
Bab 6
Cara yang benar dalam menulis tanzaku saat Festival Tanabata (Bagian 2)
Yuuka menatap ke arah tanzaku-nya yang kuambil. Sedangkan aku, yang saat ini menyembunyikan tanzaku Yuuka di punggungku, menatap ke arah Nihara-san. Di sisi lain—Nihara-san, yang memegang tanzaku milikku, menampilkan ekspresi serius yang luar biasa.
Apa-apaan situasi ini?
“Pertama-tama, maafkan aku, Sakata..., aku telah melihat tanzakumu tanpa izin.”
“Eh.... yah, tidak apa-apa.”
“Aku tahu kalau apa yang kulakukan ini memang buruk, tapi aku punya pertanyaan tentang [dia] yang kau tuliskan.”
Oh, [dia] adalah Yuuna-chan dari gim Alice Stage. Yah, kuharap aku bisa menjawabnya seperti itu dengan segera.
Meskipun aku sering membuat banyak keributan ketika aku berdebat dengan Masa...., tapi karena aku bukanlah komunikator yang baik, jadi aku tidak ingin memulai rumor dengan mengatakan kalau aku seorang otaku.
“Tampaknya memang benar...”
Saat aku terpaku dalam keheningan, entah apa alasannya, Nihara-san mengangguk kecil seakan-akan dia telah mengerti sesuatu.
Kemudian, dia menghela nafas, dan...
“Sudahlah, lupakan saja dia. Kemudian, kau harus memulai hubungan baru, dan dengan begitu kau akan semakin ceria.”
“...Hah?”
Tampaknya Nihara-san mengeluhkan sesuatu kepadaku..., tapi sayangnya, aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia maksud.
Kemudian, di saat aku masih tidak bisa menafsirkan apa yang dia maksud, Nihara-san menghela nafas lagi.
“Dengan wajahmu yang seperti itu..., tampaknya aku benar, kau masih memikirkannya. kan? Dia, masih berada di dalam hatimu.”
“Lah, dia siapa?”
“Tidak usah pura-pura bodoh. Aku sedang berbicara tentang Raimu.”
Raimu.
Saat aku mendengar nama itu, tiba-tiba, kurasakan kalau seluruh darah di tubuhku sontak mendidih.
Luka lama yang kudapatkan mulai terbuka kembali.
Kalau mau diungkapan dalam kesan sindrom kelas delapan, ini terasa seperti “Tenanglah, tangan kananku yang tersegel!”.
“[Semoga Raimu bahagia]..., itu kan maksudmu? Sakata, aku benar-benar serius mengatakan ini, kau harus melupakan Raimu.”
Secara teknis, kaulah yang membuatku jadi ingat tentang dirinya. Lagipula, aku benar-benar hanya memikirkan Yuuna-chan.
Nonohana Raimu.... itu adalah nama yang tidak akan mungkin kulupakan, nama dari teman sekelasku yang kusukai saat aku masih kelas 3 SMP.
Aku yang memiliki kehidupan sebagai otaku menyedihkan..., terbawa dengan suasana dan berpikiran kalau aku adalah pria yang keren.
Bahkan dalam mimpi pun, aku tidak pernah berpikiran bahwa aku akan ditolak oleh gadis yang kusukai.
“Hei, bagaimana kalau kita berpacaran?”
“Erm..., maaf ya, tapi aku tidak bisa berpacaran denganmu.”
Setelah kejadian itu, keesokan harinya, rumor tentang diriku yang ditolak menyebar ke seluruh kelas.
Aku diejek, diolok-olok, yang membuatku jadi tidak mau pergi ke sekolah.
Saat aku terjatuh ke dalam jurang keputusasaan, aku diselamatkan oleh seorang dewi yang bernama Yuuna.
Dan Nonohana Raimu, dialah orang yang melukiskan sejarah hitam yang begitu suram itu kepadaku.
“...Tuh kan! Sakata, kau terlihat seperti akan menangis.”
Lah, pikirmu ini semua gara-gara siapa? Ya ampun, gadis gyaru ini, dia justru bersikap jauh lebih buruk di saat dia sama sekali tidak memiliki niat buruk.
“Tapi yah..., Kakakmu ini bisa mengerti kok kalau segala sesuatunya memang tidak semudah itu bagi dirimu.”
“Sudah kubilang, aku ini bukan adikmu! Kita ini seumuran, tau?”
“Aku ini kakak spiritualmu, Nihara Momono... Sakata, demi dirimu, aku akan melakukan apapun untuk membantumu.”
“Lah, masalahnya aku tidak memintamu untuk membantuku!?”
Meskipun aku menolak dengan jelas, tapi gyaru ini tidak mau berhenti mengoceh.
“Oke, oke. Untuk bisa melupakan cinta lama, maka mesti ada cinta yang baru. Baiklah, aku sudah memutuskan! Aku akan sangat mencintaimu supaya kau bisa slelau tersenyum, Sakata!”
“Sudah kubilang, aku sama sekali tidak memintamu membantuku?”
“Sebelumnya aku sudah menjanjikan ini padamu, tapi di liburan musim panas nanti aku akan memasakanmu makanan yang sangat enak! Kemudian, aku akan tidur bersamu dan membelai kepalamu seperti bayi!”
“Ya ampun, dengarkan kata-kataku, aku tidak butuh ban—mughah?”
Sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku, ada sesuatu yang menekan wajahku, yang membuatku jadi sulit untuk bernapas.
Aku mencium aroma manis yang tak terlukiskan. Dan merasakan perasaan lembut, hangat, dan nyaman...
Eh, apa sih yang kupikirn, situasiku benar-benar buruk sekarang!
“Uggh, guaaah..., pu~ah!?”
Dengan sekuat tenaga, aku menarik wajahku dari sesuatu dan menarik nafas. Dan seperti dugaanku, di hadapanku ada dadanya Nihara-san yang melimpah. Dadanya itu menggoda hingga bahkan belahan dadanya bisa terlihat melalui celah blazernya.
Nihara-san kemudian menyilangkan lengannya sendiri yang membuat dadanya semaki memampang.
“Aduh..., Sakata? Kau bisa memanjakan dirimu sepuasnya, tau! Rasakanlah semua cinta yang bisa kau rasakan. Ayo kita hancurkan masa lalumu itu.”
“Tidak, aku sama sekali tidak butuh itu! Lagian, aku benar-benar sudah tidak memikirkan Raimu lagi...”
“Hubungan seksual yang tidak murni.”
Suatu suara yang yang berada di bawah titik beku menyela percakapanku dan Nihara-san.
Saat aku dengan takut-takut menolehkan wajahku ke asal suara tersebut..., di sana, aku melihat Yuuka melayangkan tatapan dingin yang menakutkan.
“Yuu... Watanae-san?”
“Ini adalah sekolah. Ini bukan tempat di mana kalian harus berbicara perihal cinta atau romansa.”
Lah, memangnya orang yang menulis tanzaku [Aku sangat mencintai Yuu-kun] berhak mengatakan itu?
“Erm, maaf, Watanae-san... Kau memang benar, kita lagi ada di sekolah.”
Mendengar kata-kata Yuuka, Nihara-san dengan cepat melunak dan berjalan kembali ke gedung sekolah.
Dan kemudian, di saat hanya ada aku dan Yuuka saja...
“Erm, Yuu—”
“...Dasar Yuu-kun goblok!”
Begitu Nihara-san pergi, IQ Yuuka langsung turun drastis.
Dan kemudian, meskipun dia sendiri baru saja mengatakan [hubungan seksual yang tidak murni], tapi sambil menggembungkan pipinya, dia mulai menggumamkan sesuatu.
“...Saat kita pulang nanti, aku akan membuatmu mengerti bahwa bermesraan denganku sangatlah membuatmu bahagia.”