Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 4 - EX 1

EX 1
Setelah Melarikan Diri


Saat masih kecil, aku merasa bingung saat melihat sosok ibuku di televisi. Padahal ibu ada tepat di sampingku, tapi ibu yang muncul di tv adalah ibu yang tidak aku kenal. Dia menjadi pelayan kafe, detektif, dokter—pokoknya semua peran yang dia mainkan sangat berkilau dans keren di mataku.

Melihatnya yang seperti itu, itu membuatku berpikir selayaknya anak kecil pada umumnya; suatu hari nanti aku ingin menjadi sekeren ibuku.

Tentunya, aku sadar kalau aku tidak punya bakat yang hebat. Dan lagi, sejak awal bahkan ibuku pun adalah aktris yang menghilang tanpa adanya reputasi yang tinggi. Karenanya, mungkin aku seharusnya tidak memimpikan hal seperti itu.

Setelah pulih dari syok akan perceraian orang tuaku berkat Hiromichi-kun yang kutemui di tempat penitipan anak, di SD dan SMP aku bergabung dengan klub drama, tapi peran yang kumainkan semuanya hanyalah peran sampingan. Aku tidak pernah diberikan peran yang mencolok. Namun..., setelah aku masuk SMA, segala sesuatunya mulai bergerak ke arah yang bahkan aku sendiri sulit untuk mempercayainya.

Semuanya berawal ketika ketua klub drama, Yagami, seorang penulis SMA yang terkenal, tertarik dan memperhatikanku. Dia memilihku sebagai bintang di festival budaya, mengunggah beberapa foto acakku saat di kemah pelaithan di media sosial yang membuatku terkenal dan muncul di televisi, dan sekarang, dia mempertemukan aku dengan seorang produser film.

Ini benar-benar perkembangan karir yang tidak biasa. Bahkan aku pribadi pun merasa terheran-heran. Lagian, ini sudah selayaknya kisah Cinderella.

Sungguh, sejak masuk SMA aku benar-benar telah diberkahi dengan keberuntungan yang luar biasa. Selain aku bisa menjalin hubungan asmara dengan seorang anak laki-laki yang kupikir tidak akan kutemui lagi, aku bahkan bertemu kembali dengan saudari kembarku  yang telah lama berpisah denganku.

Orang-orang mengatakan bahwa sekali dalam seumur hidup, akan ada waktunya ketika seseorang berlayar di perairan keberuntungan yang mengalir dengan baik. Aku yakin, saat ini aku sedang berada dalam waktu yang mereka bicarakan itu.

Karenanya—jika saat ini aku tidak melakukan semua yang bisa aku lakukan, aku tidak akan pernah mendapatkan kesempatan gemilang seperti ini lagi.

Impianku sejak masih kecil. Tempat aku bisa bekerja keras dalam memenuhi impianku untuk memasuki dunia yang sama dengan ibuku.

Itu sebabnya, dengan semua keberanian yang bisa aku kumpulkan, aku meraih impianku.

Aku mencoba meraih tangan produser yang ingin membuatku beperan dalam sebuah film, tapi....,

“Oh, sekarang kau cantik sekali, Haruka-chan. Apa kau masih ingat aku?”

Aku lupa.

Aku lupa dengan kisah tentang seseorang yang terbang untuk menggapai mimpi yang tak layak dia gapai, jatuh ke tanah saat sayap lilinnya terbakar.

XXX

“———”

Di undangan makan malam dengan ketua klub drama dan seorang produser film. Saat aku melihat wajah pria yang datang terlambat itu, aku langsung lupa cara untuk bernapas. Padahal mulutku bergerak-gerak layaknya ikan yang terdampar di pantai, tapi meski begitu sulit bagiku untuk bernapas.

“Hm? Mungkinkah kau tidak mengingatku?"

Pria itu menampilkan senyum kecut di wajahnya yang rupawan tanpa adanya noda atau janggut, dan dia menggaruk-garuk rambut bergelombangnya seolah-olah dia berada dalam masalah.

Tentunya, apa yang dia katakan itu salah, Aku tidak lupa dengannya,

...Lagipula, bagaimana bisa aku melupakannya?

Bahkan setelah sepuluh tahun pun, aku masih mengingatnya dengan sangat jelas.

Bagaimanapun juga...,

“Ti-Tidak. Kau Takashi Takao-san, kan?”

Dia adalah pria yang selingkuh dengan ibuku dan menghancurkan keluarga kami.

“Oh, syukurlah. Jarang-jarang ada gadis yang bisa melupakan wajahku, jadi aku sedikit gugup.”

Mendengar kata-kataku, Takao-san tampak merasa lega.

Tapi, sikapnya yang lembut itu justru membuat kebingunganku semakin menjadi-jadi.

Mengapa pria ini muncul? Seorang pria yang kata benci saja masih tidak cukup untuk menggambarkan pendapatku tentangnya, dari semua hari, mengapa dia muncul hari ini di tempat ini? Parahnya lagi..., dia muncul sambil menampilkan senyuman di wajahnya.

Tadi kata-kata produser tentang pria ini adalah orang yang kenal dengan ibuku dan ingin bertemu denganku, tapi aku dan pria ini bukanlah orang yang akan merasa bahagia ketika bertemu lagi..., lantas mengapa——

“Baiklah, karena Takao-san sudah datang, ayo kita pindah ke restoran. Aku tahu kalian ingin banyak berbincang-bincang setelah lama tidak bertemu, tapi ngobrolnya sekalian sambil makan malam saja.”

Terlepas dari otakku yang kebingungan, Itoi-san yang ketua perkenalkan padaku hari ini mulai berdiri dari sofa.

“Itoi-san, Itoi-san, hari ini makan malamnya apa?”

“Hidangan yang sesuai dengan permintaanmu, hidangan lengkap gibier cuisine.”

“Yay! Aku suka sekali denganmu Itoi-san karena selalu membeli membelikan apa pun yang aku minta.”

“Yah, lagian sejak awal itu bukanlah uang pribadiku. Dan juga, aku menikmati makan segala macam hal yang menarik saat bersamamu, Yagami-sensei.”

“Ooh, produser berbakat film bergenre northern memang jempolan!”

Ketua pun juga berdiri dari sofa dan mengikuti produser.

“Gibier, ya? Aku tahu aku harusnya tidak mengeluh apa-apa karena disuguhi makanan, tapi..., tidak ada daging yang aneh-aneh, kan?”

“Tentu saja tidak. Paling-paling daging rusa, atau kelinci...”

“Hoo, baiklah kalau begitu——”

“Oh, tapi untuk hidangan utamanya adalah miso otak domba sesuatu permintaan Yagami-sensei.”

“E-Eh?! Ya-Yagami-chan, kamu makan miso otak domba?”

“Justru sebaliknya. Aku belum pernah memakannya, jadi aku ingin mengambil kesempatan ini untuk mencobanya. Lagian, kemampuan penulis hanya bisa ditingkatkan dengan melalui pengalaman. Aktor pun juga demikian, bukan?”

“...Haah, bisakah nanti aku mendapatkan hidangan utama yang berbeda?”

Tau-tau saja, hanya tersisa aku yang masih duduk.

Segera setelah ini, mereka akan naik lift di luar kedai kopi dan menuju ke restoran di lantai paling atas.

Duh, aku harus gimana nih?

Aku bisa merasakan keringat dingin membasahi punggungku seolah-olah habis disiram dengan air.

Pikiranku begitu campur aduk oleh pertemuan yang  tak pernah kubayangkan ini sampai-sampai aku tidak punya nafsu makan.

...Yang jelas, saat ini aku butuh waktu. Aku butuh waktu untuk menenangkan perasaanku, untuk menenangkan gejolak ini. Karenaya, aku mulai buka suara.

“Erm, maaf.”

“Ada apa, Haruka-chan?”

“Erm,.., bolehkah aku pergi ke toilet terlebih dahulu?”

Entah apakah itu adalah alasan yang bagus yang dapat dipikirkan oleh seorang gadis yang sebentar lagi berusia 16 tahun? Tapi saat ini aku tidak punya waktu untuk merasa malu dengan hal semacam itu.

Itoi-san pun adalah orang yang sudah dewasa. Karenanya, tanpa tertawa, dia dengan senang hati mengangguk.

“Ya, silahkan. Kami akan menunggu di sini.”

“Cepetan ya! Perutku sudah keroncongan.”

Aku meminta maaf kepada ketua dan segera melarikan diri ke toilet untuk menenangkan emosiku yang beriak-riak bagaikan air yang dilemparkan batu besar.

XXX

Aku pergi ke toilet kafe untuk menjauh dari Takao-san, tapi entah seberapa banyak aku mencoba untuk menenangkan diriku, ombak di permukaan hatiku tidak kunjung tenang.

Tapi, itu adalah hal yang wajar. Lagipula aku bahkan tidak tahu alasan mengapa Takao-san datang menemuiku.

Ketitaktahuan itu membuatku semakin merasa gelisah.

Tidak mungkin aku bisa tenang dalam situasi ini. Tapi...

“Aku tidak boleh terlihat seperti ini terus-terusan...”

Aku menegur diriku sendiri di pantulan cermin di westafel.

Ingat. Ingat apa tujuanku datang ke tempat ini hari ini? Bukankah aku datang ke sini untuk membuat koneksi ke dunia yang kuimpikan yang bisa dimungkinkan oleh banyak keberuntungan?

Berkat ketua, aku bisa bertemu dengan produser film dan tiba-tiba menerima tawaran untuk memerankan peran sampingan dalam sebuah film, jadi ini adalah awalan yang sangat baik.

Tapi tentunya, ini semua berkat bantuan kekuatan dari ketua. Ini bukan berkat kekuatanku saja. Ketua telah memberiku kesempatan. Waktunya pasti akan tiba untuk menguji apakah kekuatan cengkeramanku dapat memegang dan memanfaatkan kesempatan itu dengan baik.

Karenanya, aku tidak boleh terlihat seperti ini di depan produser.

Aku tidak akan bisa meningglkan kesan baik jika aku terlihat ketakutan seperti ini.

Aku harus tenang.

Apalagi, aku datang ke sini dengan perasaan tidak enak pada Hiromichi-kun karena telah membatalkan kencan fetival kami di menit-menit akhir, tapi dia memaafkanku dan bahkan menyemangatiku.

Itu sebabnya, dengan ringan aku menampar kedua pipiku sendiri untuk mendapatkan kembali semangatku.

Aku khawatir dengan kemunculan Takao-san yang tak terduga, tapi saat ini aku harus mengabaikannya. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi aku yakin dia tidak akan berani melakukan sesuatu yang aneh di depan produser dan ketua.

Sekarang aku harus meraih kesempatan yang datang ini.  Hanya itu saja yang harus aku pikirkan.

Setelah meyakinnkan diriku seperti itu, aku meninggalkan toilet sambil mengenakan armor keberanian.

“Yo, wajahmu terlihat pucat loh, Haruka-chan?”

Tapi, armor keberanian itu dengan cepat hancur ketika aku berhadapan langsung dengan Takao-san.

“Ta-Takao-san, mengapa..., kau ada di sini?”

“Yah, aku juga ingin pergi ke toilet.”

Dia bohong.

Takao-san bersandar di dinding lorong di depan toilet, tidak mungkin kami hanya kebetulan bertemu di sini.  Dia pasti menunggu, dan fakta itu membuatku takut.

Aku harus melarikan diri. Aku harus segera keluar dari situasi ini.

“Be-Begitukah? Kalau begitu, aku pergi dulu.”

“Tunggu.”

“Hii!!!”

Saat aku hendak berlari melewatinya, dia mencengkeram bahuku dengan kasar. 

Aku tidak ingat kapan terakhir kali tubuhku disentuh oleh seseorang dengan impunitas seperti ini? Karenanya, ini membuat sebuah jeritan kecil keluar dari bibirku.

Tapi, Takao-san tidak melepaskan cengkeramannya di bahuku, dia justru menarik tubuhku lebih dekat dengan jari-jarinya, dan kemudian bergumam pelan di telingaku.

“Kelihatannya, kau tahu kalau aku datang ke sini bukan untuk memberi selamat atas naiknya karir seorang gadis yang aku kenal. Dan yah, itu benar.”

“......!”

“Sejak aku melihat fotomu yang viral itu, aku merasa seperti aku tidak hidup tahu, Haruka-chan. Bagaimanapun juga, aku berpikir karena kau memiliki hubungan yang dekat dengan Yagami-chan, kau pasti akan datang ke dunia ini. Yah, entah apa pun karir yang ingin kau kejar, itu terserah padamu. Kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan, toh itu adalah hidupmu. Tapi jika karena itu hidupku akan menjadi hancur, tidak mungkin aku akan membiarkannya begitu saja, bukan? Makanya, hari ini aku datang ke sini untuk memberimu peringatan.”

“Peri, ngatan?...?”

Takao-san membalikkan badanku dengan paksa, kemudian memelototiku.

“Ya. Kalau kau ingin berhasil dalam indsutri hiburan ini, jangan mengatakan hal-hal yang tidak perlu.”

“......!”

“Dulu itu aku masih muda, bisa dibilang itu adalah masa ketika aku lumayan ingin melakukan banyak hal. Aku lelah tidur dengan gadis-gadis seusiaku, malahan, aku sudah bosan. Karenanya, aku jadi menginginkan stimulasi yang menantang. Mungkin apa yang kulakukan itu jadi membuatmu berada dalam masalah, dan aku minta maaf soal itu. Tapi..., itu adalah masa lalu.

Sekarang aku sudah menikah dan punya anak. Meski begitu aku masih menjual imej yang bersih sebagai pria dan aktor yang sudah menikah. Aku tidak mau imejku ternoda karena sesuatu dari masa lalu. Bagaimanapun juga, ini bukan hanya tentangku saja, tapi tentang orang-orang yang aku nafkahi.

Value yang kumiliki bukanlah sesuatu yang dapat dikompensasikan oleh anak kecil sepertimu yang menjadi viral di internet, entah seberapa keras kamu berusaha. Kalau kau tidak bertindak dengan pemahaman yang baik tentang itu, kau akan berada dalam masalah besar. Aku adalah orang dewasa. Aku harus melakukan apa pun untuk melindungi semua orang. Kau mengerti maksudku, kan?”

Aku ingin tahu, apakah ini adalah apa yang disebut sebagai katak yang ditatap oleh ular?

Tubuhku bergetar sampai ke intinya dan aku tidak bisa bergerak.

Ditangkap oleh seorang pria dewasa dengan kekuatan yang besar dan memelotiku, tak hanya tidak bisa menahan rasa cemas dan takut, aku bahkan tidak bisa berpaling dari tatapannya yang mengintimidasi.

Aku hanya bisa melakukan apa yang dia inginkan.

Meihatku seperti ini, mata Takao-san menyipit puas.

Mungkin dia mengerti bahwa secara mental aku telah menyerah.

Ekspresinya berubah total seolah-olah berpikir bahwa dia tidak perlu mengancamku lagi. Dia mengubah senyumnya menjadi senyum seorang pria muda yang dulu kuingat sangat ramah, kemudian membelai pipiku dengan gerakan yang familiar.

“Tenanglah, ini bukan persoalan yang buruk untukmu kok, Haruka-chan. Selama kau menjadi anak yang baik. aku akan memperlakukanmu dengan baik pula. Oh iya. Aku juga akan memperkenalkanmu ke produser drama yang akan kuikuti berikutnya. Lembaga penyiaran nasional akan memberimu pembayaran yang baik serta meningkatkan namamu loh, Aku akan mendorongmu menjadi bintang, Haruka-chan. Ayo kita buat situasi win-win diantara kita.”

Wajah yang baik. Suara yang baik. Semua yang dia tunjukkan itu adalah kebohongan.

Dia balik matanya yang menyipit itu, emosi yang gelap menggeliat bagaikan kelabang.

Jika aku mengeluarkan kata-kata yang ceroboh, kelabang itu pasti akan segera merangkak keluar dan menerkamku.

Takut, takut, takut.

Tenggorokanku mati rasa karena ketakutan dan aku tidak bisa berbicara.

Karenanya, yang bisa aku lakukan hanyalah mengangguk.

“Bagus, kau anak yang baik.”

Setelah mengatakan itu, Takao-san akhirnya melepaskan tangannya dari bahuku.

Dan setelah dia masuk dan menghilang ke toilet pria, aku akhirnya bisa kembali benapas.

“Haah..., hah, hah, hah!”

Saat oksigen beredar ke seluruh tubuhku, pikiranku yang lumpuh mulai beroperasi.

...Aku akhirnya tahu mengapa dia datang ke sini.

Dia takut aku akan memberitahu dunia tentang apa yang pernah dia lakukan di masa lalu.

Dia datang ke sini untuk membuatku diam.

Padahal, aku sama sekali tidak ada niatan membicarakan masa lalu. Aku tidak bisa memaafkannya dan membencinya, tapi aku tidak ingin terlibat lagi dengannya bahkan untuk balas dendam. Bagaimanapun juga, perasaan itu lah yang jauh lebih kuat.

Tapi sepertinya, pihak lain tidaklah demikian.

Dia tidak tahu kapan aku akan buka mulut dan mengancam kedamaiannya saat ini. Karenanya, selama aku mencoba untuk tinggal di dunia industri ini, ke mana-mana pun dia pasti akan terus mengikutiku.

Terus, terus, terus mengikutiku.

Matanya yang mengerikan itu—selalu memelototiku dari suatu tempat.

“Uugh~~~~!”

Ini..., ini adalah pertama kalinya dalam hidupku ada orang dewasa yang mengarahkan [kebencian] yang begitu kuat terhadapku. Apalagi, itu dari orang dewasa yang memiliki kekuatan dan otoritas untuk melakukan apa pun yang dia inginkan padaku jika dia mau.

Memikirkan itu membuat rasa takutku menjadi tak tertahankan. Tubuhku bergetar dan pandanganku kabur karena air mata. Setiap kali aku menghembuskan napas, isak tangis keluar dan tak bisa berhenti. Aku tidak berpikir aku yang berada dalam kondisi saat ini bisa pergi ke restoran untuk makan malam dengan pria itu.

Karenanya, tau-tau saja—aku sudah melarikan diri.

Aku membuang tekad yang kupertaruhkan hari ini, keluar dari hotel dan berlari di jalanan malam.

Aku ingin menjauh dari pria itu sebisa mungkin.

Meskipun aku jatuh dan lecet, aku bahkan tidak mempedulikan rasa sakitnya.

Hatiku dipenuhi dengan rasa takut dan benci.

Aku harus lari. Aku harus lari. Aku harus lari untuk menjauh dari pria itu dan tempat itu sejauh mungkin.

Tapi kemana?

“Hiromichi-kun...!”

Apa yang terlintas di pikiranku adalah orang yang paling peduli pada diriku. Tempat yang akan melindungiku.

Perasaan dari cengkeraman Takao-san di bahuku tempat dia memegangku masih tersisa layaknya rasa sakit yang kuat.

Pipiku yang disentuh oleh Takao-san terasa gatal seolah-olah ada belatung yang bermunculan.

Menjijikkan.

Menjijikkan.

Menjijikkan.

Hanya Hiromichi-kun yang bisa menyingkirkan hal yang menjijikkan ini.

Aku ingin dipeluk olehnya.

Aku ingin dia menciumku dengan lembut seperti yang biasanya dia lakukan.

Jika aku tidak memintanya melakukan itu, aku yakin emosiku akan lepas kendali.

Karenanya, aku tidak pulang ke rumahku, melainkan pergi ke rumahnya Hiromichi-kun.

Hari ini harusnya kami pergi kencan, tapi karena aku membatalkan kencan kami, jadi aku yakin dia ada di rumahnya.

Tapi terlepas dari harapan di pikiranku, lampu di rumahnya Hiromichi-kun tidak menyala. Entah berapa kali pun aku menekan bel, tidak ada jawaban yang datang.

Sepertinya, Hiromichi-kun lagi keluar rumah.

Mungkinkah dia pergi melihat pertunjukkan kembang api bersama Wakabayashi-kun dan teman-temannya yang lain?

Rasa sepi yang mengerikan membuat dadaku sesak, dan air mata mulai mengalir dari mataku.

“Kumohon..., tolong aku. Tolong aku, Hiromichi-kun...!”

Menangis dan berteriak, aku mencoba meneleponnya di LINE.

Tapi kemudian, aku sadar bahwa aku telah meninggalkan tasku tempat aku menyimpan ponselku di kafe hotel. Apa yang kubawa di sakuku saat ini hanyalah kartu pelajarku serta kartu komuter Suica.

Aku tidak bisa menhaan ini,

Tapi..., aku tidak mau menyerah dan pulang begitu saja.

Membayangkan bahwa aku akan menghabiskan malam dengan masih merasakan peraaan disentuh oleh pria itu saja sudah membuatku muak. Kepalaku pasti tidak akan bisa menahannya.

Karenanya, aku duduk di depan pintu rumah Hiromichi-kun, menempelkan dahiku ke lututku, dan menunggu dia pulang.

Cepat, cepat, cepat...

“Loh? Kamu kenapa duduk di situ? Mungkinkah kau kehilangan kunci rumahmu?”

Saat aku menunggu, seorang wanita paruh baya yang sepertinya juga merupakan penghuni gedung apartemen ini mendekatiku dengan cemas, tapi saat ini aku tidak bisa memaksakan diriku untuk berbicara dengan siapa pun selain Hiromichi-kun.
 
Karenanya, aku hanya menjawabnya, “Aku baik-baik saja,” dan dengan sabar menungu kembali Hiromichi-kun.

Dengan begitu, aku mendekam sementara waktu.

Saat jarum jam di jam tanganku sudah menunjuk lewat pukul 22:00, aku mendengar suara langkah kaki menaiki tangga.

Saat aku melihat ke arah sumber suara itu, orang yang aku tunggu akhirnya pulang.

“Hiromichi-kun!”

“Haru, ka...?”

Mata Hiromichi-kun membelalak terkejut.

Dia pasti bingung melihatku berada di depan rumahnya mengingat aku telah membatalkan kencan kami hari ini. Tapi sebelum membahas masalah itu, pertama-tama aku ingin melompat ke dadanya terlebih dahulu.

Dengan pemikiran itu, dengan cepat aku berdiri dan mencoba berlari ke arahnya, tapi kemudian...

“Eh——”

Kakiku, yang mencoba berlari menghampirinya, menjadi kaku seperti batu.

Bukan hanya kakiku saja, semua emosi dan pikiranku berhenti saat melihat pemandangan yang terlalu sulit untuk aku pahami.

Sesosok bayangan lain mengintip dari belakang Hiromichi-kun.

Kemudian, cahaya bulan yang jatuh dengan lembut memperlihatkan sosoknya.

Di sana, ada seorang yang berdiri di samping Hiromichi-kun dan memeluk lengannya.

“Mengapa..., kau bersama Shigure, Hiromichi-kun?”

Orang itu adalah..., saudari kembarku, Shigure.



8 Comments

Previous Post Next Post