Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 58

Bab 58
Upacara Penikahan


Keesokan harinya—

Aku dan Misha dengan tergesa-gesa kembali dari Dilhade ke Aharthern. Itu untuk menghadiri upacara pernikahan.

Bagian atas Pohon Besar Eniyunien. Di depan kastil kecil tempat tinggal Reno dihiasi dengan banyak bunga. Di depan pintu ada altar yang terbuat dari awan. Itu didedikasikan untuk leluhur roh.

Dari sana ke sisi lain awan, bunga air mata biru muncul membentuk jalan setapak, terlihat seperti karpet yang indah.

Semua roh yang ada di Aharthern berkumpul di sana, di seberang jalan bunga air mata. Bagi mereka yang memiliki tubuh yang sangat besar, seperti naga air berleher delapan Liniyon dan ular panjang Epiteo, ikut berbaris dalam penampilan sementara.

Kami berada di sana sebagai rombongan penghibur keliling, bercampur bersama roh-roh lainnya.

Tak lama kemudian, Reno yang mengenakan gaun putih bersih muncul dari balik awan. Disampingnya adalah Shin, mengenakan armor hitam legam.

Itu adalah Eltonica, roh yang dikenal sebagai Roh Berkat. Pada saat terjadi suatu persitiwa permberkatan, roh ini akan munucl dan menjelma menjadi pakaian yang cocok untuk penggunanya, dan memberikan berkah maupun berkat.

Eltonica menjelma menjadi armor hitam legam karena pada era ini, itu dianggap sebagai salah satu pakaian resmi ras iblis ketika mereka mengadakan upacra pernikahan.

Sebenarnya tidak ada aturan khusus tentang warna. Tapi ketika mengucapkan sumpah, aku lebih suka mengenakan pakaian berwarna hitam.

Warna hitam, warna yang tidak bisa dinodai oleh warna apapun. Ketika aku membuat sumpah yang tidak akan pernah bisa diubah, aku akan mencurahkan pikiranku ke dalam warna itu. Mungkin itu sebabnya, banyak bawahanku yang memakai pakaian formal hitam.

Kupikir itu agak tidak sesuai untuk upacara pernikahan roh yang dihiasi dengan bunga yang terhitung jumlahnya, tepi Reno mengatakan itu sempurna untuk pernikahan antara roh dan iblis, dan dia juga menghormati pakaian formal hitam. Kupikir itu karena dia tahu bahwa Shin sangat menghormati Raja Iblis Tirani.

“Reno sudah datang.”

“Paman pengguna pedang juga datang.”

“Upacara pernikahan.”

“Selamat.”

Saat Titi dan teman-temannya memberikan ucapan selamat, mereka terbang sambil menaburkan glitter, menggiring Reno dan Shin.

Keduanya berjalan dengan perlahan menyusuri jalan bunga air mata, menuju altar. Mungkin itu karena kekuatan Reno, kaki mereka sedikit melayang di udara dan tidak menginjak bunga.

“Berikan berkat yang luar bisa untuk Ibu kita yang baik hati dan  rekan kuat yang telah melindungi kita.”

Air mancur muncul di koridor awan, menciptakan sejumlah lengkungan di sepanjang jalur bunga air mata. Itu adalah berkat dari Roh Air Agung, Liniyon.

“Selamat, Reno.”

Angin sepoi-sepoi berhembus, menyapu kelopak bunga air mata. Langit membumbung tinggi dengan bunga, dan Gigadea, Roh Angin dan Petir, memberkati bereka.

“Selamat, selamat.”

Dengan cahaya hijau yang berkerlap-kerlip, kunang-kunang penyembuh Senetero beterbangan. Orbitnya seperti menghasilkan cahaya bintang yang bersinar indah.

Dengan cara ini, semua roh menggunakan kekuatan mereka sendiri untuk menyambut hangat pasangan itu ke pernikahan mereka.

“Selamat! Kau terlihat sangat cantik, Reno-chan. Shin-kun juga keren sekali!” seru Eleonor.

“...Selamat... atas... pernikahan kalian...”

Eleonor dan Zesiha menggunakan sihir Ask (Area Suci) untuk mengubah perasaan semua orang di sini menjadi cahaya.

Di sisi lain kastil, ada busur pelangi yang indah.

“Indah sekali...” gumam Lina.

Dia menatap pelangi dan kedua mempelai dengan ekspresi bahagia.

“Memang indah... Tapi apakah itu tidak apa-apa...?” tanya Sasha yang bingung di sampingku.

“Sejak awal, semuanya sangat indah dengan  berkat dari para roh. Ini tidak seperti akan ada yang berubah jika upacara pernikahan menjadi sedikit lebih mewah.”

“Begitu ya. Kalau begitu, haruskah kita melakukannya juga?”

Saat Sasha bertanya, Misha mengangguk. Keduanya berpegangan tangan dan menggabungkan teknik sihir.

“Kembang api es.”

Ketika lingkaran sihir ditarik di antara mereka, kristal es terbang dan naik ke atas langit. Saat itu meledak, sekuntum bunga besar mekar di atas langit.

Itu seperti kristal es, dan diwarnai dengan api yang indah, menciptakan kembang api luar biasa yang tetap ada di atas langit.

“Kalau begitu, aku akan melakukan hiburan.” kata Ray.

Dia mengenakan pelindung seluruh tubuh berwarna hijau.

Ketika Ray melangkah di depan jalan bunga, sekitar empat orang dengan armor di seluruh tubuh juga muncul. Di dalam armor itu tidak apa-apa, itu adalah armor yang bisa bergerak.

Roh Armor Ron Ron, mereka memegang cabang pohon di tangan mereka. Itu disebut pedang kayu berkat. Saat itu, Ron Ron langsung menuju Shin.

Shin melangkah ke depan Reno dan menghunuskan pedang besinya.

Dikatakan bahwa memotong pedang kayu berkat dan memukulkan tubuh dengan pedang kayu berkat akan memberikan kebagahian yang besar. Yang jelas, itu adalah tradisi pernikahan roh untuk membuat perubahan besar dengan pedang kayu yang memberikan berkat.

Roh Armor Ron Ron berteriak saat menyerang ke arah Shin pada saat yang bersamaan, tapi pedang kayu berkat dipotong dengan sangat mudah.

Roh-roh berteriak kagum. Itu adalah upacara pernikahan yang sangat meriah.

“Kalau begitu, ayo lakukan.”

Ray yang mengenakan armor langsung menuju ke arah Shin. Shin menyambut pedang kayu berkat yang diayunkan dari atas dengan pedang besi seperti sebelumnya.

Namun, pedang Shin menyelinap melalui pedang kayu seolah-olah itu adalah air. Pedang kayu berkat berubah menjadi cahaya, dan kemudian pedang kayu cahaya menyentuh tubuh Shin. Itu berkilauan dan menempel di tubuhnya seolah memberkatinya.

“...Apa itu rahasia dari pedang kayu berkat...?”

“Karena itu adalah pedang roh dengan kekuatan sihir yang lemah. Aku berhasil melakukannya.”

Ray membentuk lingkaran sihir dan mengeluarkan Pedang Unik Sigshesta. Kemudian dia berlutut dan mengulurkannya pada Shin dengan kedua tangannya.

“Meskipun aku penghibur keliling, tugasku lebih seperti tukang pukul dan menghajar. Maaf aku tidak bisa merayakan dengan sihir yang mencolok seperti yang lainnya.”

Shin tersenyum saat dia menerima Sigshesta.

“Itu adalah serangan perayaan yang hebat. Ray.”

Menyimpan Sigshesta di dalam lingkaran sihir, Shin berbalik.  Dia mengulurkan tangannya, dan Reno dengan gembira meraih tangannya dan mulai berjalan menuju altar lagi.

“Maaf ya sudah membuamu mengikuti sesuatu seperti ini. Ini mungkin upacara pernikahan yang aneh dari sudut pandang iblis.”

“Tidak.” Shin menatap lurus ke depan dan berkata. “Aku yang hanya memiliki hati sebilah pedang, merasa diberkati karenamu. Maaf karena aku sama sekali tidak bisa memberimu cinta, tapi aku tidak mengeluh tentang upacara pernikahan ini.”

Reno tersenyum.

“Tidak dapat dihindari bahwa ras iblis tidak bisa datang, tapi kuharap kita bisa meminta Raja Iblis Anos datang juga...”

“...Itu benar, tapi—”

Shin berhenti. Itu karena aku berdiri di depan altar.

“Namaku Anosh Porticolo. Aku adalah bentuk masa kecil dari Raja Iblis Tirani.”

Roh-roh membuat keributan tentang pernyataanku.

“Shin.”

Aku melihat langsung ke arah bawahanku.

“Bahkan jika kau tidak memiliki cinta, kau telah membuat pilihanmu. Pernikahan ini adalah apa yang jelas kau inginkan dan kau pilih. Percayalah pada dirimu sendiri. Ketahuilah bahwa tidak ada sesuatu yang diluar jangkauan. Bagaimanapun juga, kau adalah tangan kanan Raja Iblis.”

Shin mengangguk dengan lembut.

“Ini seperti Tuanku lah yang mengatakannya.”

“Raja Iblis pasti akan berkata begitu. Bagaimanapun juga, aku adalah Anosh Porticolo, penghibur keliling nomor satu di Dilhade. Apa menurutmu itu tidak asli hanya karena aku menirunya?”

Titi dan yang lainnya terbang kesana kemari sambil memegang perut dan tertawa terbahak-bahak.

Berbalik, aku berjalan ke arah hadirin. Setelah sosokku pergi, Reno berkata.

“Tapi?”

Dengan senyum masam, Shin menatap punggungku.

“Tidak, dia mungkin melihatnya dari dua ribu tahun dari sekarang. Bagaimanapun juga, Tuanku adalah Raja Iblis Tirani.” [Catatan Penerjemah: kemungkinam ‘dia’ yang dimaksud di sini adalah Anos, bukan Anos sebagai Anosh.]

Reno tertawa.

“Itu mungkin. Jika itu adalah dirinya, dia pasti akan melakukannya.”

Ketika mereka tiba di depan altar, mereka berdiri berdampingan dan menegakkan postur mereka.

Suara serius bergema. Itu adalah Eniyunien.

“Terima kasih telah menyaksikan saat yang begitu indah ketika roh dan iblis bersatu.”

Para roh, yang sangat berisik sampai itu, menjadi tenang. Mereka menyaksikan ritual itu, gatal untuk bebicara.

“Upacara pernikahan, kata-kata janji.”

Dalam kesunyian, satu-satunya suara yang dapat didengar adalah suara Eniyunien.

“Ibu Roh Agung Reno. Maukah engkau bersumpah untuk menjadikan Shin Reglia sebagai suamimu, dalam suka maupun duka, dalam namamu sebagai roh dan dari dalam hatimu, dan akan terus mencintainya sampai legendamu hanucr?”

Dengan nada yang tulus dan mata yang penuh keyakinan, Reno berkata,

“Aku bersumpah.”

“Tangan kanan Raja Iblis, Shin Reglia. Maukah engkau bersumpah untuk menjadikan Roh Agung Reno sebagai Istrimu, dalam suka maupun duka, dalam kebanggan iblis dan kemauanmu, melakukan semua yang kau bisa untuk melindugi dirinya dan anak-anaknya?”

Dengan kuat dan tajam seolah menunjukkan kebanggaan, Shin berkata,

“Bahkan jika kehancuran memisahkan kami.”

“Baiklah. Di sini telah lahir suami dari Ibu Roh Agung, Raja Roh Shin Reglia. Selama anda menepati sumpah anda, Aharthern akan berada di sisi anda. Kami para roh akan menjadi kekuatan Raja kami.”

Semua roh mengangguk, menatap Shin dan Reno untuk menunjukkan persetujuan mereka.

“Kalau begitu, lakukanlah ciuman sumpah.”

Shin dan Reno saling berhadapan. Perlahan keduanya memperpendek jarak.

Dari jarak dekat, Reno berbisik pelan,

“A-apa bisa berpura-bura saja?”

“Apa kau baik-baik saja jika berpura-pura?”

Reno, yang terdiam sejenak, berkata,

“............Kurasa tidak...”

“Kalau begitu, ayo lakukan.”

Dengan lembut, Shin merangkul punggung Reno.

“Aku mencintaimu.”

“Aku......”

Reno tersenyum, seolah membatalkan kata-kata itu.

“Tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu Shin.”

Mata Shin menjadi lembut dan ekspresinya menjadi rileks.

“Aku belum tahu apa itu cinta, tapi aku memilihmu, Reno.”

Perlahan-lahan, jarak antara keduanya semakin menyusut.  Itu tampak seperti keinginan. Seolah-olah berdoa agar benih cinta yang ditabur akan segera mulai bertunas.

Semoga, semoga, bunga itu mekar tanpa layu.

Seperti mimpi yang lenyap dalam sekejap mata, keduanya bertukar ciumanan.



2 Comments

Previous Post Next Post