Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 4 - Bab 2

Bab 2
Penguasa Kegelapan Zol Vadis


“Ngomong-ngomong, mereka masih belum menemukan gadis elf itu, bukan?” tanya Riselia.

Saat ini, dia, Regina, dan Leonis sedang dalam perjalan menuju perpustakaan di waktu istirahat makan siang.

“Ya, tapi meskipun begitu Fine masih sedang mencarinya.” jawab Regina.

“Padahal dia bahkan belum mendaftarkan dirinya sebagai warga sipil..., aku jadi ingin tahu apa yang membuat dia pergi.”

Gadis yang sedang dibicarakan oleh Riselia dan Regina saat ini adalah gadis yang mereka temukan di Assault Garden Ketiga.

Tanpa sepengatahuan mereka, gadis elf itu sebenarnya merupakan Pahlawan Sanctuary—Arle Kirlesio.

Begitu peleton ke-18 kembali ke Assault Garden Ketujuh, Arle menghilang. Dan karena dia menghilang sebelum terdaftar sebagai warga sipil, dia jadi lebih sulit untuk dilacak. Leonis pun cukup cemas mengenai keberadaan gadis itu, meskipun kecemasannya berdasar pada alasannya sendiri. Bagaimanapun juga, pahlawan elf itu adalah murid Shardark Ignis Sabane, seorang Ahli Pedang dari Enam Pahlawan dan juga merupakan orang yang sama yang melatih Leonis. Dengan kata lain, gadis elf itu adalah saudara seperguruannya.

Gadis elf itu juga menggunakan Pedang Penghancur Iblis, Crozax, salah satu dari Arc Seven, koleksi dari senjata Pembunuh Penguasa Kegelapan. Di kehidupan Raja Undead di masa lalu, Arle telah melakukan beberapa percobaan pembunuhan pada Leonis.

Yah, pada dasarnya aku tidak pernah menghadapinya secara langsung.

Apa yang seorang pahlawan seperti dia lakukan di era ini? Kehadirannya di sini mungkin karena perbuatan dari Pohon Penatua Sanctuary. Pohon itu mungkin merasakan bahwa seribu tahun kemudian Dewi Pemberontak akan bereinkarnasi, jadi pohon itu mengirimkan seorang pembunuh untuk menghancurkannya.

Yah, dia bukanlah ancaman besar. Untuk saat ini aku bisa mengabaikannya saja, pikir Leonis.

Kemungkinan Arle memiliki hubungan langsung dengan Nefakess Reizaad sangatlah kecil, dan sepertinya dia juga masih belum menyadari bahwa Leonis adalah seorang Penguasa Kegelapan, jadi Lonis bisa mengabaikannya untuk sementara waktu. Mungkin saja, dia nantinya akan berguna dia saat-saat tertentu.

Saat Leonis memikirkan hal-hal seperti itu, dia, Riselia, dan Regina sampai di perpustakaan.

“Baiklah, ayo berpencar dan cari beberapa bahan,” umum Riselia, dengan penuh semangat.

Mereka bertiga datang ke sini untuk mengumpulkan bahan referensi untuk kafe hantu mereka. Ide yang Riselia kemukakan adalah menggunakan tampilan angker asrama Hraesvelgr sebagai keuntungan mereka, menciptakan suasana seram namun menyenangkan bagi para pengunjungnya.

Di zaman Leonis dulu, undead merajalela, jadi ide yang agak menyimpang untuk menikmati sesuatu yang menyeramkan sama sekali tidak ada. Tapi sejak saat itu, tampaknya umat manusia telah beradaptasi dengan menggabungkan rasa takut sebagai suatu bentuk hiburan.

Astaga, ini benar-benar membingungkan. Sambil tersenyum kecut, Leonis mendongak. Roh-roh berupa burung hantu yang bersinar beterbangan di antara rak-rak buku, berfungsi sebagai pustakawan di perpustakaan ini.

Aku bisa saja meminjami mereka buku-buku dari perpustakaan pribadiku, tapi...

Buku-buku tebal yang disimpan oleh Leonis semuanya merupakan buku sihir, dan membaca buku-buku itu bisa merampas salah satu kewarasan mereka.

“Aku sudah mengumpulan beberapa...” Regina mendengus, membawa setumpuk buku yang berat di tangannya.

Karena beberapa keadaan pribadi, Regina mampu mengendalikan roh, jadi dia bisa meminta burung-burung hantu yang beterbangan di sekitar untuk membantunya menemukan apa yang mereka butuhkan.

“Hmm, ada cukup banyak juga yang bisa dijadikan referensi...”

Jilid-jilid buku yang dikumpulkan Regina menggambarkan monster-monster dari berbagai mitologi kuno. Skeleton, walking dead, hantu, vampir. Bahkan ada juga ilustrasi-ilustrasi mereka yang didasarkan dari material yang ditemukan di reruntuhan tua.

Leonis dengan tajam menandai beberapa deskripsi yang salah di dalam teks. Misalnya, di situ dikatakan bahwa Bayangan KematianDeath Shades melahap kekuatan hidup orang, tapi itu sebenarnya adalah kesukaan dari Pemangsa JiwaSoul Eater. Memang sih, dari penampilan kedua makhluk itu agak mirip, jadi dia tidak bisa menyalahkan manusia di zaman selanjutnya karena dibuat bingung oleh mereka.

Namun, terdapat beberapa entri yang bahkan seorang Leonis yang murah hati tidak bisa mentolerirnya. Yaitu, ada tertulis bahwasannya Elder Lich lah penguasa dari semua undead.

Sungguh bodoh, akulah satu-satu Raja Undead.

“Apa ada sesuatu yang salah, Leo?”

Memperhatikan seringai yang Leonis buat, Riselia mengintip ke wajah anak lelaki itu.

“Tidak ada, aku hanya keasikkan membaca...” jawab Leonis, sambil terbatuk kering.

“Lihat ini, Lady Selia,” gumam Regina, saat dia membolak-balik halaman sebuah buku. “Vampir benar-benar menakutkan, ya. Dikatakan di sini bahwa mereka menghisap darah orang untuk mengubah orang-orang itu menjadi pengikutnya.”

“...Y-Ya, itu menyeramkan sekali,” jawab Riselia dengan terbata-bata, sambil membuang muka.

“Tapi meksi begitu, buku-buku ini tidak terlalu membantu,” ujar Regina, dengan ekspresi lesu.

“Ya, kalau saja kita punya sesuatu yang lebih realistik...”

“Kalau begitu bagaimana dengan film?” seru si pelayan berambut pirang.

“...Film?”

“Ya, aku juga sudah meminjam banyak dari mereka!” jawab Regina, meletakkan beberapa kaset video  di atas meja sambil berseru, “Ta-daa!”

Melihat kumpulan video itu, Riselia mengerutkan keningnya.

“Hmm..., tidakkah film-film ini cukup menakutkan?”

‘”Ya! Soalnya aku memang memilih yang menakutkan.”

“Bisakah kau menonton film-film ini bersamaku, Regina...?”

“Maaf, aku tidak bisa. Soalnya aku ada latihan menembak setelah ini,” kata Regina, sambil mengangkat bahunya.

Mendengar itu, Riselia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Leonis. “Leo, ayo nonton film-film ini bersamaku!”

“Aku tidak keberatan sih, tapi...”

“Gak boleh, Lady Selia,” timpal Regina. “Disebutkan kalau film ini bukan untuk anak-anak berusia dua belas tahun ke bawah.”

“Eh?!”

“Kalau gitu apa boleh buat...” ucap Leonis. Dalam hal ini, mau tak mau dia merasa bahwa undead yang takut pada undead lain adalah sebuah masalah. Dia bersimpati pada Riselia, tapi jika nantinya gadis itu akan memimpin Pasukan Penguasa Kegelapan, maka dia perlu bisa terbiasa dalam menangani skeleton ataupun zombi.

“L-Leo, kok kamu jahat gitu sih...!” Riselia merengek, dengan mata yang berkaca-kaca..

Tiba-tiba, terminal komunikasi kecil Leonis berdering dari saku dadanya. “Oh, aku permisi dulu...,” ucapnya, menatap ke perangkat miliknya.

Rupanya, panggilan itu berasal dari Pasukan Serigala Iblis. Ngomong-ngomong, Leonis telah melarang mereka untuk menghubunginya kecuali ada situasi yang benar-benar darurat.

Apa ini artinya ada sesuatu yang terjadi?

“Maaf, aku baru ingat kalau aku ada urusan penting yang harus kulakukan,” ucap Loenis, saat dia menyimpan kembali terminalnya.

“Hah? Hei, Leo...!” Riselia buru-buru memanggilnya, terlihat seperti dia akan menangis.

Setelah keluar dari perpustakaan, Leonis dengan cepat terjun ke dalam bayangannya.

---

Melewati koridor bayangan, Leonis dengan cepat memasuki istana Penguasa Kegelapan. Sebenarnya, kemampuan untuk berpergian dengan bebas melalui koridor bayangan adalah kemampuan unik bagi penghuni Alam Bayangan seperti Blackas dan Shary. Namun, Leonis telah mencapai puncak kekuatan sihir sehingga dia juga dapat menggunakan kemampuan itu, meskipun dengan cara yang lebih terbatas.

Bangsal perlindungan demi-human khusus Assault Garden Ketujuh menampilkan lingkungan alam buatan yang sangat besar. Pohon-pohon di tempat itu menyaring air laut dan berkontribusi pada produksi pangan kota. Tempat ini merupakan rumah para pengungsi demi-human, seperti beastmenmanusia binatang atau elfperi.

Di lantai bawah tanah ke-7 dari bangsal perlindungan demi-human khusus, yang dihubungkan oleh akar pohon yang tak terhitung jumlahnya, adalah ruang berkubah yang besar. Normanya, itu adalah tempat yang dijadikan gudang persediaan darurat, tapi Leonis telah mengambil alih tempat itu dan mengubahnya menjadi basis Pasukan Penguasa Kegelapan.

Kuakui, saat ini tampilannya agak suram, tapi suatu hari nanti aku akan merenovasinya menjadi kastil yang layak menjadi rumah bagi Raja Undead.

Leonis duduk di singgsana kerangka yang telah dia siapkan. Sebelumnya dia sempat mencoba mengisi kamarnya di asrama perempuan dengan dekorasi tulang, tapi gara-gara itu Riselia jadi memarahinya. Tapi di sini, Leonis bisa mendekorasinya dengan bebas.

“Mantel Ilusi,” panggil Loenis, dan kemudian wujudnya mulai diselimuti kabut gelap. Ketika kabut gelap itu mulai hilang, seorang raja yang mengenakan topeng tengkorak dan dibaluti jubah gelap berdiri di tempatnya. Dalam wujud ini, Leonis menggunakan identitas Zol Vadis. Zol Vadis adalah nama seorang Penguasa Kegelapan kuno yang telah memerintah dunia sebelum Dewi Pemberontak dan Delapa Penguasan Kegelapan naik ke tampuk kekuasaan.

Leonis sendiri pernah mengalahkan Zol Vadis saat dia masih menjadi seorang pahlawan. Leonis menanggap bahwa namanya adalah caranya menunjukkan rasa hormat kepada Penguasa Kegelapan kuno ini.

“Aku adalah Penguasa Kegelapan Zol Valdis,” seru Leonis, dengan suara yang berubah dari suara aslinya. “Masuklah...”

Suaranya bergema berat melalui ruangan yang luas. Akar-akar pohon yang menyegel tempat itu mulai terpelintir dan terlepas, terbuka layaknya gerbang. Di balik itu, ada dua sosok yang berlutut.

“Komandan divisi pasukan beastman, Zarik Mashid,” seru manusia serigala bertubuh besar.

“Komandan divisi pasukan peri, Lena Darkleaf,” seru seorang gadis dark elfperi hitam.

Mereka berdua adalah perwira tinggi dalam Pasukan Serigala Iblis yang baru dibentuk Leonis.

“Untuk apa kalian memanggilku?” tanya Zol Vadis, gravitasi suaranya memaksa udara bergetar.

“M-Mohon maaf, Yang Mulia,” ungkap gadis dark elf itu, tampak berkeringat. “Tapi kami mengalami situasi yang berada di luar kemampuan kami untuk menanganinya... Seekor monster muncul di bawah labirin bawah tanah kastil anda.”

“Apa?”

Leonis telah menciptakan labirin bawah tanah menggunakan mantra Penciptaan Labirin untuk memberikan Pasukan Serigala Iblis tempat persembunyian yang layak. Mantra ini membentuk kompleks terowongan besar di suatu tempat di dunia, serta gerbang teleportasi unik yang terhubung ke labirin itu.

Normalnya, monster yang muncul bukanlah hal yang aneh. Labirin secara alami tumbuh dan meningkatkan diri mereka dengan menjerat dan melahap jiwa petualang yang menantang mereka.

Leonis telah menduga monster akan terbentuk dan bermaksud membuat monster-monster itu sebagai objek latihan Pasukan Serigala Iblis. Namun, labirin bawah tanah miliknya itu tumbuh dengan perlahan. Karenanya, harusnya labirin itu tidak menciptakan makhluk apa pun yang lebih dari yang bisa ditangani oleh para pengikutnya.

“Monster macam apa yang kau maksud?” tanya sang Penguasa Kegelapan kepada gadis yang gemetar itu.

“Seekor... kadal raksasa!” jawab gadis itu.

“Apa?!” Leonis mendapati dirinya bangkit dari singgasananya. “Jangan bilang itu adalah naga?! Apa kau yakin kau tidak salah lihat?”

“K-Kami tidak bisa memastikan soal itu,” ucap beastmen. “Tapi yang bisa saya katakan di sini adalah monster itu sangat besar....”

“....”

Gagasan bahwa labirin telah menghasilkan naga setelah hanya beberapa minggu sama sekali tidak bisa dipercaya. Paling-laing, labirin itu seharusnya tidak mampu menghasilkan apa-apa selain skeleton. Namun, dalam hal ini ada satu kemungkinan lain, yaitu...

...Apa labirin itu terhubung ke sarang naga?

Labirin terbentuk di lokasi yang acak. Betapapun itu disebut tidak mungkin, tetap saja ada kemungkinan bawa sarang naga bawah tanah masih ada di suatu tempat, dan labirin menerobos ke dalamnya.

Tapi kupikir makhluk-makhluk dari zamanku telah punah...

“Apa monster itu mengamuk?” tanya Zol Vadis.

“Tidak, dari kelihatannya monster itu tertidur,” jawab manusia serigala.

“Begitu ya, kalau begitu bawa aku ke tempat monster itu.”

Mengatakan itu, Penguasa Kegelapan Zol Vadis bangkit dari singgasananya.

---

Melewati gerbang yang terletak di dalam lorong bawah tanah, Leonis berteleportasi ke labirin. Di lantai 1 labirin, monster tidak akan muncul, dan sebagian besar tempat itu adalah ruang untuk menyimpan makanan dan perlengkapan Pasukan Serigala Iblis.

Leonis memiliki brankas penyimpannya sendiri di Alam Bayangan, tapi penjaga brankas itu, Shary, telah memperingatkannya bahwa akhir-akhir ini brankas itu penuh sesak.

“Jadi, di lantai berapada naga itu muncul?” tanya sang Penguasa Kegelapan.

“Monster itu berada di area yang belum di jelajahi di lantai lima...,” jawab gadis elf.

“Lantai lima, ya. Kalau begitu...” Leonis, masih tetap berada dalam wujud Zal Vadis, menunjuk ke lantai.

Graz Garud!”

Brrrrrrrr...!

Dengan hati-hati mengatur kekuatan mantera, Leonis menembakkan mantra tanah tingkat delapan. Labirin itu sontak bergetar, dan sebuah lubang besar menganga terbuka di atas tanah.

“Y-Yang Mulia?” gadis elf, yang telah jatuh kebelakang karena gemetaran, menatap Leonis dengan ekspresi terkejut.

“Aku membuka jalan ke lantai lima,” ucap Leonis, kepada dua pelayannya. “Soalnya menuruni labirin secara normal terlalu merepotkan.”

Labirin yang sepenuhnya matang biasanya akan menolak sihirnya, tapi labirin ini masih baru. Setelah beberapa hari, labirin ini secara alami akan menambal lubang yang terbentuk dengan mananya.

“Ayo pergi,” perintah sang Penguasa Kegelapan.

““Y-Ya...!”” ucap Lena dan Zarik dengan serempak.

Leonis kemudian kembali merapalkan mantra, membentuk medan gravitasi yang menyelimuti mereka mertiga. Dengan lembut, mereka melayang dan kemudian turun ke dalam lubang.

“Eeh!”

“Y-Yang Mulia, kita melayang...!”

Terlepas dari para perwiranya yang terkejut, diam-diam Leonis merasa kegirangan.

Naga, ya... Kira-kira naga jenis apa itu? Api? Petir?

Dari semua monster yang ada, Leonis lebih menyukai naga. Soalnya, mereka memerintah kedaulatan atas semua monster sebagai tiran dari langit. Mereka adalah monster yang memiliki kebanggaan diri, sangat kuat, dan sangat cerdas. Naga tengkorak yang Leonis perintahkan dulunya pernah menjadi penguasa naga yang sangat kuat yang telah membawa banyak malapetaka saat masih naga itu masih hidup.

Kupikir mereka semau sudah punah, tapi mungkin masih ada beberapa yang bertahan di bawah tanah.

“Grrrrrrrr.” Geraman yang kuat dan gemuruh bergetar dari dasar lubang.

“Yang Mulia, apakah ledakan yang tadi membuat monster itu terbangun?” tanya Zarik dengan cemas.

“Sepertinya begitu...,” jawab sang Penguasa Kegelapan.

Mereka butuh waktu lima menit penuh untuk mencapai dasar lubang yang Leonis buat. Setelah menyalakan api di ujung tongkatnya, Leonis menyuruh Zarik dan Lena menuntunnya menyusuri labirin. Di setiap langkah yang mereka tempuh, raungan yang mereka dengar sebelumnya semakin terdengar nyaring.

Boooom!

Tiba-tiba, sebuah rahang besar menabrak dinding.

“...?!” mata Leonis membelalak heran.

Ukuran kepala dari monster yang mereka datangi itu sekitaran 5 meils. Jika monster itu membuka rahangnya sepenuhnya, lebarnya hampir bisa memenuhi ruangan itu. Akan tetapi, apa yang paling membuat Leonis heran bukanlah  proporsi dari monster itu.

“Ini bukanlah naga,” serunya, dengan sikap tenang.

“Hah...?” seru Lena, tampak tercengang.

Ini hanyalah Cacing Besar Labirin!

Di balik topeng tengkoraknya, Leonis menghela napas kecewa. Cacing Besar Labrin adalah monster besar yang membuat sarang mereka di bawah tanah, dan mereka naik ke permukaan untuk menelan ternak dengan utuh. Meskipun tidak diragukan lagi ini adalah makhluk yang mengesankan, mereka tidak memiliki kecerdasan dan tidak bisa terbang.

Aku tidak bisa menyalahkan mereka karena salah mengira itu sebagai naga. Toh mereka juga belum pernah melihat naga yang asli...

“Gaaaaah!” Binatang besar itu meraung marah, menerjang Leonis dan para pelayannya dengan harapan dia bisa melahap mereka bertiga.

“...Y-Yang Mulia!” teriak Lena.

“Jangan takut, kau pikir aku ini siapa?” Leonis menusukkan tongkatnya ke rahang cacing yang terbuka itu. “Makhluk yang bodoh. Farga!”

Boooom!

Bola api putih meletus di dalam monster itu, meledakkan kepalanya.

“Oooh...,” Zarik, yang tersandung ketakutan, berseru kagum.

Cacing itu meronta-ronta dengan liar saat dia membenturkan tubuhnya ke dinding labirin.

“A-Apa monster itu masih hidup?!” seru Lena.

“Cacing Besar Labirin tidak akan mati hanya karena kehilangan kepalanya. Soalnya mereka punya kemampuan regenerasi yang kuat.”

Baiklah, apa yang harus kulakukan sekarang....? sambil termenung dengan tangan di dagunya, Leonis berpikir.

Membunuh monster ini dan menggunakan tulangnya untuk membuat Undead Cacing mungkin menarik, tapi jika dipikirkan secara rasional, dia lah orang yang merambah sarang cacing itu. Selain itu, kecerdasaan makhluk itu tidaklah mampu untuk memahami bahwa tindakannya tadi tidaklah menghormati Raja Undead.

Megangkat bahunya, Leonis melepas Aura Kematian-nya untuk membuat dirinya mengancam bahkan untuk makhluk rendahan seperti ini. Begitu dia melakukan itu, cacing itu sontak menggeliat dan kemudian menggali ke dalam tanah, menghilang ke kedalaman.

Bersyukurlah bahwa aku adalah penguasa yang pemaaf.

Jika  itu adalah Raja Binatang Buas, Raja Amarah, atau Ratu Naga, mereka pasti akan membuat monster itu menjadi debu.

“Setelah merasakan teror seperti ini, aku ragu kalau monster itu akan muncul lagi di sini,” ucap Leonis, tampak percaya diri. Kemudian, dia berbalik untuk melihat bawahannya “...?!”

Zarik dan Lena benar-benar ketakutan karena terkena efek Aura Kematian-nya.

---

Melewati gerbang labirin, Leonis kembali ke basis Pasukan Serigala Iblis yang berada di perut Assault Garden Ketujuh, dimana di situ dia kemudian mengembalikan tubuh yang membatu para pelayannya menjadi normal kembali.

Hadeeeh, kurasa inilah yang mereka sebut-sebut sebagai kebahagian prematur.

Dari balik topengnya, Leonis menghela napas kecewa. Namun demikian, dia tidak marah pada Zarik dan Lena atas kesalahan yang mereka buat. Bagaimanapun juga, kalau yang dia inginkan adalah pelayan yang setia dan tidak akan membuat kesalahan, maka satu legiun undead saja sudah cukup.

“Kekuatan anda sangat luar biasa, Yang Mulia!” puji Zarik, diliputi dengan emosi. “Anda mengalahkan monster yang menakutkan itu dengan sangat mudah!”

“Dengan kekuatan yang anda miliki, anda pasti bisa menguasai dunia, Yang Mulia!” tambah Lena, menundukkan kepalanya hingga menyentuh lantai.

Yah, kalau saja itu bisa dilakukan semudah itu dikatakan. Mengingat pengalaman menyakitkan yang Leonis lalui seribu tahun yang lalu, Leonis tidak bisa menahan senyum masam saat mendengar pujian dari perwiranya.

Bagaimanapun juga, terlepas dari kekuatan mereka yang besar, dewi Roselia dan Delapan Penguasa Kegelapan yang perkasa pada akhirnya kalah dari umat manusia. Manusia tidaklah boleh diremehkan. Secara individu, mereka mungkin lemah dan rapuh, tapi secara kolektif, daya hidup dan tekad mereka terbukti ulet. Mereka bahkan telah menemukan kekuatan Pedang Suci dan mengembangkan peradaban yang dijalankan dengan menggunakan teknologi sihir canggih.

Pada akhirnya, aku tidaklah lebih dari sepotong sejarah kuno.

Itulah alasan mengapa dia terus menjaga harga dirinya dan berbaur dengan hidup sebagai siswa normal di Akademi Excalibur.

Ya, sebagai seorang siswa...

Menggumamkan itu di benaknya, Leonis jadi teringat bahwa sebentar lagi dia memiliki sesi pelajaran tentang teori taktis anti-Void. Kalau dia sampai terlambat, entah apa yang mungkin akan Instruktur Diglasse katakan kepadanya.

“Monster itu telah aku urus,” ucap Leonis, mengibarkan jubah gelapnya. “Sisanya aku serahkan pada kalian.”

“Ah, oh, erm, tunggu sebentar, Yang Mulia,” Lena menghentikannya.

“Ada apa?” tanya sang Penguasa Kegelapan, berbalik menghadap gadis muda itu.

“Saya punya laporan untuk anda,” jelas gadis itu.

“...Aku sangat mengharapkan laporanmu, entah apapun isi laporannya, itu layak untuk mendapatkan perhatianku,” ucap Leonis, sedikit menyelipkan nada kesal dalam suaranya.

Kalau terus begini, dia bisa-bisa akan terlambat mengikuti sesi pelajaran. Sebenarnya sih koridor bayangan memungkinkan dirinya untuk melakukan perjalanan secara instan, tapi dia tidak bisa mengikuti sesi pelajaran dengan penampilan seperti ini.

“Ini adalah informasi penting yang kami terima dari sisa-sisa anggota Fraksi Serigala yang ada di Ibukota Kekaisaran,” jelas Lena.

“...Katakanlah!”

“Beberapa minggu yang lalu, jenderal pemerintah Assault Garden Keenam mengirim ekspedisi secara besar-besaran ke Kerajaan tua Frosthaven yang terletak di tanah tundra di utara.”

Frosthaven. Itu bukanlah negara yang Leonis ketahui.  Negara itu pasti dibentuk setelah dirinya disegel.

“Hmm, terus?” ucapnya, mendesak Lena melanjutkan laporannya.

“Di sana mereka menggali sesuatu dan membawanya pulang ke Assault Garden Keenam.”

“Apa yang mereka termukan di sana?”

“Mengenai hal itu saya belum bisa mengkonfirmasinya,” tutur Lena, sambil menggelengkan kepalanya. “Dan ini hanyalah dugaan, tapi saya pikir mungkin mereka menemukan Roh Muasal yang disegel di dalam es.”

“Oh? Apa yang membuatmu sampai pada dugaan itu?” desak Leonis, merasa tertarik.

Roh adalan perwujudan dari kekuatan alam. Secara khusus, Raja Roh, roh yang terlahir dari inti planet, memiliki kekuatan yang sebanding dengan para dewata dan Penguasa Kegelapan. Dari apa yang dipahami Leonis saat ini, hampir sebagaian besar roh alami telah mati.

“Karena orang yang memimpin ekspedisi itu adalah pejabat tinggi dari keluarga Phillet.”

Keluarga Phillet? Itu adalah keluarganya Elfine...

Perusahaan Phillet adalah perusahaan kekaisaran. Perusahaan itu bertanggung jawab atas penelitian dan pengembangan Elemental Buatan yang diigunakan untuk mengontrol peralatan magis di Assault Garden. Dalam ekspedisi yang dibicarakan saat ini, seorang yang ahli tentang roh menjadi bagian dari itu.

“Dengan asusmi bahwa apa yang mereka bawa ke Assault Garden Keenam adalah Roh Muasal yang disegel, jika kita mencurinya, kita akan bisa menggunakannya untuk mengambil alih inti Assault Garden,” jelas Lena.

“...Jadi begitu, ya.”

Kapal keluarga royalti, Hyperion, dikemudikan oleh roh milik Putri Altiria, Carbuncle. Kalau Leonis memiliki Roh Muasal, ada kemungkinan dirinya bisa menggunakan roh itu untuk merebut kota.

“Saya pikir penggabungan dengan Assault Garden Keenam adalah kesempatan utama bagi kita untuk mencuri roh tersebut!” seru Lena, berlutut di depan Leonis.

“Yang Mulia, berilah kami perintah untuk mengambilnya,” pinta Zarik, dengan kepala yang tertunduk.

Setelah merenung selama beberapa saat, sang Penguasa Kegelapan kemudian menjawab mereka, “Gagasan itu mungkin memang layak dipertimbangkan.”

“Oooh, jika demikian...?!” tanya Zarik, mengangkat kepalanya dan menatap Leonis dengan penuh semangat.

Leonis tertarik pada roh, apalagi roh yang berpangkat tinggi yang bisa hidup selama satu abad atau lebih. Namun...

Di saat yang sama gagasan itu juga agak terlalu ceroboh.    

Semua yang dia miliki di bawah perintahnya hanyalah sisa-sisa kelompok teroris yang bahkan belum menjalani pelatihan yang cukup. Senjata biasa yang mereka miliki tidaklah ada gunanya dalam melawan pengguna Pedang Suci. Karenanya, melakukan pencurian tidaklah mungkin. Tentunya, Leonis bisa saja pergi dan melakukannya sendiri, tapi itu berisiko mengungkap identitas aslinya.

Selain itu, di tempat pertama tidak ada bukti yang pasti bahwa itu adalah Roh Muasal.

Leonis tidak memiliki informasi yang cukup untuk membuat pergerakan. Waktunya mungkin akan segera tiba untuk menerkam kesempatan, tapi itu tidak sekarang. Setelah kekalahan yang ia alami seribu tahun yang lalu, Leonis telah belajar untuk mengesampingkan harga dirinya dan membuat pergerakan dengan hati-hati.

“Aku akan mengingat informasi itu, tapi untuk sekarang——”

Saat itu, nada dering yang ceria terdengar.

...?!

Itu adalah tanda adanya panggilan dari Instruktrur Diglasse, membuat Leonis jadi panik saat dia mengotak-ngatik terminal di dalam jubahnya.

“Y-Yang Mulia, ada apa?”

“Sudah waktunya aku kembali ke khaos kegelapan! Kalian semua, tetaplah waspada di setiap saat,” ucapnya dengan panik.

“Y-Ya, Yang Mulia...”

Membungukuk dengan hormat, manusia serigala dan dark elf itu melihat Leonis pergi saat anak lelaki itu dengan cepat terjun ke dalam koridor bayangan.

---

“Charlotte, kau memasukkan terllau banyak gula!”

“Eh? Bukannya semakin manis akan semakin baik?”

“Kalau kebanyakan nanti gulanya malah akan hangus!”

Atasan Shary mengangkat bahunya merasa letih. Pelayan pembunuh itu sontak mengerutkan keningnya, berhenti mencampur adonan.

Kurasa ini tidaklah semudah kelihatannya.

Akhir-akhir ini Shary bekerja sambilan di toko kue dengan menggunakan nama samaran Charlotte. Karena dia tidak punya kartu tanda penduduk, jadi dia menggunakan kemampuan Mata Iblis Pengendali-nya untuk bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Memiliki posisi seperti ini mungkin terbukti akan berguna dalam beberapa hal, pikir gadis berambut hitam itu. Alasan mengapa dia mulai bekerja di toko ini adalah dengan begini dia akan bisa untuk mengambil dan makan berbagai macam manisan, tapi itu bukanlah satu-satunya alasannya...,

...Kuharap Tuanku akan menyukai ini.

Alasan utamanya adalah Shary ingin memberikan Leonis manisan buatan tangannya. Sebelum hidup kembali, Leonis adalah undead  dan tidak membutuhkan yang namanya makanan. Karenanya, meskipun Shary adalah pelayan pribadinya Loenis, tapi dia tidak pernah memiliki alasan untuk memoles keterampilan memasaknya. Namun, segala sesuatunya telah berbeda karena saat ini Leonis memiliki tubuh manusia. Apalagi Leonis berada dalam wujud anak kecil, jadi dia pasti suka sama yang manis-manis.

Dengan tekad untuk tidak kalah dari pengikut baru tuannya, Riselia Crytalia, Shary memutuskan untuk mengembangan keterampilan memasaknya. Bagaimanapun juga, dialah satu-satunya pelayan pribadi sang Raja Undead.

Tapi sayangnya, terlepas dari tekad yang dia miliki dan usaha yang dia kerahkan, keterampilannya dalam membuat kue masih kurang.

Menusukkan pisau dari belakang musuh masih jauh lebih mudah daripada ini. Shary menghela napas, memandang dengan celaan ke arah gunungan kecil dari kue kering yang gagal dibuatnya.

“Nah, kita akan punya banyak pelanggan di hari Festival Cahaya Suci. Jadi bekerjalah dengan keras dan lakukan yang terbaik!” ucap patissier seniornya dengan penuh semangat, dan Shary mengangguk menanggapinya.

Atasannya itu sedang membuat kue bolu dengan meremas banyak buah ke dalam adonannya. Shary lahir di Alam Bayangan yang dimana tidak ada konsep warna, jadi hanya dari melihat sesuatu yang begitu cemerlang saja sudah memenuhi hatinya dengan kegembiraan. Sepanjang waktu yang telah dia lalui sebagai seorang pembunuh tidak ada yang pernah membuatnya merasa seperti ini.

Shary Corvette Shadow Assasin awalnya merupakan senjata pembunuh yang diciptakan oleh kelompok pembunuh di Alam Bayangan, Septentrion. Dia telah tujuh kali melakukan percobaan pembunuhan pada Raja Undead, tapi dia selalu gagal. Kalau dipikir-pikir kembali, sepanjang waktu itu Leonis sepenuhnya mempermainkan dirinya, namun demikian sang Raja Undead tidak pernah berusaha untuk mencoba mengambil nyawanya.

Sebelum serangan terakhirnya, Seprentrion telah memerintahkan Shary untuk meledakkan dirinya sendiri. Akan tetapi, Leonis berhasil menghampus Kutukan Ledakan Kematian yang telah diukir di jantung Shary.

Saat Shary bertanya mengapa Leonis melakukan itu, sang Raja Undead menjawab, “Kau sama seperti diriku di masa lalu.”

Setelah diasingkan oleh kelompoknya, Shary menjadi pelayan pribadi Leonis. Dan itu juga menjadi yang pertama kalinya warna mekar di dunia pembunuh.

Tuanku memberiku semua yang aku miliki. Jantung, warna... Semuanya. Karenanya, aku...

“Hmm, Charlotte? Apa ini?” tanya gadis petissier dengan ekspresi bignung.

Melihat ke bawah, Shary menyadari bahwa ketika dirinya tersesat dalam lamunan, dia secara tidak sadar membentuk semua kuenya seperti tengkorak.

Aaaah, memikrikan tentang tuanku membuatku tanganku jadi bergerak sendiri...!

---

“...Ishh, bisa-bisanya Regina membuatku menonton film semacam ini?!”

Setelah kembali ke kamarnya di asrama, Riselia membuang buku-buku yang dia pinjam dari perpustakaan di mejanya. Dia telah mencoba untuk menonton film horror yang Regina pilihkan untuknya, tapi dia tidak sanggup untuk menonton lebih dari satu jam karena sudah menjadi terlalu ketakutan.

“Selain itu, Leo juga pergi entah ke mana...”

Sekalipun dia bilang begitu, Leonis yang menghilang tanpa alasan yang jelas adalah sesuatu yang Riselia sudah biasa hadapi.

Yah, kami bisa menonton film ini bersama-sama saat dia pulang nanti. Asalkan aku tidak sendirian, aku tidak akan takut...

Mengangguk pada dirinya sendiri, Riselia menyortir jilid-jilid buku yang dia ambil untuk referensi berdasarkan subjek. Besok, dia dan anggota peleton ke-18 lainnya akan membaca buku-buku itu untuk penelitian.

Aku juga harus bekerja keras dalam menguraikan kode ini.

Setelah selsai menyortir buku, Riselia membuka laci mejanya dan mengambil buku lain. Itu adalah buku yang dia temukan di meja ayahnya di ruang kerja Kediaman Crytalia—satu-satunya kenangan yang bisa dia dapatkan dari rumah masa kecilnya.

Dengan hati-hati agar tidak merusak buku itu, dia mulai membolak-balik halaman buku.

Huruf-huruf yang tertulis di situ ditulis dengan bahasa yang tidak diketahui hingga bahkan seorang seperti Riselia yang mahir dalam dialek kuno tidak dapat menguraikannya. Dalam kosakata manusia dan elf, meskipun berbeda, kosa katanya memiiki beberapa kesamaan. Akan tetapi, bahasa yang dituliskan dalam buku itu tampak sangat asing.

Mengapa buku aneh ini bisa ada di mejah ayahnya pada hari terakhir dari Assault Garden Ketiga?

Kalau saja aku bisa bertemu dengan jiwa Ayah.

Kunci untuk memecahkan kode tulisan yang tertulis dalam buku ini adalah sebelas lembar kertas yang di sisipkan di belakang penjilidan buku. Ayahnya Riselia lah yang menciptakan metode penerjemahan ini. Menggunakan catatan itu, Riselia secara bertahap membaca buku tersebut.

“Yang ini..., Penguasa Kegelapan dan..., pahlawan dan..., pemusnahan dari...”

Satu istilah diulang berkali-kali dalam buku itu, yaitu—Penguasa Kegelapan.

“Penguasa Kegelapan...”

Saat Riselia masih kecil, ayahnya sering menceritakan dongeng kepadanya. Dimana di dalam dongeng tersebut, terdapat makhluk mengerikan dan menakutkan yang akan menghancurkan dunia.

“Salah Satu Penguasa Kegelapan..., penguasa langit... Namanya adalah..., Viora...? Penguasa undead... Le...Nas...? Ah sial, bagaimana kata benda yang tepat bekerja dalam bahasa ini...?”

Dihadapkan dengan buku yang ditulis dengan bahasa yang tidak dia ketahui, Riselia memegangi kepalanya dalam kebingungan.

---

Di kedalaman lantai sebelas bawah tanah laboratorium anti-Void Assault Garden Keenam, di kelilingi oleh partisi dan sekat yang tak terhitung jumlahnya, ada balok es besar yang digali di wilayah Frosthaven tua.

Fasilitas ini adalah satu-satunya tempat yang dapat menampung benda besar berukuran empat puluh meil itu. Benda beku itu masih mengeluarkan gelombang yang dingin, menyebabkan embun beku terbentuk di dinding sektor tersegel.

Es itu adalah semacam segel kutukan. Api biasa tidak bisa diharapkan untuk dapat melelehkannya, hingga bahkan peledak kedalamann anti-Void dan Pedang Suci yang mampu menghasilkan api yang kuat pun tidaklah efektif. Tidak ada yang tahu bagaimana bisa makhluk raksasa yang ada di dalam es itu bisa terjebak.

“Makhluk itu sepertinya hidup, Petugas Penelitian Phillet,” ucap seorang pria berjas. Dia adalah pengawas Perusahaan Phillet. Tugasnya adalah memantau aktivitas Clauvia dan kemudian melaporkannya seacara rinci kepada ayah Clauvia.

Ayah Clauvia adalah monster dalam wujud manusia, tipe orang yang yakin dirinya bisa mendominasi segalanya dan apa saja. Dia mungkin juga berpikir bahwa bahkan makhluk kuno itu bisa di simpan di bawah jempolnya.

“Makhluk itu memang hidup. Makhluk itu telah bertahan di dalam situ selama seribu tahun terakhir...” jawab seorang wanita cantik berambut hitam dan berbalutkan jas lab, Clauvia Phillet. Kemudian, dia memeriksa sesuatu di terminalnya sebelum dia lanjut berbicara. “Untuk saat ini, makhluk itu hanya tertidur...”

“Spesimen hidup dari bentuk kehidupan purba yang telah punah—naga. Kalau kita bisa menganilisis sumber kekuatannya, pangeran kekaisaran dan Count Phillet pasti akan sangat senang.”

“...Ya, mereka pasti akan senang,” ucap Clauvia dengan dingin, sambil menganggukkan kepalanya.

Saat itu, suara langkah kaki memenuhi ruangan ketika seorang pemuda berambut putih berpakaian pendeta putih muncul dari koridor. “——Wow, ini benar-benar spektakuler.”

“Kardinal Nefakess, apa yang kau lakukan di sini?” tanya pria berjas.

Kemunculan pria itu sontak membuat Clauvia mengerutkan keningnya. Kardinal Nefakess adalah orang yang dikirim oleh Gereja Manusia di ibukota kekaisaran, sebuah organisasi yang berhubungan buruk dengan Perusahaan Phillet. Tidak diragukan lagi, orang ini pasti dikirim untuk mengawasi Clauvia.

Semua orang benar-benar terlalu bersemangat tentang ini, bukan? Menghela napas dalam, Clauvia merasakan bibirnya melengkung menjadi kerutan.

Saat Nefakess melihat ke arah balok es, dia menyeringai. “Jadi ini makhluk purba yang kau gali di tundra, ya. Ini benar-benar luar biasa.” Kemudian, pria itu menoleh menghadap Clauvia. “Aku telah membaca tesis milikmu. Teori yang kau buat adalah bahwa Void sebenarnya merupakan makhluk pruba yang dibangkitkan oleh oleh kekuatan planet, kan?”

“Ya. Sampai beberapa dekade yang lalu, teori yang menonjol adalah bahwa Void merupakan bentuk kehidupan asing yang muncul dari dimensi lain. Namun, penggalian dalam beberapa tahun terakhir telah memperjelas bahwa Void memiliki karakteristik untuk dari bentuk kehidupan kuno dari dunia ini, layaknya mimpi buruk yang melompat ke kehidupan dari dongeng yang ada. Analasis dari spesimen ini dapat membantu kita memajukan pengetahuan kita tentang Void,” jelas Clauvie.

“Yah, aku juga sangat berharap begitu. Harapan kami yang paling tulus adalah melihat penelitianmu membantu melenyapkan Void dari muka dunia ini.” Nefakess memandangnya dengan senyum lembut sambil menganggukkan kepalanya. “Semoga berkah planet selalu memberkahi umat manusia.”

“...Semoga berkah planet selalu memberkahi umat manusia.” Setelah mengembalikan kutipan pria itu, kutipan yang diambil dari kitab suci Gereja Manusia—Clauvia berbalik memunggunginya.

---

“Clauvia Phillet. Kuakui, dia adalah manusia yang menarik.”

Seperginya petugas peneltian, Nefakes tetap tinggal sendirian di sektor tersegel saat dia menggumamkan itu pada dirinya sendiri.

“Bisa jadi, dia mungkin cocok menjadi wadah untuk sang dewi...” ucapnya, menatap ke arah balok es raksasa. “Jadi anda berada di sini ya, wahai penguasa yang hebat di antara para penguasa...”

Berlutut dengan hormat, dia mengeluarkan batu hitam berbentuk segitiga dari sakunya. Batu itu terlihat seperti gumpalan dari kehampaan, dipahat dari hamparan kehampaan. Sebuah batu yang tidak memantulkan cahaya.

Muasal Void—Trapezohedron.

Nefakess kemudian mulai merapalkan kata-kata dari dunia lain, dan energi Void mulai merembes kelaur dari batu itu, menyerang dan mencemari balok es yang dianggap tak tertembus.

“Saya sungguh-sungguh berharap bahwa anda akan menjadi wadah yang sempurna...”

Berdiri tanpa suara, Nefakess Reizaad kemudian berbalik ke kegelapan di belakangnya. Pada pandangan pertama, itu seperti tidak ada orang di sana, tapi kemudian bayangan segera mulai menggeliat.

“Wahai para iblis bayangan,” panggil Nefakess.

“Kami di sini,” suara-suara yang tumpang tindih bergema menjawabnya.

“Aku punya sesuatu yang aku ingin kalian lakukan.”

“Perintahkanlah apa saja pada kami, Kardinal.”

“Aku ingin kalian pergi ke tempat bernama Akademi Excalibur di Assault Garden Ketujuh. Di sana, aku ingin kalian mencari seseorang... Tidak, mungkin menyebutnya orang sedikit tidak tepat? Aku ingin kalian mencari vampir.”

“...Vampir? Apa makhluk seperti itu masih ada di zaman ini?”

“Ya, aku sendiri pun juga terkejut saat mengetahui hal tersebut. Tapi, hal seperti itu tidaklah terlalu mengejutkan. Bagaimanapun juga, kalian sendiri juga masih ada di zaman ini.”

“Keh-eh-eh..., kau benar.” Bayangan yang seperti laba-laba itu terkekeh menakutkan, menggeliat di dalam kegelapan.

Iblis Bayangan adalah iblis pembunuh yang dipanggil oleh Nefakess, eliminator yang berafiliasi dengan kelompok pembunuh Alam Bayangan, Seprention. Tidak ada orang yang lebih cocok dari mereka untuk melacak dan memburu target.

“Apa kau ingin kami membunuh vampir itu?”

“Tidak, aku menyiksanya untuk mendapatkan informasi,” ucap Nefakess, sambil menggelengkan kepalanya. “Kalau perlu kalian bisa membawanya dalam kondisi yang sekarat, tapi kalian tidak boleh menghancurkannya sepenuhnya.”

Gadis undead yang dia temui di kota yang hancur itu tidak diragukan lagi terlibat dalam penghancurkan Tearis Resurrectia.

“Vampir cantik berambut perak. Bawalah dia ke hadapanku.”



3 Comments

Previous Post Next Post