
Bab 38
Ojou-sama yang belajar kelompok ④
Bersama Tennoji-san, kami kembali ke kafe.
Sesampainya di sana, di meja, Asahi-san dan yang lainnya sedang asyik mengobrol dengan riang.
“Kelihatannya cerita kalian seru sekali ya.” Seru Tennoji-san, saat dia duduk di kurisnya.
“Oh, Tennoji-san. Kami lagi membicarakan tentang pesta teh yang akan diselenggarakan oleh keluarganya Konohana-san.”
“Pesta teh? ...Oh, apa maksudmu adalah pertemuan sosial yang diselenggarkan oleh Keluarga Konohana setiap musim semi?” Tanya Tennoji-san, seolah dia punya gagasan tentang pembicaraan mereka.
“Seperti yang diharapkan, kau pasti tahu tentang itu ya, Tennoji-san.”
“Ya, bagaimanapun juga itu adalah acara yang terkenal. Kalau tidak salah, itu akan diadakan seminggu setelah ujian tengah semester berakhir... Kudengar-dengar, ini adalah acara pertemuan sosial dengan banyak orang-orang ternama yang akan hadir.”
“Apa kau pernah berpartisipasi di dalamnya, Tennoji-san?”
“Ayahku sudah beberapa kali berpartisipasi, tapi aku tidak pernah. Bagaimanapun juga, pertemuan sosial itu diperuntukkan bagi orang dewasa, dan selain itu..., Keluarga Tennoji dan Keluarga Konohana memiliki hubungan yang cukup rumit.”
“Aa......”
Mengerang seperti itu, Asahi-san menebak kondisi pikiran Tennoji-san.
“Yah, bukan berarti itu dalam pengertian yang buruk. Hanya saja, gagasan naluriahku tidak cocok, jadi sampai sekarang aku tidak pernah berpartisipasi.”
Mencegah suasana di sini jadi memburuk, Tennoji-san dengan sigap mengatakan itu dengan cara yang bermartabat.
Sebagai orang biasa, aku tidak begitu mengerti tentang gagasan naluriah itu, tapi selain aku, yang lainnya entah bagaimana terlihat bisa mengerti.
“Bagaimana denganmu Miyakojima-san? Apa kau pernah berpartisipasi?”
“T-tidak, aku sih menerima undangannya, tapi..., aku tidak mahir dalam bersosialisasi...”
Terhadap pertanyaan dari Asahi-san, Narika menjawabnya dengan terbata-bata.
Bisa dibilang, ini adalah situasi yang sepenuhnya pribadi dibandingkan dengan Tennoji-san.
“Seperti dugaanku, keluarganya Tennoji-san dan Miyakojima-san mendapatkan undangan itu ya... Itu pasti menyenangkan sekali. Jika itu adalah pertemuan sosial yang diselenggarakan oleh Keluarga Konohana, mereka pasti akan mengadakan dansa atau semacamnya, kan? Aku sangat suka memakai gaun, jadi jika ada pertemuan sosial seperti itu, maka aku ingin sekali berpartsipasi secara aktif.” Kata Asahi-san, dengan perasaan yang terkesan iri.
“Asahi-san, kalau kau mau, aku bisa loh mengirimimu undangan?”
“Eh, beneran?”
Mendengar itu, Hinako menanggapi dengan anggukan sambil tersenyum.
“Ya, seperti yang Tennoji-san bilang, acara ini memang dianggap sebagai pertemuan sosial orang dewasa, tapi penyelenggara tidak memiliki niat seperti itu, itulah sebabnya, silakan berpartisipasi dalam acara tersebut. Kami juga akan mengadakan pesta dansa, dan tentunya, akan ada beberapa peserta lainnya yang sebaya.”
“G-Gimana, ya... Aku jadi sedikit gugup ketika aku diberi tahu kalau aku dapat berpartisipasi. Tapi, mungkin ini adalah kesempatan yang berharga..., j-jadi, bisakah aku mendapatkan undangan itu?”
“Ya, aku akan mengaturnya agar undangan itu sampai padamu dalam tiga hari.”
“Baiklah... Kalau begitu begitu aku akan menjadi antusias dan modis pada hari itu! Terima kasih banyak, Konohana-san!”
“Ya, sama-sama.”
Dengan mudah, Hinako berjanji untuk mengundang Asahi-san.
Melihat itu, aku bertanya pada Hinako secara pelan-pelan melalui bisikkan.
“...Apa itu tidak apa-apa kalau kau memutuskannya sendiri?”
“Mm...., Pertemuan sosial ini adalah bentuk perwujudan kewibawaan Keluarga Konohana, karenanya, aku diberi tahu kalau-kalau aku memiliki kesempan untuk mengundang seseorang, maka aku harus mengundangnya... Yah, sampai barusan aku belum pernah ada melakukannya sih.”
Lah, jadi ini baru pertama kalinya kau melakukannya?
Tapi yah, semua siswa-siswi di Akademi Kekaisaran adalah anak-anak dari keluarga kaya. Itulah sebanya, tidak ada ruginya bagi Keluarga Konohana untuk mengundang mereka.
“K-Konohana-san, bisakah aku juga berpartisipasi dalam acara tersebut?”
“Ya, silakan berpartisipasi dengan kami, Taisho-kun.”
Mendengar itu, Taisho sontak menunjukkan kegembiraannya.
“...Tampaknya ini juga memiliki semacam hubungan.” Gumam Tennoji-san, dan dia melanjutkan perkataannya. “Konohana-san, kali ini aku juga akan berpartisipasi.... Kita telah berkumpul di satu meja yang sama di pesta teh dan sesi belajar kelompok seperti ini, dan dengan demikian, kupikir aku bisa menanggapi undangan itu sebagai temanmu, bukan sebagai putri dari Keluarga Tennoji.”
Setelah mengatakan itu sambil tersenyum....,
“Maukah kau juga berpartisipasi dengan kami, Nishinari-san?”
“Eh, aku...”
Saat aku ditanyai seperti itu oleh Tennoji-san, aku melirik ke arah Hinako.
Menanggapi lirikanku, Hinako tersenyum lembut. Sebagai pengurusnya, aku telah pergi ke akademi bersamanya seperti ini. Jadi, kupikir aku harusnya diizinkan untuk berpartipasi dalam acara peretmuan sosial...
“...Yah, karena ini adalah kesempatan yang bagus, jadi aku juga ingin berpartisipasi.”
Secara implisit, aku menyampaikan nuansa bahwa aku tidak bisa menjanjikan apa pun.
“...Bagaimana denganmu, Miyakojima-san?”
“A-Aku?”
Saat Narika ditanyai, bahunya langsung tersentak karena terkejut.
“Aku..., jika bisa, aku akan berpartisipasi.”
Di sini, semua orang kecuali Narika memandang pertemuan sosial itu sebagai acara sosialisasi yang standar. Dan dengan demikian, kesannya akan tidak enak jika dia diundang secara paksa, jadi ayo hentikan topik ini di sini.
Setelah itu, sesi belajar kelompok dilanjutkan—dan beberapa hari kemudian, ujian tengah semester di Akademi Kekaisaran dimulai.