Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 47

Bab 47
Pohon Perang Besar


"Datanglah, Senetero."

Saat Reno berbicara, cahaya hijau yang tak terhitung jumlahnya berkedip-kedip. Kunang-kunang, yang juga dikenal sebagai dokter roh, menerangi hutan di malam hari.

Reno mengulurkan tangannya ke depan dan membentuk lingkaran sihir.

"Senetel (Cahaya Hijau Penyembuh)."

Cahaya yang dipancarkan oleh kunang-kunang penyembuh Senetero semakin terang. Mereka terbang menyusuri hutan dan menyembuhkan roh-roh yang terluka. Ketika cahaya menyinari pohon-pohon dan bunga-bunga yang mati, warna hijau mereka kembali dengan cepat.

"Ayo, aku akan menyembuhkan kalian yang terluka."

Kekuatan sihir dipancarkan dari enam sayap yang muncul di punggungnya. Kemudian Reno, yang tubuhnya melayang sedikit, segera mengelilingi hutan. Ketika para roh datang kepadanya, mereka disembuhkan oleh cahaya Senetel yang dipancarkan olehnya. Saat dia melakukan itu, dia bertanya pada Shin, yang berjalan di sampingnya.

"Bagaimana binatang-binatang itu bisa masuk ketika Anos sudah membuat tembok?"

"Mereka tidak masuk. Tembok itu adalah kutukan yang kuat bagi ras dewa." kata Shin.

Beno Yeven (Tembok Empat Dunia) dapat ditembus dengan kekuatan yang tepat, tapi itu adalah penghalang yang sangat kuat bagi ras dewa. Mempertimbangkan Beno Yeven pada manusia dan iblis sebagai standar, jika itu adalah dewa, bahkan yang berperingkat rendah dapat mengatasinya.

Dengan itu, untuk mencegah campur tangan para dewa yang memiliki kekuatan besar, Pahlawan, Raja Iblis, Dewa Pencipta, dan Roh Agung menyatukan kekuatan sihir dan menerapkan kutukan yang akan mengikis keilahian para dewa.

Akibatnya, mustahil bagi binatang ilahi atau dewa manapun untuk mengatasinya. Bahkan Bapa Surgawi, Nousgalia, harus bersiap membayar harga yang pantas untuk mengatasi tembok itu.

"Tidak ada binatang ilahi yang bisa menembus tembok yang dibangun oleh Tuanku."

Shin mencoba menganalisis situasinya dengan tenang.

Tidak mungkin binatang ilahi Guen akan mampu melewati Beno Yeven yang kubuat.  Bagi dirinya yang mengetahui kekuatan Raja Iblis Anos, itu adalah kesimpulan yang terlalu alami baginya.

"Tapi, mereka memang muncul di sini, kan? Bukankah mereka memiliki kekuatan misterius seperti Titi dan yang lainnya, yang membuat mereka ampu melewati tembok meski kekuatan sihir merek lemah...?"

"Tidak. Bahkan dengan kekuatan binatang ilahi, tidak mungkin mereka bisa menembus Beno Yeven yang merusak keilahian." Kata Shin dengan nada tajam sambil tetap memperhatikan sekelilingnya. "Kita harus berasumsi bahwa mereka telah menysup sebelum tembok dibangun. Setelah kita pergi ke Dilhade, wajar untuk berasumsi bahwa mereka memasuki Aharthern dan mengintai sampai sekarang."

"...Mungkinkan dewa yang bernama Nousgalia itu?"

Setelah berpikir sebentar, Shin berkata.

"Binatang ilahi adalah utusan dewa. Kecil kemungkinan mereka akan bertindak tanpa perintah dewa. Aku tidak yakin apakah itu Nousgala, tapi mungkin saja dewa itu masih bersembunyi di Hutan Roh Agung ini. Kita harus berhati-hati."

Saat dia berkata demikian, Reno menunduk dengan ekspresi kosong di wajahnya.

"Jangan khawatir. Perintahku adalah mengirimkan Roh Agung Reno dengan selamat ke Aharthern. Sampai aku menebas ras dewa itu, aku akan berada di sisimu."

Reno menatap Shin dengan rasa ingin tahu. Meski begitu, Pria itu masih tetap dingin seperti biasanya.

“Ini sudah di Aharthern loh?”

"Tuanku mengatakan bahwa Aharthern adalah suraganya para roh. Aku masih belum mengantarmu ke sana."

Mendengar itu, Reno pun tersenyum.

"Kau ini memang keras kepala, tapi ada beberapa hal yang baik juga dari dirimu."

"Jika menurutmu begitu, maka itu adalah belas kasihan Tuanku. Karena tubuh ini adalah pedang Raja Iblis dan tangan kanannya."

Setelah kesulitan haru membalas dengan kata-kata apa, Reno berkata.

"Aku tidak menyangka bahwa Raja Iblis Tirani itu adalah orang yang baik hati." [Catatan Penerjemah: Padahal gelarnya Tirani :v.]

Shin mengangguk dengan bangga.

Reno berbalik ke depan lagi dan melanjutkan perjalanan menysuri hutan.

“Apa yang akan Shin lakukan setelah ini selesai?”

"Tidak ada gunanya hidup di masa tanpa adanya Tuanku untuk kuberikan kesetiaanku. Aku akan mengikuti beliau dan bereinkarnasi dua ribu tahun dari sekarang."

"Begitu ya. Kurasa tidak semuanya buruk bahwa ras dewa bersembunyi di hutan ini."

"Mengapa begitu?" tanya Shin setelah jeda beberapa saat.

"Karena dengan begitu aku bisa bersama denganmu lebih lama.”

Shin menatap langsung pada senyuman Reno.

"Aku hanya hidup untuk Tuanku."

"Sepertinya begitu, tapi terima kasih. Terima kasih telah mengantarku sejauh ini dan melindungiku sampai hari ini."

"Jika kau berterima kasih, berterimakasihlah pada Raja Iblis Agungku yang telah mati."

Reno terkekeh.

"Aku sudah memberitahunya. Lalu dia menyuruhku untuk berterima kasih secara langsung kepadamu. Dia bilang kalau dirimu biasanya tidak mengawal siapapun selain dirinya? Kau pasti benar-benar tidak mau mematuhi roh sepertiku dan diseret kemana-mana, kan?”

"Tidak. Jika itu adalah perintah Tuanku."

"Kau terus-terusan berbohong. Semunaya tertulis di wajahmu tahu."

Ekspresi Shin sedingin biasanya. Bagi dirinya yang mampu melihat seluk-beluk emosi Shin seperti ini, itu luar biasa meski dia baru bersamanya sebentar.

"Reno."

Suara tinggi menggema. Titi dan yang lainnya muncul dari balik pepohonan dan terbang mengitari Reno.

"Nenek."

"Nenek akan pergi."

"Ini gawat."

"Dia akan hancur,"

Berlawanan dengan peri-peri yang ribut, Reno menganggukkan kepalanya seolah-olah dia telah siap untuk itu. Sepertinya dia yang disebut ‘nenek’ ini tidak dibunuh oleh binatang ilahi Guen.

“Ayo kita lihat bersama.” kata dan Reno melangkah lebih jauh ke dalam hutan.

Akhirnya, ada area terbuka di seberang jalan di antara pepohonan. Ada pohon tua besar yang tumbuh di sana. Ada banyak cabang yang tumbuh dari batang yang tebal, dengan banyak daun hijau.

Gennul si Serigala Penyembunyi, Roh Angin dan Petir Gigadea, roh-roh lainnya seperti Roh Air Agung Liniyon berkumpul di sana. Reno menyentuh tanah dan dengan lembut menyentuh pohon besar itu.

"......Nenek......"

Saat dia mengatakan itu, sesuatu seperti wajah muncul di pohon besar itu.

“Aku senang kau kembali, Reno.”

Suara serak bergema di daerah itu.

Reno mengangguk dengan wajah sedih di wajahnya.

"Sepertinya kita memiliki beberapa tamu yang imut-imut hari ini. Siapa namamu?"

"Namaku Anosh Porticolo."

"Anosh ya, itu nama yang bagus. Namaku Miguelonov. Pohon Perang Besar Miguelonov. Aku adalah roh yang memberi manusia kebijaksanaan untuk bertahan hidup dalam Perang Besar."

Miguelonov mengarahkan mata sihirnya ke arahku. [Catatan Penerjemah: Selain ras iblis, gua bakalan menyebut mata sihir untuk ras lain.]

"Kemarilah, Anosh. Orang-orang yang ikut bersamanya, katakanlah juga nama kalian. Kalian bisa menyentuhku."

Aku berjalan ke depan pohon besar Miguelonov dan menyentuhkan ujung jariku ke pohon itu. Ray, Misha, dan yang lainnya pun memberikan nama mereka dan menyentuh pohon tersebut dengan cara yang sama.

Kekuatan sihir Miguelonov menempel pada tubuh kami. Kemudian, pohon besar itu berbicara dengan Misha dan Sasha terlebih dahulu.

"Misha, Sasha. Kalian hanya memiliki setengah dari kekuatan yang kalian miliki di tubuh kalian. Kembalilah menjadi satu. Dengan begitu, kalian akan terbangun dengan kekuatan sihir kalian yang sebenarnya."

Lalu dia berkata pada Eleonor.

"Eleonor. Kau harus belajar sihir baru. Kamu mungkin lebih baik dalam mendukung orang lain daripada dirimu yang harus bertarung. Pikirkanlah baik-baik tentang apa yang kau kuasai."

Selnajutnya, dia mengarahkan mata sihirnya ke Zeshia.

"Zeshia. Kamu memiliki bakat yang hebat. Bakat seperti Pahlawan. Dan kau tampaknya cocok dengan sihir suci."

Miguelonov juga berkata pada Ray.

"Ray. Panutanmu adalah Shin yang ada di sana. Pedangnya akan membimbingmu, dan suatu hari, kau akan mencapai tempat yang berbeda."

Dia berkata pada Lina.

"Lina. Kau tidak cocok untuk bertarung. Temukan apa yang harus kau lakukan. Ikutilah kata hatimu."

Akhirnya, Miguelonov memusatkan kekuatan sihirnya padaku. Tapi tidak seperti yang lain, dia tidak segera berbicara. Setela beberapa saat, dia akhirnya berkata.

"Aah...tidak ada. Anosh, aku tidak memiliki kebijaksanaan untuk diberikan kepadamu. Terkadang ada, seseorang yang bahkan diriku tidak dapat melihat kebijaksanaan untuk diberikan kepadanya. Aku hanya mengetahui bahwa dirimu memiliki kekuatan yang besar. Itu luar biasa, atau mungkin kau memang tidak membutuhkan kebijaksanaan dariku." kata Miguelonov dengan sedikit sedih.

"Kudengar kau akan hancur?"

"Ya, itu benar. Aku akan hancur. Aku mungkin tidak akan pernah hidup lagi."

"Maksudmu karena rumor dan legenda akan hilang?"

Fufufu, Tawa lembut bergema di seluruh hutan.

“Sepertinya ada sesuatu yang biasa kuajarkan kepadamu selain tentang bertarung.” kata Miguelonov dengan gembira. "Ketika rumor dan legenda hilang, roh akan hancur. Namun, ada saat lain ketika roh juga akan hancur. Itu adalah ketika roh tersebut tidak mematuhi rumor dan legenda yang dimilikinya."

Roh lahir dari rumor dan legenda, dan merupakan makhluk yang mengikuti rumor dan legenda itu.

Mereka berperilaku sesuai dengan rumor dan legenda mereka, sama seperti Gennul si Serigala Penyembunyi yang bersembunyi dan Eniyunian yang merupakan Pohon Pendidikan Agung.

"Pohon Perang Miguelonov adalah roh yang memberi manusia kebijaksanaan untuk bertahan hidup dalam Perang Besar, yaitu kebijaksanaan untuk mengalahkan ras iblis. Namun, aku bekerja sama dengan ras iblis, yaitu Raja Iblis Tirani. Bukan untuk mengalahkan ras iblis, tapi untuk membantu mereka dan manusia bisa hidup bersama-sama."

Miguelonov, roh yang lahir untuk mengalahkan iblis, telah melanggar legendanya dengan membantu iblis.

"Anosh, tidak apa-apa, kau tidak harus terlihat seperti itu. Ku adalah iblis, tapi tidak ada yang buruk dengan itu. Lagipula, aku sudah hidup cukup lama. Aku sudah muak dengan ini. Aku tidak mau terusan-terusan memberi kebijaksanaan untuk membunuh seseorang."

Daun-daun di pohon mulai bergururan..

"Aku berterima kasih kepada Raja Iblis. Seorang sepertiku, bisa menggunakan kebijaksanaanku demi perdamaian... Aku tidak pernah sebegitu bahagia ini..."

"......Nenek......" Reno menempel erat pada Miguelonov. "Maafkan aku... itu karena keegoisanku."

"Itu bukan salahmu, Reno. Lagipula, Pohon Perang Besar akan dilupakan saat pertempuran usai. Cepat atau lambat, aku ditakdirkan untuk hancur."

Cabang Miguelonov dengan lembut menyentuhnya, membelai kepala Reno.

"Akan tiba saatnya ketika kau juga harus memilih. Ini adalah takdir roh. Sebagai roh, kau dapat melindungi rumor dan legenda, atau kau dapat untuk tidak mematuhi rumor serta legnda dan melindungi apa yang penting bagi dirimu."

"......Apa yang harus kulakukan?"

"Jika kau ragu, tanyakanlah hatimu. Roh lahir dari rumor serta legenda, dan menghabiskan separuh hidup mereka tersapu oleh rumor dan legenda itu. Roh bahkan tidak tahu bahwa dirinya dipermainkan. Tapi meski begitu, hatimu selalulah milikmu sendiri. Kau adalah gadis yang cerdas. Kau pasti akan segera menyadarinya."

Pohon besar Miguelenov mulai bersinat dengan cahaya redup. Penampilannya berangsur-angsur menjadi transparan, seolah-olah keberadaannya memudar.

"Lindungi apa yang ingin kau lindungi, Reno. Aku senang. Aku yakin perdamaian akan segera datang."

Tempat itu diterangi dengan cahay sangat kuat. Saat cahaya perlahan memudar, pohon di depanku menghilang dengan bersih. Roh, yang disebut Pohon Perang, baru saja hancur.

Reno berdiri tertegun, menatap tempat dimana Miguelonov berada sebelumnya. Setelah beberapa lama, Shin menghampirinya.

"Aku bingung." Dengan kata itu, Reno berbalik. "Aku ingin menghentikan air matamu, tapi aku tidak tahu harus berkata apa."

Kemudian Reno tersenyum, terlihat seperti hendak menangis.

"Hei. Shin, apa Raja Iblis menyuruhmu menghiburku?"

Shin kesulitan menjawab pertanyaan itu. Sambil tersenyum, Reno tertawa.

“Terima kasih. Aku senang.” Reno menatap Shin. "Tidak apa-apa. Aku tidak sedih saat aku menangis. Air mataku akan menjadi roh."

Dia tersenyum bahagia, dan tetesan air mata tumpah dari matanya. Air mata itu tersedot dengan mudah ke tanah.

Itu berkilau dan bersinat, kemudian tunas kecil tumbuh dari tanah.

"Karena kalau seperti itu, anak yang lahir itu akan sangat kasihan. Ketika seorang anak lahir, masih lebih baik untuk meneteskan air mata bahagia."

Tunas yang tumbuh dari tanah tumbuh dengan pesat dan akhirnya menjadi batang. Pohon itu memiliki banyak cabang serta daun. Meskipun lebih besar dari Pohon Besar Miguelonov, pohon itu tidak berhenti tumbuh, terus membentang dengan momentun yang menembus awam.

"Aku telah menemukan rumor yang bagus. Ini adalah sekola masa damai dimana orang-orang dari semua lapisan ras datang untuk belajar tentang hal-hal yang berbeda. Gurunya adalah kakek yang sedikit keras kepala, dan dia akan mengajari banyak hal."

Di depanku, berdiri pohon besar yant tidak asing..

"Semuanya, aku akan memperkenalkannya, Teman baru kita. Dia adalah Pohon Pendidikan Agung, Eniyunien."



2 Comments

Previous Post Next Post