
Bab 8
Akademi Kekaisaran
Hinako-sama yang tertidur di kamarku akhirnya dibawa pergi oleh Shizune-san ke kamarnya. Karena ponselku yang dia sita ditempatkan di sakunya, jadi aku mengambilnya dengan santai.
Besoknya. Aku mengenakan seragam Akademi Kekaisaran yang berwarna hitam dan keluar dari mansion.
Sebuah mobil hitam diparkir di depan gerbang, dan didepanya adalah adalah sosok Hinako-sama.
“Aku mau pulang.”
“Kalau anda mengatakan itu dalam delapan jam dari sekarang, aku akan setuju.”
“Mu~u...”
Shizune-san menenangkan Hinako-sama, yang bertingkah manja seperti biasanya.
“Itsuki-sama, silahkan lewat sini.” kata Shizune-san saat dia menatapku.
Nah, mulai sekarang, aku adalah pewaris dari perusahaan menengah. Shizune-san merujuk namaku menggunakan ‘sama’, dan aku menyadari bahwa identitas resmiku telah diubah.
“Baiklah, Itsuki-sama. Anda mau duduk di kursi yang mana?”
Saat aku hendak masuk ke dalam mobil, Shizune-san menanyakan itu padaku.
Mungkin ini adalah ulasan dari..., pelajaran etiket yang kuambil tempo hari.
“...Kursi belakang-depan.”
“Benar. Kalau ada supirnya, orang yang memiliki posisi yang lebih tinggi akan duduk di kursi paling belakang, kursi belakang-tengah, kursi belakang-depan, dan kursi depan, intinya dalam urutan seperti itu.”
“Kalau yang mengemudikan mobil adalah orang yang setara, maka kursi depan akan menjadi kursi tertinggi, kan?”
“Benar sekali. Anda telah belajar dengan baik. “
Yah, lagian aku sudah diberi pendidikan Spartan yang tak terbayangkan...
“Normalnya, itu akan menjadi tugas dari pengurus untuk membimbing Ojou-sama ke dalam mobil seperti ini, tapi kupikir aku akan membiarkan Itsuki-sama melakukan pekerjaan itu secara bertahap. Sekarang..., silakan masuk ke dalam mobil.”
Hinako-sama masuk ke mobil, kemudian aku masuk ke kursi belakang. Sedangkan Shizune-san, dia duduk di kursi depan.
“Ngan~tuk...”
Lah, waktu tidurmu ‘kan sudah banyak sekali.
Aku berhasil menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar seperti itu dari tenggorokanku. Mobil pun mulai melaju dengan perlahan.
“Karena kalian berdua seharusnya tinggal di rumah yang terpisah, kami akan mengantar kalian sampai di jarak yang tidak terlalu jauh dari akademi.”
“Jadi hanya kami berdua yang berjalan menuju sekolah? Tapi, jika kami melakukan itu, kami mungkin akan diculik seperti kemarin—”
“Jangan khawatir. Aku akan selalu berada di sekitaran perimeter untuk melindungi kalian. Kasus kemarin itu terjadi karena Ojou-sama keluar tanpa memberi tahu kami... Anda, sebagai pengurusnya, bertanggung jawab untuk dapat mencegah situasi seperti itu terjadi.”
“Aku mengerti...”
Ini adalah hari pertama aku bekerja. Sebagai pengurus, aku akan mengawasinya dengan seksama.
“Ngomong-ngomong, aku sekelas dengan Hinako......-sama, kan?”
“Tentu saja. Sebagai pengurusnya, anda akan beraktivitas dengan Ojou-sama setiap saat.”
Sepertinya aku dan Hinako-sama akan menjadi teman sekelas.
“Itsuki..., kok cara bicaramu begitu?”
“Ugh.”
Jadi dia mendegarkan pembicaraan kami ya...,
Namun, aku merasa tidak nyaman untuk memanggil Hinako-sama dengan cara bicara normal di depan Shizune-san. Saat aku membuat ekspresi pahit, Hinako-sama berkata pada Shizune-san.
“Shizune. Kembalikan cara bicaranya Itsuki.”
“Tapi, Ojou-sama. Itu tidak akan menjadi contoh yang baik bagi yang lainnya.”
“Kalau begitu..., hanya jika ada kami dan Shizune di sekitar.”
“...Dimengerti.” dengan enggan, Shizune-san menurutinya.
“Bukankah itu bagus, Itsuki..., sekarang kau bisa berbicara secara normal denganku.”
“Aku tidak begitu senang tentang itu...”
Tatapannya Shizune-san benar-benar menyakitkan.
Faktanya, aku sama sekali tidak keberatan menggunakan sebutan kehormatan. Aku telah menghabiskan hampir seluruh hidupku untuk bekerja sambilan, jadi aku sudah terbiasa memiliki hubungan hierarki.
“Untuk menghindari mengungkapkan identitasmu, Itsuki-sama, mohon gunakan sebutan kehormatan saat di akademi. Menjadi pewaris dari perusahaan menengah adalah status yang agak rendah di Akademi Kekaisaran, jadi akan lebih baik untuk menghindari konflik yang tidak perlu.”
“Aku mengerti.”
Aku adalah pewaris perusahaan menengah dan masih berstatus rendah. Tentunya, tanpa disuruhpun aku pasti akan berbicara dengan hormat. Mungkin, semua siswa yang menghadiri akademi itu memiliki latar belakang yang lebih mulia dariku.
“Ahhh..., akademinya sudah dekat...” kata Hinako, terlihat sangat malas.
“Itsuki...”
“Apa?”
“Peluk aku.”
Mobil itu bergetar hebat.
Apa yang Ojou-sama ini bicarakan secara tiba-tiba?
Lihat, bahkan si sopir juga ikutan kaget.
“Ojou-sama. Itu, yah, bukankah itu adalah tindakan yang tidak pantas untuk dilakukan.”
“Kau tahu, Itsuki..., dia punya bau yang sangat harum.”
“...B-begitukah?” Shizune-san memutar matanya.
“Ermm, Itsuki-sama. Bolehkah aku mengendusmu untuk referensi di masa mendatang?”
“Tidak..., kupikir bauku sama sekali tidak sedap. Jadi tolong jangan lakukan itu.”
“...Aku akan melakukannya.” Saat dia mengatakan itu, Hinako mendekatkan hidungnya ke lengan bajuku.
Untuk berjaga-jaga, aku mencoba mengendus diriku sendiri... Tidak, aku tidak mencium bau apapun. Kalau aku harus mengatakannya, yang kucium adalah bau deterjen yang digunakan di rumah kelaurga Konohana.
“Um, Hinako-san. Bagaimanapun juga aku adakah laki-laki, jadi kau tidak bisa begitu terlalu dekat denganku...”
“Cara bicaramu.”
“...Hinako.”
“N~T~A~P~S...”
Hadeeeh..., kayaknya tidak peduli apapun yang kukatakan, itu akan sia-sia.
Aku menghela nafas, dan Shizune-san menghela nafas lebih dalam.
“Ojou-sama. Sudah waktunya...”
“...Mm.”
Sekitar tiga puluh menit kemudian, kami sampai di tempat tujuan kami.
Di gang yang sepi dan tidak berpenghuni, aku dan Hinako diturunkan. Tidak ada orang di sekitar, tapi..., sepertinya ada banyak penjaga dari keluarga Konohana yang mengintai.
“Itsuki-sama. Terima ini.” mengatakan itu, Shizune-san memberiku tas hitam yang isinya tidak bisa dilihat.
“Apa ini...?”
“Jika Ojou-sama tidak mau dengar-dengaran, tolong gunakan ini.”
Aku hanya memberikan jawaban yang samar-samar, “Hah” sebagai tanggapan atas instruksi yang kurang kumengerti maksudnya.
Tas itu ringan, dan saat aku mencoba memasukkannya ke dalam tasku, aku mendengar suara gemerisik dari sesuatu yang berderak.
“Baiklah, semoga hari kalian menyenangkan.”
Shizune-san berterima kasih padaku dengan hormat, dan aku juga berterima kasih padanya dengan ringan, kemudian, kami mulai berjalan menuju sekolah.
“...Aku mau pulang.”
“Yakin nih kau tidak berakting?”
“Belum ada orang lain yang melihatku..., jadi aku bisa santai.”
Rupanya Hinako dibekali dengan kemampuan merasakan tatapan mata orang.
Yah, orangnya sendiri sih bilang begitu, tapi sebagai pengurusnya, aku harus melindungi penampilannya sebagai Ojou-sama. Aku menuju sekolah, sambil melihat sekeliling dengan hati-hati.
“...Besar sekali.”
Mau tak mau aku bergumam pada diriku sendiri saat aku berdiri di depan gedung sekolah yang sudah seperti mansion itu.
Salah satu sekolah paling bergengsi di Jepang, Akademi Kekaisaran. Namanya mungkin terdengar agak sinting, tapi sebenarnya ini adalah institusi pendidikan yang sangat bagus.
Dengan sedikit ragu-ragu, aku melangkah maju. Di sebelahku—
“Konohana-san, selamat pagi.”
“Selamat pagi.”
Seorang gadis yang rambut kuningnya berkibar tertiup angin dengan patuh menanggapi sapaan para siswa di jalan.
“Hari ini Konohana-san juga terlihat sangat cantik.”
“Iya. Auranya sangat anggun...”
Aku bisa mendengar suara-suara seperti itu datang dari mana-mana.
Aku mengintip wajah Hinako yang sudah mulai berakting sebelum aku menyadarinya. Dia terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Aku tidak percaya bahwa gadis dengan perilaku cerdas dan sopan di sampingku ini adalah orang yang sama dengan gadis yang ngiler di kamarku tadi malam.
“Ada apa, Nishinari-kun?”
“Whoa.”
Hinako menatap wajahku dengan prihatin.
Aku tercengang, kemudian buru-buru menahan mulutku dan memberitahunya tidak ada apa-apa.
Saat kami memasuki gedung sekolah, kami pergi ke ruang guru terlebih dahulu.
Untungnya, aku dan Hinako seumuran. Jadi kami bisa berada di kelas yang sama tanpa harus berbohong tentang umurku. Selanjutnya, Shizune-san akan membantu kami agar bisa ditempatkan di kelas yang sama.
“Aku sudah menunggumu. Kau yang bernama Itsuki Nishinari itu, kan?”
Saat aku memasuki ruang guru, aku didekati oleh seorang guru perempuan.
“Namaku Misono Fukushima. Aku adalah wali kelas di Kelas 2A, kelas dimana Itsuki-kun ditempatkan. Senang bertemu denganmu.”
“Senang bertemu denganmu juga.”
Aku menundukkan kepalaku dengan ringan.
Fukushima-sensei melihat ke arah Hinako, yang berdiri di sampingku.
“Apa kau kenal dengan Konohana-san?”
“Aah, itu...”
Aku tidak bisa langsung berbohong, jadi aku tergagap. Kemudian Hinako, yang berdiri di sampingku, membuka mulutnya.
“Keluargaku dan keluarga Nishinari-kun sangat dekat, jadi kami sudah lama saling kenal. Karena itu, aku memutuskan untuk mengajaknya berkeliling akademi.”
“Oh, begitu toh.”
Guru itu diyakinkan oleh Hinako yang menjelaskan dengan nada sopan.
“Nishinari-kun, memiliki Konohana-san sebagai pembimbingmu itu cukup mewah loh.”
“Haha..., kurasa begitu.”
Sensei, apa kau tahu?
Gadis ini kemungkinan besar akan tersesat di akademi saat dia sendirian.