, isi bekalnya sampai persis dengan milik Hitotsuba-san, yaitu ayam goreng dan telur dadar.

“Oo~~!! Aku tidak menyangka lauknya akan sama! Ini benar-benar perkembangan yang tidak terduga! Tampaknya kesempurnaan ayam goreng akan menjadi faktor penentu dalam pertarungan ini!”

Terima kasih atas komentarmu yang berisik, Otsuki-san. Tapi bisakah kau diam sebentar? Aku tidak bisa makan dengan tenang kalau kau seperti itu.

“——!? Rasa apa ini? Ini enak, tapi aku belum pernah makan sesuatu yang rasanya seperti ini sebelumnya.”

“Aku menggunakan miso untuk bumbunya. Aku senang kalau rasa itu cocok dengan seleramu, Yoshizumi.”

Aku hanya bisa menghela nafas kagum. Ayam goreng ini memiliki rasa yang ringan dan elegan serta aroma wijen yang tercium samar di mulut saat kau mengunyahnya. Apa dia menambahkan semacam sentuhan ekstra pada ayam goreng ini?

“Oh, itu karena aku mencampur minyak wijen saat menggorengnya.”

Nikaido mengatakan itu dengan senyum percaya diri. Dua ayam goreng yang sudah kumakan ini benar-benar sulit untuk ditentukan mana yang lebih enak. Tapi, Nikaido, bukankah kau memasak dengan terlalu serius hanya untuk sekedar melecehkanku?

“Tapi, telur dadarnya sedikit gosong sih—...”

Aku kemudian mengambil telur dadar dan memakannya, dan sesaat setelah itu, aku hampir menjatuhkan sumpitku. Rasa ini——

“Eh? Apa rasanya tidak enak? Aku memasaknya dengan menggunakan bumbu yang sebelumnya pernah kau bilang kalau kau menyukainya, tapi...”

“Tidak, jangan cemas. Ini rasanya enak. Ya, sangat enak.”

Aku kagum dia mengingat apa yang pernah kami bicarakan dulu.

Pada akhirnya, aku menghabiskan bekal makan siang buatan Nikaido. Di akhir, itu terasa sangat sulit bagiku untuk makan karena perutuku sudah bengkak, tapi karena aku tidak bisa meninggalkan makanan yang telah dibuatkan untukku, jadi aku melakukan yang terbaik untuk menghabiskannya.

“Baiklah, Yoshi. Istirahat makan siang yang menyenangkan sudah hampir berakhir, jadi apa kau sudah memutuskan bekal buatannya siapa yang lebih enak?”

“...Ya, aku sudah memutuskannya.”

“Sip lah. Kalau begitu, beritahukanlah! Apa itu Kaede-chan, ataukah Ai-chan!? Ayo, bekal siapa yang lebih enak!?”

“...Bekalnya Nikaido.”

Fufufu, Nikaido tertawa dengan bangga atas kemenanganya. Di sisi lain, Hitotsuba-san jatuh pingsan.

“Yang memenangkan pertarungan bekal makan siang ini adalah Ai-chan!!!”

Di saat yang sama ketika Otsuki-san meneriakkan itu, bunyi bel yang menandakan berakhirnya waktu istirahat makan siang berdering.

---

Malam harinya.

Seperti biasa, aku selesai latihan dan pulang dari aktivitas klub. Saat aku sampai di rumah, apa yang menungguku di rumah adalah Hitosuba-san, tapi dia terlihat sedang berada dalam suasana hati yang buruk.

Aku senang dia sampai repot-repot menungguku di pintu masuk, tapi pipinya tampak cemberut. Saat aku menekan pipinya dengan jariku, pipinya membuat suara lembut yang lucu, yang membuatku tanpa sengaja tertawa. Namun, sikapku itu malah semakin merusak suasana hatinya.

Dia terus merajuk sampai waktunya kami makan malam, dan ketika aku mencoba memanggilnya, dia hanya diam. Dia bahkan memalingkan wajahnya dariku dan tidak mau melakukan kontak mata denganku. Ya ampun, ini benar-benar merepotkan.

“...Kenapa?”

Setelah kami selesai makan malam dan mencuci piring, Hitotsuba-san berkata dengan nada suara yang menyiratkan bahwa dia dipenuhi dengan perasaan tidak puas.

“Kenapa... kenapa kau memilih bekalnya Nikaido-san? Apa memang seenak itu ayam goreng buatannya Nikaido-san?”

Daripada disebut suasana hatinya sedang buruk, kurasa ini lebih seperti dia hanya merasa tidak terima dengan hasil yang kuberikan tadi siang. Pada awalnya, aku berencana untuk memilih bekal buatannya Hitotsuba yang lebih enak. Bagaimanapun juga, aku lebih suka dengan ayam goreng buatannya Hitotsuba-san. Tapi...

“Alasannya adalah telur dadar buatan Nikaido. Tentunya, telur dadar yang kau buat juga terasa enak. Kaldunya sangat enak dan rasanya sudah seperti yang disajikan di restoran. Cara penyajiannya juga sangat cantik.”

“...Kalau begitu, seperti apa rasa telur dadar buatannya Nikaido-san?”

“Rasanya enak. Telur dadarnya tidak memiliki terlalu banyak gula, tapi rasanya manis. Itu sama seperti telur dadar yang biasanya ibuku buatkan untukku.”

Telur dadar buatan Nikaido sangat mirip dengan telur dadar buatan ibuku, termasuk teksturnya yang sedikit gosong.

“Kurasa kali ini Nikaido menang karena dia mengetahui apa yang aku suka. Sebelumnya kami memang sudah pernah ngobrol tentang itu..., tentang apakah kami lebih condong ke sisi telur dadar yang manis atau telur dadar yang tidak manis.”

Kalau tidak salah itu terjadi saat festival olahraga sebelum musim panas. Saat itu kami berbicara tentang isi bekal makan siang kami, yang kemudian percakapan kami mengarah ke obrolan tentang telur dadar seperti apa yang kami sukai. Saat itulah, aku mengetahui bahwa ternyata aku dan Nikaido sama-sama menyukai telur dadar yang manis. Nikaido pasti ingat dengan percakapan kami waktu.

“Kurasa itulah sebabnya aku memilih bekal buatannya Nikaido. Jika bukan karena ini, aku pasti akan memilih bekal buatanmu, Hitotsuba-san.”

“Aku mengerti. Jika demikian, maka sekarang aku terima hasil pertarungan bekal tadi siang. TAPI! Ada alasan lain mengapa suasana hatiku buruk seperti ini! Malahan, alasan ini memiliki poin merajuk yang lebih tinggi yang menjadi penyebak suasana hatiku memburuk!”

Eh, suasana hatimu buruk bukan karena hasil pertarungan bekal tadi siang? Lagian, apa maksudmu dengan poin merajuk? Memangnya berapa banya poin dari 100 poin yang kau berikan untuk alasan itu?

“Yah, karena masalah bekal makan siang memberikan 20 poin merajuk, jadi bisa dibilang alasan ini yang menjadi faktor utama suasanaku hatiku memburuk! Bagaimanapun juga, alasannya adalah hal yang penting dan serius!”

Eh!? Bukankah itu artinya ini adalah masalah super penting sampai perbedaannnya 1:4? Ini juga berarti kalau suasana hati Hitotsuba-san tidak akan bisa diperbaiki tanpa menyelesaiakan masalah ini! Apa kira-kira itu...!?

“Kenapa sih, kau memanggilku ‘Hitotsuba-san’, sedangkan Nikaido-san kau panggil ‘Nikaido’!?”

“...Hah?”

Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, jadinya secara tidak sadar aku mengeluarkan suara bodoh? Mungkin tidak puas dengan reaksiku, Hitotsuba-san terus memprotes sampbil menginjak-injak lantai.

“Kau memanggil Nikaido-san tanpa menggunakan honorifik, tapi kau menggunakan ‘san’ saat memanggilku yang membuatku merasa ada dinding pembatas di antara kita! Aku juga mau kau memanggilku ‘Kaede’! Atau malah, panggil aku seperti itu!”

Aku mengerti kalau yang jadi permasalahannya ada padaku, tapi gadis ini dengan terang-terangan memintaku untuk memanggilnya dengan nama depannya. Tapi yah, itu terlalu memalakukan, jadi tolong maafkan aku untuk tidak melakukan itu.

“Di tempat pertama, mengapa kau memanggil Nikaido-san sebagai ‘Nikaido’? Apa ada alasan untuk itu?”

Kupikir tidak ada alasan untuk itu. Lagian, Nikaido itu orangnya pandai dalam menutup jarak dengan seseorang.

Kebetulan saja, tempat dudukku dan Nikaido bersebelahan, dan karena kami sama-sama menyukai olahraga, kami menjadi cocok.

Awalnya pun, dia memanggilku ‘Yoshizumi-kun’, dan aku memanggilnya ‘Nikaido-san’. Tapi, karena Nikaido sudah seperti pangeran yang mana umumnya pangeran adalah seorang pria, jadi jika dipikirkan, memanggilku sebagai ‘Yoshizumi’ akan jadi lebih ramah. Itu sebabnya, secara alami, aku juga memanggilnya hanya dengan ‘Nikaido’ tanpa honorifik.

“Muu~... aku juga ingin memperpendek jarak denganmu dan hatimu.”

Entah berapa kali aku melihatnya, aku tidak pernah bosan melihat Hitotsuba-san yang cemberut. Namun, kali ini, selain wajahnya yang cemberut, ada bonus yang sangat besar, yaitu tatapan matanya yang menengadah. Itu memiliki kekuatan penghancur yang membuat jantungku berdetak kencang, dan aku tersentak tanpa sandar. Ya ampun, dia ini curang, bukan?

“Bahkan di sini aku telah memberanikan diriku untuk memanggilmu ‘Yuya-kun’. Jadi aku juga ingin kau memanggilku sebagai ‘Kaede’..., apa kau tidak mau melakukan itu?”

Dia menatapku, dengan mata yang tampak lembab. Meskipun sekarang sedang musim dingin, tapi keringat mulai bercucuran di dahiku, karena penampilannya saat ini sudah seperti Chihuaha yang lagi populer dalam iklan. Saat aku menelan ludahku, keheningan meleimuti ruang tamu.

“...Yuya-kun.”

“Ughh........ uggh.......”

Itu adalah kontes tatap menatap yang cukup lama, dimana saat itu aku bertarung di dalam diriku sendiri untuk menolak permohonan dari gadis cantik yang ada di depanku. Tapi, itu akhirnya berakhir. Tidak mungkin aku bisa memenangkan kontes tatap menatap ini.

“Baiklah, aku mengerti. Aku kalah, Kaede-san.”

“Aku senang. Terima kasih, Yuya-kun.”

Njir, ini lebih memalukan daripada yang kubayangkan, Aku yakin saat ini wajahku sangat merah, merah pada tingkat yang seperti terasa terbakar.  Tapi, pipi Kaede juga tidak kalah merahnya, semerah tomat yang siap panen.



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya

7 Comments

Previous Post Next Post