Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 5 - Bab 2

Bab 2
Suara Dewi


Inti dari Assault Garden Ketujuh, Central Garden, merupakan jantung dari pulau buatan yang besar itu. Tempat itu juga merupakan lokasi dimana Akademi Excalibur berada. Ada banyak fasilitas hiburan didirikan di seluruh area untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswi yang menghabiskan hari-hari mereka dalam menjalani pelatihan berat. Misalnya, pusat perbelanjaan terintegrasi yang besar. Stadion dan berbagai gedung olahraga pun juga tersebar di distrik tersebut. Selain itu, pusat permainan, butik, toko pakaian, restoran, dan lain-lain...

Sebenarnya ada juga beberapa tempat yang serupa seperti itu di kampus Akademi Excalibur, cuman kebanyakan siswa-siswinya lebih suka untuk menghabiskan waktu mereka di Central Garden. Berbeda dengan badai yang melanda baru-baru ini, hari ini langit berwarna biru tak berawan.

Diantara siswa-siswi yang memenuhi jalanan, penyebab dari badai yang baru-baru ini melanda kota taktis tersebut sedang berjalan dengan sikap tenang dan percaya diri. Rambut merahnya yang indah menari-nari saat dia sedang berjalan, menarik tatapan dari orang-orang yang lewat di sekitarnya.

“Ooh, jadi seperti ini ya kota benteng manusia saat ini? Berbagai hal sudah banyak sekali yang berubah.”

Veira melirik ke kiri dan ke kanan ke arah gedung-gedung tinggi sambil memegang es krim cokelat mint di tangannya. Gadis itu mengenakan celana denim pendek dan kamisol putih, pakaian yang Leonis belikan untuknya dari salah satu toko pakaian terdekat.

Nah, karena ini masih belum lama semenjak Leonis memasuki Akademi Excalibur, jadi dia tidak benar-benar memiliki banyak kredit, itu sebabnya dia cukup enggan untuk membelikan Veira pakaian. Meski begitu, dia tidak bisa membiarkan Veira berkeliaran di kota dengan mengenakan pakaian setengah telanjangnya.

Leonis mendekati Veira lalu berbisik ke telinga gadis itu, “Apa kau tidak mau menyembunyikan tandukmu?”

“Apa? Jelas tidak lah. Tanduk naga ini adalah harga diriku. Justru, aku ingin membuat tanduk ini lebih panjang...” Sang Ratu Naga menyangkal Leonis sambil menjilat es krimnya dengan riang.

Leonis mencoba meyakinkan dirinya dengan fakta bahwa banyak demi-human yang tinggal di pulau itu, jadi penampilan Veira tidak akan terlalu menonjol... Dan kalau misalnya terjadi situasi yang terburuk, dia bisa mengatakan kalau tanduk itu semacam gaya kekinian.

Veira mengarahkan pandangannya ke jalan dan kemudian memiringkan kepalanya penuh rasa ingin tahu, “Apa yang benda itu lakukan di sana?” tanya Veira.

Bangunan di depan mereka dibatasi dengan pita peringatan, dan di belakang blokade, sebuah kendaraan besar sedang menarik banyak sekali puing-puing.

“Badai yang kau sebabkan tempo hari menghancurkan beberapa bangunan,” jawab Leonis dengan nada yang datar.

“Begitukah? Sepertinya bangunan-bangunan itu lebih rapuh dari kelihatannya.”

“Menurutku tidak banyak bangunan yang bisa bertahan menghadapi badai yang disebabkan oleh Ratu Naga.”

“Kau ada benarnya.”

Leonis memelototi Veira, yang dari kelihatannya merasa bahwa dirinya sama sekali tidak merasa perlu meminta maaf atas perbuatannya. Untungnya, Assault Garden Ketujuh langsung diberitahu dengan cepat tentang situasi yang terjadi saat itu dan segera memasuki mode pertempuran pertama. Kota taktis itu memindahkan sebagian besar bangunan ke bawah tanah dan keluar dari bahaya, makanya ada cukup banyak bangunan yang tidak mengalami kerusakan. Tapi, Assault Garden Keenam yang saat ini berlabuh di samping Assault Garden Ketujuh menerima kerusakan yang paling besar.

“Meski begitu, harus kuakui ini luar biasa,” ucap Veira. “Ras kecil yang tidak bisa menyemburkan api ataupun melayang di langit itu adalah orang-orang yang membuat kota seperti ini, ya? Itu layak untuk dipuji.”

“Aku sendiri juga terkejut melihat seberapa jauh kemajuan teknologi sihir manusia. Ini adalah dunia yang benar-benar berbeda dibandingkan dengan dunia seribu tahun yang lalu,” jawab Leonis.

“Tapi disaat mereka telah maju dalam beberapa hal, ilmu sihir hampir punah... Benar, kan?”

Mendengar itu Leonis langsung menganggukkan kepalanya. “Ya. Tapi kurasa itu wajar-wajar saja. Toh dengan memiliki teknologi yang telah berkembang sedemikian rupa, jadinya itu tidak perlu untuk mempelajari ilmu sihir kuno. Selain itu, butuh waktu yang lama serta bakat yang banyak untuk bisa mempelajarinya.”

Bahkan untuk menguasai mantra dasar seperti Percakapan Dwicakap saja dituntut untuk memiliki bakat yang substansial. Dibandingan dengan sesuatu seperti itu, menggunakan terminal kecil yang berbentuk anting tentunya jauh lebih mudah.

Sejauh yang Leonis telah selidiki, kemajuan pesat umat manusia dalam tekonologi sihir dimulai kira-kira sekitar 180 tahun yang lalu, saat pemerintah yang mendahului Kekaisaran Terintegrasi mengalami revolusi industri. Faktanya, pembangungan di Assault Garden telah dimulai sebelum invasi Void terjadi pada 64 tahun yang lalu.

Itu kesannya hampir seperti mereka memprediksi invasi Void.

Apa yang menjadi pemicu dari kemajuan pesat yang tiba-tiba itu...? Leonis masih belum bisa menyimpulkan jawaban yang pasti dari pertanyaan tersebut.

“Dan kota ini bahkan juga bisa bergerak di atas lautan, kan?” tanya Veira.

“Ya. Tapi tungku mana yang digunakan untuk menggerakkan kota ini hancur saat aku melawan Arakael, jadi saat ini itu sedang dalam perbaikan.”

“Terus kenapa kau malah mengomeliku? Padahal kau sendiri juga telah merusak kota ini,” ucap Veira, merajuk. “Apa kota ini bisa terbang?”

“Tidak.”

Riselia telah memberi tahu Leonis bahwa Assault Garden Kesembilan, yang saat ini sedang dibangun di ibu kota, dibuat dalam skala yang lebih kecil dan akan memiliki beberapa kemampuan penerbangan yang terbatas.

“Ini artinya Azure Hold-kun masih lebih unggul,” seru Veira.

“Yah, tapi Naga Suci telah menghancurkan kotamu itu,” sela Leonis. “Menurutku sih, Kastil Dunia Lain milik Azra-Ael jauh lebih luar biasa, mengingat bagaimana itu bisa masuk dan keluar di mana pun ia mau.”

Mendegar itu Veira langsung cemberut, “Hei, itu bukan perbandingan yang adil, tau! Ngomong-ngomng, markasmu ada di sekitar sini, kan?”

Merengus, Leonis menggelengkan kepalanya. “Necrozoa sudah hancur. Reruntuhan bawah tanah-nya mungkin masih ada, tapi—”

Ucapan Raja Undead tiba-tiba terputus saat sebuah kendaraan dengan atap yang terbuka menepi di sebelahnya dan Veira.

“...?”

“Hei, nona cantik. Mau ikut berkendara dengan kami?”

Duduk di dalam kendaraan itu adalah tiga pria muda berseragam Akademi Excalibur—senior. Dengan kasar tatapan mereka menjelajahi tubuh indah Veira.

“Apa yang mereka lakukan, Leo?” tanya Veira.

“Menggodamu,” jawab Leonis dengan singkat.

Kalau saja saat ini ketiga pria itu menggoda Riselia, Leonis akan menggunakan Aura Kematian-nya untuk memberikan teror ke dalam hati mereka sampai-sampai kehidupan setelah kematian akan tampak sebagai jalur pelarian yang manis. Tapi, karena gadis yang mereka goda adalah Veira, jadi Leonis tidak peduli.

“Aya naik, berkendara bersama kami akan jauh lebih menyenangkan daripada harus mengasuh anak itu,” ucap salah satu pria.

“Hei, mungkin saja anak itu adalah adiknya, tau,” ucap salah satu pria lain.

“Oh, bagus dong kalau begitu, dia juga bisa ikut dengan kita.”

“Hmm,” Veira mendengus dengan ketidaktertarikan yang dingin. “Manusia biasa seperti kalian punya cukup keberanian juga untuk memiliki nafsu seksual terhadapku?” Mata emasnya bersinar mengancam.

“H-Hei, Veira,” bisik Leonis, panik karena nuansa berbahaya yang Veira pancarkan.

Ratu Naga itu terpaksa harus membuang tubuhnya yang telah dirusak oleh Void, dan telah kehilangan sebagian besar kekuatannya. Namun bahkan dalam wujudnya saat ini, Veira masih memiliki lebih dari cukup kekuatan untuk meratakan area ini. Dan tentunya, hanya sedikit kemarahan ini saja sudah baginya untuk...

Bang!

...membuat kap kendaraan yang dinaiki tiga pria itu meledak dengan keras.

“Eeeeeeh!”

Para pria itu langsung panik dan melarikan diri, tampak ketakutan oleh ledakan yang tiba-tiba terjadi itu.

“...Hei. ‘kan aku sudah bilang padamu untuk jangan menyebabkan kekacauan apa pun,” tegur Leonis, kesal.

Tapi, dengan tangannya di pingganggnya, Veira hanya mengangkat bahunya, “Oh, ayolah. Untuk menghormatimu aku bahkan sudah menahan diri untuk tidak mereduksi mereka menjadi abu.”

“...Tsk, ayo pergi dari sini sebelum penjaga kota datang,” ucap Leonis, meraih lengan Veira dan menarik gadis itu untuk berlari.

“Apa? Apa sekarang kita bermain kejar-kejaran?” cibir Veira.

---

“...Aduh, aku kehilangan jejaknya Leo!”

“Jangan khawatir, aku sudah melacakanya dari terminalnya.”

Dua sosok bayangan kecil sedang bersembunyi di balik bangungan saat mereka menyaksikan ledakan kecil itu; seorang bangsawan dan pelayannya, Riselia dan Regina.

Ini dimulai sekitar tiga puluh menit yang lalu. Karena Leonis tidak kunjung keluar dari kamarnya, mereka berdua jadi curiga. Karenanya, dengan menggunakan wewenangnya sebagai walinya Leonis, Riselia menggunakan kunci masternya untuk memasuki kamar Leonis..., tapi kamar itu kosong, dan jendela kamarnya terbuka.

“Gawat, Regina! Leo diculik!”

“Tenang, Lady Selia, kita bisa mencari tahu di mana dia menggunakan fungsi terminal walinya.”

Berkat Regina, mereka pun bisa mengikuti Leonis dengan menggunakan kendaraan. Namun, menilai berdasarkan situasinya, itu jelas tidak terlihat seperti Leonis sedang diculik.

“Kesannya seperti..., mereka sedang kencan,” gumam Riselia, cemberut.

“Dari sudut pandangku sih, mereka lebih terlihat seperti kakak-adik,” ucap Regina.

“Tapi ‘kan aku kakaknya!” protes Riselia.

“Lah? Mengapa kau malah bertingkah seperti ini adalah persaingan? Lagian, memangnya siapa gadis itu?”

“Aku gak tahu. Leo cuman bilang padaku kalau gadis itu adalah teman lamanya...”

“Hmm... Leo umurnya sepuluh tahun, apa dia bahkan sudah hidup cukup lama untuk memiliki ‘teman lama’?” tanya Regina, merasa curiga. “Yah, intinya, sepertinya gadis itu tidak menculik Leo, jadi itu melegakan.”

“T-Tidak, itu tidak melegakan!” keluh Riselia. “Aku walinya Leo; Aku harus memastikan kalau kenalannya itu bukan pengaruh yang buruk untuknya!”

“Ya, ya, suka-suka kamu aja lah, Lady Selia...,” gumam Regina sembari menatap terminalnya. “Oh, mereka berdua pergi ke mal.”

“Ayo kejar mereka!” Tanpa menunggu jawaban Regina, Riselia bergegas pergi.

“Ah, tunggu aku, Lady Selia...”

---

Blok kedua Assault Garden Ketujuh dikenal sebagai Kota Tua. Tidak seperti gedung-gedung tinggi di Central Garden, blok itu adalah area sempit yang penuh dengan bangunan kayu sederhana, dan kebanyakan penghuninya mengenakan pakaian yang agak aneh yang menyerupai rok panjang. Itu merupakan pakaian tradisional Anggrek Sakura, sebuah negara kepulauan yang penuh harga diri yang berada di lepas pantai benua selama tiga ratus tahun.

Beberapa blok Assault Garden Ketujuh digunakan sebagai fasilitas relokasi bagi para pengungsi yang kehilangan rumah mereka karena penjajahan Void. Nah, Kota Tua adalah salah satu tempat seperti itu.

Di area Assault Garden Ketujuh yang eksotis itu, seorang gadis remaja sedang berjalan-jalan ditemani seekor anjing besar.

“Maaf ya, Fluffymaru, tapi peraturan di sini mengharuskan kamu diikat kalau mau diajak jalan-jalan,” ucap gadis berambut biru dengan nada meminta maaf, sambil mengangkat tali yang dia maksud.

“Guk!” anjing hitam itu menggonggong padanya sebagai tanggapan.

Sakuya Sieglinde merupakan seorang gadis yang berasal dari Anggrek Sakura. Dia adalah tumbak utama peleton ke-18 dan memegang rekor pembunuh Void terbanyak. Akhir-akhir ini, dia mulai membawa anjing liar yang ia temukan berkeliaran di dekat asrama Hraesvelgr saat berjalan-jalan di area yang menjadi rumah keduanya ini.

“Aku tidak bisa membawamu masuk ke asrama, tapi setidaknya aku bisa membawamu ke kediaman ini.”

Setelah mengatakan itu, Sakuya berhenti di depan gerbang megah yang menghalangi jalan masuk ke dalam bangunan megah. Dia kemudian mendorong gerbang itu, dan gerbang itu langsung memberinya jalan dengan mudah. Benda baja itu mungkin kelihatannya tampak tua, tapi itu punya sistem otentikasi biometrik yang digerakkan oleh mana.

Sakuya pun melangkah masuk ke tempat itu, dan pemandangan yang dipenuhi dengan tanaman hijau, taman bergaya Anggrek Sakura, langsung menyambutnya. Semua pohon-pohon yang ada di situ bukanlah pohon yang disesuaikan dengan lingkungan yang menggunakan air yang disaring dari laut, melainkan pohon alami yang ditransplantasikan yang sebelumnya tumbuh di ladang dan pegunungan Anggrek Sakura. Tanaman-tanaman itu meiliki nuansa yang berbeda dibandingkan dengan tanaman buatan.

“Tunggu di sini sebentar ya. Aku mau pergi berbicara dengan Raiou-dono,” ucap Sakuya, sambil mengikat tali Fluffymaru di salah satu pohon.

Anjing itu pun dengan patuh mulai berbaring di tanah.

“Anjing pintar...” Sakuya menepuk kepala anjing itu dengan lembut.

Kemudian, tepat saat dia hendak memasuki bangunan megah yang ada di situ...

“Persiapakan dirimu, Putri Sakuya...!”

“Persiapkaaaaaaan dirimuuuuu!”

...Tanah di sekitarnya tiba-tiba melonjak, dan dua sosok kecil berpakaian hitam muncul dengan membawa pedang.

“Pedang Suci, Aktifkan—Raikirimaru!”

Sakuya segera memanggil Pedang Sucinya, wujud pedang yang mewakili kekuatan batinnya. Sebuah pedang yang dibaluti sulur listrik pun terbentuk di tangannya.

Gerakan petir!”

Dengan ringan Sakuya menendang tanah di bawahnya, dan kemudian dia langsung menghilang bagaikan kepulan asap, membuat pedang kedua orang yang menyerangnya hanya menebas udara kosong. Petir kemudian menyambar pedang mereka, meninggalkan bau hangus dan terionisasi. Rupanya, Sakuya telah bergerak ke belakang kedua penyerang itu dalam sekejap mata.

“Percepatan tahap pertama. Kurasa, ini hanya sedikit lebih lambat dari kecepatan suara.”

Raikirimaru terayun di udara dengan sangat cepat, menjentikkan pedang kedua penyerang dari tangan mereka. Kedua orang itu sontak tampak terkejut dengan adegan yang baru saja terjadi.

“...!”

“Tidak mungkin!”

“Sudah cukup, Eika, Kuroyuki!” Suara bergemuruh terdengar di halaman, dan kedua orang berbaju hitam itu langsung tampak membeku. Seorang pria tua berambut putih muncul di depan kediaman itu. “Kemampuan anda telah meningkat, Putri Sakuya...”

“Lama tidak bertemu, Raiou-dono,” jawab Sakuya,

---

“Sungguh, dari hari ke hari anda jadi semakin terlihat seperti Putri Sestura.”

Duduk di teras di depan danau besar di taman, pria berambut putih, Raiou, tersenyum sambil menatap Sakuya yang sedang menyeruput teh.

“Begitukah? Yah, mungkin aku memang membuat rambutku tumbuh sedikit lebih panjang...,” jawab Sakuya sambil meletakkan cangkir tehnya di lantai. “Tapi Setsura itu sangat cantik.”

“Anda sendiri juga cantik, Putri Sakuya!”

“Ya, itu benar!”

Kedua gadis yang sebelumnya menyerang Sakuya kini dengan penuh semangat memberikan pujian mereka. Eika dan Kuroyuki adalah anak-anak dari Murakumo, klan pengikut bersenjata yang melayani keluarga kerajaan Anggrek Sakura. Raiou menerima mereka di bawah naungannya setelah mereka kehilangan orang tua mereka karena Void.

Raiou sendiri merupakan seorang pengikut keluarga kerajaan lama, dan dia telah menjadi guru pedang Sakuya sejak gadis itu masih kecil. Semenjak Sakuya membangkitkan Pedang Sucinya dia telah menjadi lebih kuat dari Raiou, tapi  gadis itu masih sering mengunjungi kediaman Raiou dari waktu ke waktu untuk meminta wejangannya.

“Ngomong-ngomong, Putri Sakuya, ada apa dengan anjing yang di sana itu?” tanya Raiou, menatap ke arah Blackas yang berbaring di beranda.

“Oh, itu Si Hitam Fluffymaru.”

“Guk, guk!”

“Fufufufu, kau sungguh menyukai nama itu, bukan?”

Blackas menggelengkan kepalanya, mendorong Sakuya untuk menepuknya dengan lembut.

“A-Apa anjing itu tidak menggigit?”

“A-Apa anjing itu tidak galak?”

Eika dan Kuroyuki menanyakan itu dengan penuh rasa ingin tahu.

Mendengar pertanyaan mereka, Sakuya menganggukkan kepalanya. “Jangan khawatir, dia sangat jinak. Nih, makan ini.” Dengan lembut Sakuya mengangkat onigiri di depan mulut Blackas. Anjing itu mengendus onigiri itu beberapa kali sebelum ia mengunyah makanan itu dengan rahangnya yang besar.

“Hmm, bagiku dia lebih seperti serigala yang bermartabat daripada anjing,” ucap Raiou dengan suara pelan, tampak terkesan dengan hewan itu sebelum dia kembali mengarahkan pandangannya ke arah Sakuya. “Jadi, apa anda datang menemui saya untuk membahas tentang hewan ini?”

“Ya, aku ingin tahu apa aku bisa menitip si Hitam Fluffymaru di kediaman ini. Soalnya cukup sulit memeliharanya di asrama akademi,” jelas Sakuya.

“Saya tidak keberatan sih, tapi...” mata Raiou menyipit saat dia menatap mata emas Blackas.

Melihat Raiou sedikit menumbuhkan rasa gelisah, Sakuya memanggilnya, “Raiou-dono?”

Setelah jeda singkat, Raiou mendongak dan menggelengkan kepalanya.

“Kalau boleh terus terang, menurutku tidak ada orang yang mau untuk memelihara makhluk yang penuh dengan kebanggaan diri seperti ini, Putri Sakuya.”

“Hah?” Sakuya segera menoleh ke arah Blackas dengan ekspresi yang tampak terkejut.

“Aku yakin kalau serigala ini terlahir sebagai raja. Soalnya ia memiliki nuansa seorang penguasa,” ucap Raiou.

“Begitu ya,” gumam Sakuya. “Jadi kau bukan sekadar anjing liar biasa, ya, Fluffymaru?”

“Guk!” Blackas mengangguk dengan penuh semangat.

Sejak masih kecil, Sakuya selalu mempercayai pendapat dan sudut pandang Raiou. Karenanya, jika Raiou mengatakan kalau dirinya tidak pantas untuk memelihara hewan ini, maka tidak diragukan lagi kalau kata-katanya itu adalah benar.

“Baiklah. Kalau begitu aku akan melakukan apa pun yang bisa kulakukan untuk melindungimu dari pematrol akademi,” ucap Sakuya, sambil dengan lembut menepuk punggung Blackas.

Raiou kemudian mengarahkan tatapan tajam ke arah Sakuya. “Putri Sakuya, tentunya anda ke sini tidak hanya untuk membahas soal itu, kan?”

“...Ya,” ucap Sakuya. “Sungguh, kau benar-benar orang yang peka.”

Raiou melirik Eika dan Kuroyuki, tanpa berkata-kata bermaksud meminta mereka untuk pergi. Dalam diam mereka berdua menurut dan pergi meninggalkan Raiou dan Sakuya.

Kemudian, setelah menarik napas, Sakuya mulai berbicara. “Sepertinya orang-orang yang memiliki kekuatan yang sama sepertiku mulai muncul.”

“...Kekuatan yang sama dengan anda, Putri?”

“Ya. Pedang Iblis.”

Pedang Iblis merupakan kekuatan yang berbeda dari Pedang Suci yang diberikan oleh planet ini kepada umat manusia. Pedang Iblis merupakan senjata yang menampung kekuatan yang gelap dan jahat. Sakuya sendiri mulai memiliki Pedang Iblis ketika dia berusia enam tahun.

Dia tidak akan pernah bisa lupa tentang bagaimana itu bisa terjadi. Itu adalah hari yang sama ketika Void menghancurkan Anggrek Sakura. Kala itu hati Sakuya terbakar oleh amarah karena kehilangan orang tua dan saudarinya, dan saat itulah seseorang muncul di hadapannya, sesosok bayangan menakutkan yang menyebut dirinya rasul dewi.

Bayangan itu mengulurkan tangannya ke arah Sakuya, dan berkata, “Jika kamu menginginkan kekuatan, rangkullah kehampaan.”

Anehnya, saat itu Sakuya tidak merasa takut. Dan tentunya, pertanyaan itu bukanlah pertanyaan ya atau tidak, bagaimanapun juga tidak ada alasan baginya untuk menolak tawaran itu. Dan pada hari itulah, Sakuya diberikan kekuatan Pedang Iblis dan menjadi pendekar pedang iblis yang pendendam.

Menggunakan senjata itu akan secara bertahap merusak tubuhnya dengan kekuatan Void. Namun meskipun dia mengetahui hal tersebut, Sakuya membiarkan kekuatan Void merusakanya dan menggunakan kekuatan Pedang Iblis itu untuk menebas Void.

Jika aku ingin membunuh pria itu, maka aku memerlukan semua kekuatan yang bisa aku peroleh.

Pria yang merenggut orang tuanya, saudairnya, dan tanah airnya disebut Void Lord Shardark, Void berwujud manusia.

Melihat mata sakuya dipenuhi dengan sorot mata yang dingin dan tajam, Raiou memandangnya dengan ekspresi sedih. “Saya mengerti. Murakumo akan mengerahkan semua upaya mereka untuk menyelidiki rumor tersebut.”

“Terima kasih, aku sangat menghargai itu.” Sakuya menundukkan kepalanya pada pria tua itu. Saat mereka berdua terus membicarakan tentang masalah tersebut, serigala hitam yang duduk di beranda mendengarkan percakapan mereka dengan saksama.

---

Berpisah dengan kakaknya, Elfine kembali ke Assault Garden Ketujuh dan memanggil individu tertentu. Mereka memilih untuk ketemuan di sebuah kedai kopi di gedung komersial besar di Central Garden. Pada jam seperti ini, cuman ada sedikit orang yang duduk di meja di kedai itu, jadi Elfine tidak perlu khawatir kalau-kalau ada orang yang akan mendengarkan mereka.

Perangkat memori yang kakaknya berikan padanya penuh dengan rincian tentang eksperimen yang dilakukan Perusahaan Phillet yang bekerja sama dengan pihak militer.

Secara paksa mengembangkan Pedang Suci untuk memungkinkan umat manusia melampaui fase kedua Pedang Suci...

Menurut data, Perusahaan Phillet memberikan obat-obatan kepada subjek dan telah menjalankan beberapa percobaan, termasuk manipulasi mental. Percobaan-percobaan itu terus menghancurkan mental subjek hingga tidak bisa lagi diperbaiki. Pada akhirnya, percobaan itu tidak memberikan mereka hasil yang mereka inginkan.

Ini benar-benar gila.

Kekuatan Pedang Suci terhubung dengan jiwa dan mental penggunanya. Saat Pengguna Pedang Suci menjadi dewasa, senjata mereka pun juga demikian. Namun, ada juga kebalikan dari itu. Peristiwa traumatis bisa membuat seseorang kehilangan sebagian atau bahkan seluruh kemampuan Pedang Suci mereka.

Aku adalah contoh sempurna dari itu, pikir Elfine dengan senyum mencela diri sendiri saat dia meraih gelas airnya.

“Apa aku membuatmu menunggu?”

Mendengar itu, Efline segera menoleh ke asal suara tersebut. Di sana dia melihat seorang pria muda bertubuh besar berambut pendek berwarna merah. Pria itu adalah Liat Guinnes, Pengguna Pedang Suci yang baru-baru ini menyelesaikan misinya saat dikirim oleh Akademi Excalibur ke Assault Garden Keenam. Misinya adalah ikut serta dalam ekspedisi ke tundra, menjaga orang-orang yang menggali balok es.

Enam bulan yang lalu, pria itu adalah kapten dari peleton ketujuh, skuad yang dimana Elfine juga pernah menjadi anggota di dalamnya. Elfine terakhir kali melihat Liat saat Festival Cahaya Suci.

“Maaf karena tiba-tiba memanggilmu seperti ini,” ucap Elfine meminta maaf.

“Gak masalah. Toh aku masih menganggap diriku sebagai kaptenmu.”

“Makasih.”

Liat pun duduk di kursi di seberang Elfine. “Jadi, apa yang mau kau bicarakan denganku?”

“Tentang itu...” Elfine menarik napas dalam-dalam sebelum ia melanjutkan ucapannya. “Apa kau pernah mendengar perihal insiden Pedang Suci yang lepas kendali di akademi akhir-akhir ini?”

Mendengar ucapaan Elfine, ekspresi Liat menegang untuk sesaat. “...Di mana kau mendengar tentang itu?”

“Menurutmu aku ini siapa?” tanya Elfine dengan nada yang datar.

“...Penyihir peleton ketujuh yang bisa mengetahui segala hal. Kami biasanya memanggilmu seperti itu,” jawab Liat, sambil mengangkat bahunya seolah-olah menyerah untuk mendebatkan soal itu.

Seseorang telah mengambil alih eksperimen Proyek D yang gagal dan melanjutkannya di sini di Assault Garden Ketujuh di dalam Akademi Excalibur.

Untuk mengkonfirmasi kebenaran dari apa yang kakaknya katakan padanya, Elfine telah menggunakan Astral Garden untuk mengakses biro administrasi dan menganalisis data. Saat itulah dia menemukan data bahwa selama beberapa minggu tearkhir Pedang Suci dari beberapa siswa-siswi telah lepas kendali karena alasan yang tidak diketahui.

Elfine memiliki firasat bahwa Liat yang merupakan bagian dari komite eksekutif mungkin mengetahui rahasia tertentu. Terbukti, firasatnya itu benar.

“Ya, akhir-akhir ini ada beberapa kejadian di mana siswa-siswi kehilangan kendali atas Pedang Suci mereka. Itu menjadi fokus perhatian kami di komite eksekutif.”

“Apa biro administrasi tidak berniat untuk mengumumkan soal itu ke publik?”

“Tidak, itu cuman akan menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu di antara warga sipil.”

“Kau benar...” Elfine bisa mewajarkan keputusan tersebut. Pengguna Pedang Suci harus dilihat sebagai pahlawan yang melindungi orang-orang dari Void. Hilangnya kepercayaan itu bisa menimbulkan kerusuhan warga sipil.

“Apa biro sudah mengetahui penyebab di balik kejadian ini?” tanya Elfine.

“Mereka mengatakan bahwa penyebabnya masih sedang diselidiki. Dan mengingat sebelumya aku ditugaskan di Assault Garden Keenam, jadi aku tidak begitu tahu soal rincian kejadian ini. Beberapa orang berspekulasi ini disebabkan keterkejutan mental karena menyaksikan Void Stampede, atau mungkin efek dari serangan mental Void.”

Sekitar dua bulan yang lalu, Assault Garden Ketujuh telah melalui Void Stampede. Bagi kebanyakan siswa, itu adalah pertempuran sungguhan pertama mereka melawan Void. Mengingat fakta tersebut, tidak mengejutkan jika beberapa siswa mengalami peningkatakan emosi yang tidak stabil.

“Oh iya...” seru Liat. “Semua orang yang kehilangan kendali Pedang Suci mereka mengatakan sesuatu tentang mereka mendengar suara.”

Kening Elfine sontak mengernyit, “...Suara?”

“Ya, mereka bilang seorang dewi berbicara kepada mereka di pikiran mereka.”

“Suara...dewi...”

“Bisa jadi itu adalah gejala halusinasi pendengaran. Dan yah, itu saja sih yang aku tahu. Dan aku yakin aku tidak perlu memberitahumu kalau semua ini adalah informasi rahasia komite eksekutif.”

“Ya, aku tahu itu. Makasih, Liat,” jawab Elfine, sambil menundukkan kepalanya pada Liat dengan penuh rasa terima kasih.

Jadi biro administrasi Akademi Excalibur terlibat dengan Proyek D, tapi... ‘Dewi’ yang Liat sebutkan membebani pikiran Elfine. Aku harus menggali lebih dalam lagi dan melihat apakah Perusahaan Phillet masih terhubung dengan ini.



Post a Comment

Previous Post Next Post