Saijo no Osewa Volume 1 - Bab 7

Bab 7
Tinggal di Mansion


“Kalau dipikir-pikir, aku masih belum memperkenalkan diriku. Aku adalah pelayannya Ojou-sama, Shizune Tsurumi.” kata pelayan itu sambil berjalan menyusuri koridor mansion.

“Aku berencana untuk memberikan berbagai bimbingan kepadamu Itsuki-san, yang mulai sekarang akan menjadi pengurusnya Ojou-sama. Karenanya, mari saling mengenal satu sama lain.”

“Iya.”

“Status Itsuki-san akan dibuat menjadi pewaris dari perusahaan menengah, tapi selama kau berada di mansion ini, kau adalah seorang pengurus. Untuk alasan itu, tolong ubahlah cara bicaramu saat memanggil Ojou-sama di mansion ini.”

“...Aku mengerti. Hinako-sama..., seperti itu, kan?”

Shizune-san mengangguk.

“Sebaliknya, saat di luar mansion, kau akan bersatus sebagai teman sekolah Ojou-sama, jadi akan lebih baik jika memanggilnya dengan [san].”

Saat aku menghadiri akademi, aku akan memanggil Hinako-sama menjadi Hinako-san. Kami juga harus menjaga jarak sebaik mungkin.

Aku menganggukkan kepalaku terhadap kondisi itu.

“Ini akan menjadi kamarmu. Itsuki-san,” kata Shizune-san, sambil membuka pintu kamar.

Kamar tersebut berukuran sekitar tujuh tikar tatami dan hanya dilengkapi dengan ranjang serta meja belajar. Mungkin ini adalah kamar pelayan. Aku dibuat kewalahan dengan ukuran mansion tersebut, jadi aku merasa lega di dalam hatiku saat mendapatkan ruangan ini. Aku bisa dengan mudah terbiasa dengan ini.

“Kalau ada perabotan yang kau butuhkan, kita bisa memesannya nanti. Yang jelas, mulai sekarang kau bisa tinggal di kamar ini.”
 
“Iya.”

Aku diberitahu bahwa mereka akan menerima pesanan, tapi sebagai pendatang baru, tidak mungkin aku bisa tiba-tiba meminta segala macam hal.

Aku akan memikirkannya ketika setidaknya aku bisa bekerja seperti orang normal.

“Nuh-uh.”

Pada saat itu, gadis itu mengeluarkan suara aneh dan menyelam ke atas ranjang di dalam kamar.

“Um..., Hinako-sama. Itu ‘kan ranjangku.”

“Ranjangnya pengurus..., adalah ranjangku...”

Dengan ekspresi lucu dan bahagia di wajahnya, Hinako membenamkan wajahnya di atas kasur.

“...Apa boeh buat. Ayo biarkan Ojou-sama tidur di sini sebentar.” kata Shizune-san sambil mendesah. “Itsuki-san. Mulai besok kau akan menghadiri Akademi Kekaisaran sebagai siswa pindahan. Tapi sebelum itu, ada beberapa hal yang perlu kau pelajari...”

Aku mengangguk terhadap kata-kata Shizune-san.

“Ini tentang pekerjaanku sebagai pengurus, kan?”

“Itu benar, tapi masih ada lagi.” Shizune-san menjelaskan, “Akademi Kekaisaran adalah sekolah bergengsi yang menarik anak-anak orang kaya dan berkuasa. Semua pelajarannya memiliki level yang tinggi, jadi itu bukanlah sesuatu dimana seseorang yang telah menjalani kehidupan normal tiba-tiba dapat mengikutinya. Karenanya, mulai sekarang sampai makan malam, aku akan memintamu mempelajari beberapa materi.”

“...Apa levelnya benar-benar setinggi itu?”
 
“Iya. Selain itu, karena mulai kedepannya kau akan bekerja dengan Ojou-sama, nilaimu harus setara dengan nilainya. Setidaknya, kau harus memiliki kemampuan akademis yang tidak akan mendapat masalah jika kau ditunjuk untuk mengerjakan soal di dalam kelas.”

“...Aku tidak begitu percaya diri tentang ini.”

“Asal tahu saja, ini bukan hanya perihal akademis. Tapi juga tentang etiket, perilaku, dan bela diri.”

“Bela diri?”

“Untuk berjaga-jaga saja kok.”

Yang membuatku terkejut, Shizune-san mengatakanya dengan tenang,

“Oh, mungkingkah kau takut?”

“Tidak..., begini-begini aku juga telah melakukan banyak pekerjaan fisik dalam hidupku. Aku memiliki cukup kepercayaan diri dengan kekuatan fisik yang kumiliki.”

“Begitukah. Kalau begitu, mari kita lihat apa yang bisa kau lakukan setelah kau menyelesaikan persiapanmu.”

Aku tersenyum kecut pada Shizune-san, yang memberitahuku begitu tanpa ragu-ragu. Mempertimbangkan kepribadian Shizune-san, jauh lebih baik jika aku mengambil inisiatif sekarang. Tentunya, dia adalah atasanku sebagai pengurus, tapi..., dia mungkin akan memberiku pendidikan Spartan selamanya kalau aku tidak cukup baik. Untuk menghindari itu, aku ingin dia tahu sejak awal bahwa aku juga ahli dalam sesuatu.

Aku akan mencoba untuk mereka yang menjalani kehidupan elegan di rumah mewah, jadi jangan meremehkan siswa yang kesulitan―

---

“Aku sudah mencapai batasku. Maaf. Rasanya aku akan mati.”

Malamnya, aku berlutut menghadap Shizune-san di dojo di salah satu sudut mansion.

“Yah baiklah, ayo kita akhiri pelajaran hari ini. “

Setelah menyelesaikan serangkaian pelajaran mengenai etiket dan akademis, aku merasa sangat kelelahan sampai-sampai aku rasanya mau pingsan. Pelajaran bela diri sangat membebani pikiran dan tubuhku. Aku tidak menyangkan kalau dia akan memperlakukanku seperti anak kecil. Dalam pikiranku, kuputuskan untuk menyebut Shizune-san sebagai maid seni bela diri.

“Untuk informasi lebih lanjut mengenai pekerjaanmu sebagai pengurus, silakan merujuk ke manual ini.”

“...Ini tebal sekali.”

“Aku akan memberimu rundown verbal sebelum makan malam, tapi jika ada sesuatu yang kau tidak kau mengerti, kau bisa mengandalkan manual itu atau bertanya padaku,” kata Shizune-san saat aku menerima manual tebal itu.

“Um..., di kamarku, Hinako-sama masih tidur.”

“Saat dia berada di mansion, biasanya yang dilakukan Ojou-sama adalah tidur. Jadi tolong biarkan dia seperti itu.”

“Tidak, tapi aku ingin segera tidur...”

“Kau bisa tidur di koridor. Nanti aku akan menyiapkan tikar untuk kau pakai.”

“......”

“Cuman bercanda kok. Harap tunggu saja sampai Ojou-sama kembali ke kamarnya.”

“......Iya.”
 
“Baiklah, aku permisi dulu. Kalau kau ada membutuhkan sesuatu, telpon saja aku.”

Dengan itu, Shizune-san meninggalkan dojo.

Setelah memberitahukan tekadku untuk menjadi pengurus, aku menerima ponsel cerdas yang diberikan kepada pelayan keluarga Konohana. Nomornya Shizune-san juga ada di daftar kontakku, tapi..., sebisa mungkin aku tidak ingin menelponnya.

“...Mungkin menjadi pengurus adalah pekerjaan yang biasanya membutuhkan orang dengan spesifikasi tinggi untuk melakukannya,” aku bergumam pada diriku sendiri saat aku meninggalkan dojo dan menuju ke kamarku.

Kudengar pelajaran dari Shizune-san akan diadakan setiap hari. Kalau aku memang akan terus melakukannya, mungkin hanya dalam beberapa bulan aku bisa menjadi orang yang sempurna dalam bidang akademis dan seni bela. Entah aku menjadi seperti itu..., atau justru aku akan kehilangan akal sehatku.

Kemudian, aku kembali ke kamarku dan beristirahat. Setelah meletakkan manual di atas meja, aku berbalik dan melihat gadis itu masih tertidur di ranjangku.

“Mmm......, ehehehe...”
 
Rupanya, Hinako-sama ini suka sekali tidur. Saat dia diculik pun dia masih sempat-sempatnya pergi tidur, dan kalau sudah seperti ini, katanya dia biasanya akan tidur nyenyak sampai pagi.

Sambil menghela napas, aku duduk di kursi yang disediakan di mejaku. Hari aku benar-benar lelah, dan aku ingin tidur lebih awal juga. Tapi, dengan Hinako-sama menempatai ranjangku, aku tidak tahu harus berbuat apa...

“Oh iya. Di saat-saat seperti inilah manual itu kubutuhkan.”

Aku pun membalik halaman manual.

“Errm, nah, ini dia. Hal-hal yang harus diperhatikan saat Ojou-sama sedang tidur, edisi mansion. Saat di mansion, Ojou-sama menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur. Kalau kau sampai membangunkan Ojou-sama yang sedang tidur dengan nyenyak, dia akan menjadi rewel, jadi pastikan untuk membimbingnya ke kamarnya sebelum menidurkannya....... Lah, sudah terlambat ini mah...!”

Aku sih tahu dimana letak kamarnya Hinako-sama, tapi apakah tidak apa-apa jika aku membawanya ke sana tanpa izin? Saat aku mencoba mencari tahu tentang itu di manual, ponselku tiba-tiba bergetar... Sepertinya aku menerima pesan.

Yuri: Besok mau gak pergi ke sekolah bareng-bareng?

Saat aku melihat pesan yang ditampilkna di layar, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mencicit.

“Sial, aku lupa menjelaskannya.”

Ponselku yang lama mengatas namakan nama orang tuaku, jadi aku harus menyinkronkan dataku ke ponsel baru yang diberikan kepadaku. Karenanya, pesan dari kenalan sebelumnya juga diterima di ponsel ini.

Bagaimana aku harus menjelaskan masalah ini? Saat aku bertanya-tanya seperti itu, pesan-pesan lain mulai berdatangan seperti hujan di bulan Mei.

Yuri: Kalau kau tidak mau sih tidak apa-apa! Aku bisa kok pergi dengan teman-temanku yang lain!

Yuri: Hei?

Yuri: Jangan abaikan aku...

Bukannya aku mau mengabaikannya. Tapi karena akut tidak bisa menemukan jawaban untuk masalahku, kuputuskan untuk jujur saja ​padanya.

Itsuki: Karena beberapa situasi, aku tidak bisa lagi bersekolah di SMA itu.

Yuri: Apa?

Aku segera menerima balasan.

Yuri: Boleh tidak aku meneleponmu?

Itsuki: Maaf, hari ini aku lelah banget, lain kali saja.

Sejujurnya, aku bahkan tidak bisa lagi untuk berpikir.

Kalau sekarang aku memikirkan hal-hal lain, aku khawatir kalau aku akan kehilangan semua konten persiapan yang Shizune-san masukkan ke dalam kepalaku.

Brrt

Ponselku bergetar. Astaga, padahal sudah kubilang lain kali saja, tapi..., tidak. Aku tidak bisa mengangkatnya.

Setelah membiarkannya terus seperti itu selama beberapa saat, ada pesan yang dikirim lagi.

Yuri: Kenapa kau tidak mengangkatnya?

Yuri: Hei.

Yuri: Hei??

“—Hei.”

“Whoa!?”

Tiba-tiba, aku melompat saat mendengar seseorang memanggilku dari belakang. Aku berbalik, dan mendapati Hinako-sama sedang berdiri di sana, matanya menyipit mengantuk.

“Oh, anda sudah bangun...”

“Siapa yang menelponmu?”

“Eh? Ah..., erm, dia adalah teman masa kecilku yang satu SMA denganku...”

“...Hmm.”

Hinako-sama memberiku senyum ragu-ragu dan kemudian meraih ponselku. Aku bertanya-tanya, apakah dia mau menelusuri sesuatu di Internet. Saat aku berpikir begitu, aku menyerahkan ponselku kepadanya.

“...Ini disita.”

“Eh.”

Hinako-sama merangkak ke kasur dengan ponselku di tangannya.

“Dengan begini suasananya jadi damai...”

“Damai...? Um, bisakah anda mengembalikan ponselku?”

“Tidak,” kata Hinako-sama, sambil membalikkan punggungnya padaku. “...Aku tidak suka dengan cara bicaramu itu.”

“Apa maksud anda?”

Cara bicara... Oh, apa yang dia maksud adalah sebutan kehormatan?

“Kembalikan cara bicaramu seperti yang sebelumnya.”

“Tidak, tapi...”

“Kalau kau tidak mau mengembalikannnya, kau dipecat.”

Itu terlalu arogan...,

“...Apa ini tidak apa-apa?”

“Mm.”

“Tapi Shizune-san menyuruhku untuk mengubah cara bicaraku...”

“Besok, aku akan memberi tahu Shizune perihal ini.”

Jika demikian, tidak ada masalah..., mungkin?

Yah, aku hanya perlu menanyakannya langsung pada Shizune-san besok.

“Itsuki.”

“...Ada apa?”

“Mulai besok, mohon bantuannya,” kata Hinako dengan senyum lembut di wajahnya.

Untuk sesaat, aku terpesona olehnya yang seperti itu, dan beberapa saat kemudian, aku menjawabnya.

“...Ya.”

Mungkin dia puas dengan jawabanku, Hinako-sama kembali terjun ke atas ranjang―

“Oh, hei! Tunggu! Kalau kau mau tidur, setidaknya kembalilah ke kamarmu!”

Ojou-sama sudah tertidur. Astaga, dia sungguh orang yang bebal.



14 Comments

Previous Post Next Post