Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 6 Bagian 1

Bab 6 Bagian 1
Mendadak x Cinderella


Seorang gadis biasa menjadi tuan putri dalam satu malam.

Kisah seperti itu merupakan plot yang umum digunakan dalam dongeng. Saat seseorang membaca cerita seperti itu pada usia 17 tahun atau lebih, kesan yang muncul adalah kesan dingin seperti berpikir bahwa cerita seperti itu terlalu kekanak-kanakkan dan oportunistik. Toh bagaimanapun juga alur hidup yang mulus seperti itu tidaklah akan terjadi dalam kehidupan nyata.

Ya, seharusnya seperti itu, dan aku pun berpikiran begitu.

Namun, aku yang berpikiran begitu lah yang justru terlalu berpikir kekanak-kanakkan..

Itu hanyalah kehebohan di dunia maya. Disaat aku berpikir optimis seperti itu, realitas mulai berakselerasi dan jauh meninggalkanku.

Kehebohan tentang foto itu meluap dari instagram ke media yang lebih besar, yang selanjutnya dikompilasi oleh blog-blog besar dan tersebar ke mana-mana.

Intinya, foto itu menjadi viral di twitter dan media sosial lainnya..., hingga pada akhirnya——

[Hiromichi-kun, aku memutuskan untuk tampil di TV!]

Dia bahkan ditampilkan dalam siaran acara TV lokal sebagai gadis dari klub drama yang cantik.

Peristiwa itu bisa terjadi terjadi hanya dalam waktu seminggu setelah tersebarnya foto viral itu.

Ini sudah seperti kisah nyata dari Cinderella, seolah-olah aku sedang diceritakan sebuah dongeng.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi..., aku pernah melihat berita tentang selebriti yang kehilangan panggungnya karena satu kesalahan di internet.

Maka dalam hal ini, hal yang sebaliknya lah yang mungkin sedang terjadi.

Kurasa inilah yang disebut sebagai kekuatan media sosial yang membuat pertukaran antara sejumlah besar orang yang secara harfiah sama dengan kecepatan cahaya.

Cuman masalahnya, aku tidak bisa mengikuti kenyataan yang berakselerasi dengan kecepatan berdimensi seperti itu.

Melihat bagaimana pacarku diwawancarai dengan di sampingnya ada ketua klub drama, seorang penulis lokal dan terkenal sebagai pemenang penghargaan penulis SMA yang aktif..., aku merasa tidak nyaman, seolah-olah Haruka telah menjadi penghuni dari dunia yang jauh berbeda dari dunia yang kutinggali.

Orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal Haruka kini berbondong-bondong mengulurkan tangan mereka padanya.

Tangan-tangan itu akhirnya melompat keluar dari dunia maya dan menariknya ke sana dan kemari.

Kalau terus begini..., mereka akan membawa dia ke dunia yang tidak bisa aku jangkau...

Tapi——setiap kali pemikiran itu terlintas di kepalaku, aku segera menggelengkan kepalaku dan menghilangkan kekhawatiran tersebut.

Kemudian, pada diriku sendiri, aku beseru:

Semuanya pasti akan baik-baik saja!

Entah seberapa banyak cara bagaimana orang-orang di sekitarnya dalam melihatnya telah berubah, Haruka tetap tidak akan berubah.

Entah siapapun yang mengulurkan tangannya, dia tidak akan didominasi oleh mereka dan menghilang dari sisiku.

Jadi, dengan begini aku mencoba berpikiran positif.

Lingkaran merah dicoret di kalnder pada minggu terakhir liburan musim panas. Itu adalah hari pertunjukkan kembang api, hari dimana kami berjanji akan kencan.

Jika aku bisa melihat senyum cerah Haruka di sana, aku yakin kekhawatiran bodohku akan hilang.

Aku percaya itu, dan menantikan datangnya hari itu.

Hingga akhirnya..., tibalah pagi dimana pertunjukkan kembang api akan diadakan.

---

“Hmm......”

Hari kencan festival dan pertunjukkan kembang api.

Sejak tadi siang, aku terus-terusan menatap cermin yang ada di dapur, tepatnya, menatap hal buruk yang tercermin di cermin itu,

Seriusan dah, apa-apaan dengan wajah yang kusam itu?

Mungin memang tidak ada yang aneh sih, cuman wajahku ini juga tampak tidak memiliki pesona atau karakter. Ini adalah wajah seorang mob, bukan wajah yang menjadi karakter utama dalam cerita-cerita novel.

Di sisi lain, pacarku adalah seorang yang kini menjadi topik hangat. Hanya dalam dua minggu terakhir, dari satu foto saja dia berubah menjadi Cinderella yang ditampilkan di siaran hiburan televisi.

Dan kupikir popularitasnya telah meningkat sejak dia muncul di acara itu sebagai siswi SMA yang cantik yang terlibat dalam akting drama di bawah arahan penulis SMA yang terkenal.

Tidak adakah suatu cara yang bisa membuat segalanya antara aku dan Haruka menjadi sedikit lebih seimbang?

Dengan pemikiran tersebut, selama hampir satu jam aku telah gonta-ganti pakaian dan mencoba-coba gaya rambut untuk melihat apakah meskipun hanya sedikit aku sudah punya kesan seperti seorang tokoh utama cerita novel, tapi...

“Lagi-lagi kau mengeluarkan upaya yang sia-sia, Onii-san.”

Ya, sejujurnya, aku sendiri juga berpikir bahwa aku hanya mengeluarkan upaya yang sia-sia.

Tidak, daripada di sebut upaya, ini ‘kan sudah seperti berenang melawan arus kencang? Jadi, ini adalah perlawanan yang tidak berguna.

Paling tidak, aku harusnya pergi ke salon atau semacamnya.

Jujur saja, aku sangat ragu. Haruskah aku pergi ke salon? Cuman masalahnya, aku takut cuk. Toh aku juga belum pernah pergi ke salon sebelumnya. Selain itu, di luar sana ada orang-orang karismatik yang tidak akan menerimamu kalau tidak membuat reservasi terlebih dahulu. Lagian, yang kulakukan cuman tidak lebih dari potong rambut saja.

Nah, di saat aku berada dalam keragu-raguan seperti itu, hari untuk kencan pun tiba.

“Sekalipun sekarang kau mencoba melakukan trik-trik kecil, itu tidak akan membuat banyak perbedaan, jadi menyerah saja dan habiskanlah makananmu.”

“Ya, ya, baiklah.”

Dengan nada yang memarahi, Shigure yang sudah berada di meja makan mengatakan itu padaku.

Aku masih menatap cermin dengan rasa tidak puas, tapi pada akhirnya aku menurut dengan patuh.

Makan siang hari ini adalah hiyashi chuka.

[Catatan Penerjemah: Hiyashi chuka adalah hidangan Jepang bergaya mie Cina yang terdiri dari mie ramen dingin dengan berbagai topping yang disajikan di musim panas.]

Merahnya tomat, kuningya tulir, dan hijaunya mentimun. Warna-warna yang segar dan cantik menggugah selera makanku. Rasa asam dari kuah yang bercampur dengan mie menggoyang lidah saat diseruput, lalu aroma biji wijen yang menghiasi hidangan itu terasa nikmat.

“Ngomong-ngomong, melalui Nee-san aku juga diundang untuk wawancara di siaran ini.”

Ketika aku berada dalam dilema tentang kapan aku harus memakan tiga potong tomat yang disajikan, Shigure mengatakan itu saat dia sedang menonton siaran yang sedang tayang di TV.

Siaran hiburan ini merupakan siaran yang sebelumya menayangkan Haruka di salah satu segmen topik hangatnya.

Karena aku belum pernah mendengar apa-apa soal yang Shigure barusan katakan itu, sontak saja aku jadi terkejut.

“Seriusan? Kok bisa?”

“Tentu saja karena aku ini kembarannya Nee-san. Bukankah itu akan menjadi heboh kalau gadis dengan kecantikan [ajaib] yang sedang ramai dibicarakan memiliki saudari kembar identik?”

“Apa kau menghadiri wawancara itu?”

“Kalau aku menghadirinya, aku juga akan menjadi sorotan. Mengapa aku harus dengan senang hati membiarkan diriku dijadikan hiburan orang lain? Itu benar-benar tidak lucu.”

Dengan jelas, dia mengatakan itu dengan kesan yang sama sekali tidak tertarik.

Jika orang biasa sepertiku diberitahu bahwa aku akan diwawancari di TV, tentunya aku akan jadi sangat bersemangat, tapi sikap tak kenal takut dan bermartabat ini memang sangat khas dari Shigure. Bahkan, kupikir dia ini hebat bahwa dirinya tidak membiarkan pendapat orang lain memengaruhinya.

“Meski begitu aku sedikit terkejut bahwa Nee-san memberikan respon positif pada kehebohan ini sehingga dia membuat usulan seperti itu.”

“Bukankah itu karena dia malu kalau diwawancari sendirian, dan itulah sebabnya dia mencoba mengajakmu, Shigure?”

Karena di sini orang yang dibicarakan adalah Haruka yang orangnya malu-malu, jadi besar kemungkinan demikian. Shigure juga tampak setuju saat dia menganggukkan kepalanya dan berkata, “Kau mungkin benar”, tapi kemudian dia lanjut berbicara,

“Tapi bukan hanya itu saja. Nee-san, dia melihat ini sebagai peluang.”

“Peluang? Peluang apa?”

“Tentu saja peluang untuk masuk ke dunia entertainment. Lagian, Nee-san menyukai akting.”

D-Dunia entertainment, ya..., kemarin juga Shigure sempat menyinggung soal mejadi model gravure.

“Ngomongnya mungkin gampang, tapi aku tidak berpikir itu adalah dunia sederhana yang bisa kau masuki hanya dengan satu foto yang menjadi viral. Yah, meski aku juga tidak tahu banyak soal itu sih...”

“Dalam artian untuk bertahan hidup di dunia itu mungkin kau benar, tapi kupikir itu sudah lebih dari cukup untuk memasuki dunia itu. Ibuku..., yah, sekarang juga sudah jadi Ibumu..., kudengar dia direkrut saat dia bekerja sambilan di sebuah kafe. Dibandingkan dengan itu, tidakkah menurutmu Nee-san memiliki prestise yang lebih? Apalagi dia juga sudah membuat debutnya di televisi meksipun hanya siaran lokal.”

Soal itu..., iya juga sih.

“...Tapi tempo hari dia sendiri bilang bahwa tidak mungkin baginya untuk melakukannya pada tingkat profesional, kan?”

“Cara berpikir bisa berubah seiring bagaimana keadaan berjalan, loh? Mungkin Nee-san orangnya memang pemalu, tapi fakta bahwa dia masih melakukan sesuatu yang dipertunjukkan untuk umum seperti drama menunjukkan bahwa dirinya sangat menyukai akting.”

...Shigure benar, kalau kehebohannya menjadi sebesar ini, aku merasa bahwa alurnya akan menjadi seperti itu.

Tapi, bagaimana aku harus mengatakannya, aku tidak ingin mengakui kemungkinan itu.

Ini mungkin terdengar abstrak..., tapi aku merasa seperti Haruka akan menjadi keberadaan yang jauh bagiku.

“Apa yang akan kau lakukan, Onii-san? Bagaimana jika Nee-san debut sebagai idol dan disuruh putus denganmu karena dia tidak boleh berada dalam hubungan romansa? Bagaimana jika ada om-om berjas yang menakutkan datang ke rumah ini dan menuntut agar kau dan Nee-san putus? ...Apa sekarang kau mau beralih ke aku? Toh lagian wajah kami juga sama loh?”

“Jangan ngelantur...!”

Secara refleks aku meneriaki Shigure saat dia mencoba membangkitkan imajinasi yang tidak menyenangkan seperti itu.

“Bahkan jika Haruka menjadi selebriti, tidak mungkin dia akan putus denganku seperti itu! Haruka tidak akan pernah setuju dengan hal tersebut tolol!”

“Oooh, menakutkan sekali, jangan berteriak padaku seperti itu. Aku ‘kan cuman bercanda saja? Aku jauh lebih lama mengenal Nee-san daripada kamu, jadi aku tahu kalau Nee-san bukanlah tipe orang yang akan melakukan itu.”

Ya ampun, padahal aku cuman sedikit bercanda saja, tambah Shigure, terlihat tidak senang saat dia menggembungkan pipinya.

Itu salahnya sendiri karena mencoba memprovokasiku dengan mengatakan sesuatu yang aneh, tapi yah, aku juga salah sih karena bereaksi dengan cara yang terlalu berlebihan.

Ingatlah, seberapa besar kepercayaan yang Haruka miliki terhadapku.

Itu sama sekali tidak mungkin Haruka akan pergi dan meninggalkanku.

Bahkan sekalipun aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menciumnya, selama senyumannya berada di sisiku, aku akan percaya pada Haruka. Aku akan percaya, itulah apa yang telah aku putuskan. Karenanya, aku yakin semua kecemasan konyol ini akan benar-benar hilang jika aku kencan dengannya hari ini.

Saat aku mengatakan itu pada diriku sendiri, ponselku yang kutaruh di atas meja berdering.

Itu adalah deringan yang menandai adanya panggilan masuk, dan nama orang yang tampil di layar adalah...,

“Ini telepon dari Haruka.”

“Aku akan mengecilkan volumenya TV.”

Aku berterima kasih pada Shigure untuk itu, dan kemudian, aku meraih ponselku.

Apa Haruka ingin mengkonfirmasi tempat ketemuan hari ini atau ada hal lain yang mau dia bicarakan?

Sambil memikirkan itu, aku menekan tombol jawab.

“Halo, ada apa?”

[Halo, Hiromichi-kun, apa kau lagi ada di rumah?]

“Ya, toh kita ketemuannya nanti malam. Memangnya kenapa?”

[...Sebenarnya sekarang aku lagi OTW ke rumahmu.]

Eh?

“Eeeeh?! Kau OTW ke sini?!”

Aku hampir berteriak terhadap kata-katanya sangat tidak terduga itu.

Mendengar reaksiku, Shigure juga jadi tampak terkejut.

“K-Kenapa kau mau ke sini?! Eh? Harusnya kita ketemuan di stasiun kereta jam lima nanti, kan?!”

[Ya, cuman saat ini ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu. Menurutku ini bukan hal yang bisa kubicarakan melalui telepon..., jadi, boleh ‘kan kalau sekarang aku datang ke rumahmu?]

Gak boleh!

Sama sekali gak boleh!

Soalnya, sekarang Shigure lagi ada di rumah, dan juga aku sama sekali tidak bersiap-siap seperti saat dia datang terakhir kali. Selain itu, sekarang aku tidak punya waktu untuk menyembunyikan barang-barang pribadinya Shigure.

Sambil mati-mati mengendalikan suaraku yang di ambang ingin berteriak, aku menjawab Haruka.

“T-Tidak, tunggu dulu! Sekarang kau jangan datang! Rumahku berantakan dan aku tidak bisa menunjukkannya padamu, seriusan!”

[Ahahaha, sepertinya yang Shigure katakan sebelumnya itu benar? Rumahmu tampak rapi karena sebelumnya aku akan datang ke situ. Tapi aku sama sekali tidak keberatan kok. Toh paling-paling ruang klub kami jauh lebih berantakan.]

“Tidak, kau harus keberatan! Atau lebih tepatnya, aku yang keberatan! Kamu, erm, kamu dimana sekarang? Apa jangan-jangan kau sudah ada di depan rumah?!”

[Tidak, aku baru saja sampai di stasiun.]

S-Syukurlah! Dalam hal ini——

“Kalau begitu tunggu aku di sana! Aku akan ke sana!”

[Eh, tidak usah, lagian ‘kan aku yang mau ketemuan tiba-tiba.]

“Gak apa-apa! Oh iya! Sekarang aku memang lagi berencana ke Saizeriya di dekat stasiun untuk makan siang! Jadi, tunggu aku di sana!”

[...Baiklah kalau begitu... Maaf ya karena kesannya seperti aku menyuruhmu untuk datang ke sini.]

“Tidak usah pedulikan soal itu, kau duluan saja ke sana tunggu aku. Jangan pergi-pergi dari sana, oke!”

Setelah mengatakan itu, aku menutup telepon.

“Maaf Shigure...! Haruka bilang dia ada di stasiun...!”

“Ya, ya. Kalian ini tidak bisa banget ya menunggu sampai malam? Sungguh kasmaran sekali. Biarkan aku yang membereskan makanan ini,  jadi kau bisa pergi.”

“Maaf! Aku berhutang padamu!”

Setelah berterima kasih pada Shigure yang telah memahami situasi ini, aku bergegas lari keluar.

Saat aku berlari, rambutku yang telah susah payah kuatur sontak menjadi berantakan.



3 Comments

Previous Post Next Post