Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 62

Bab 63
Eksekusi


Menggunakan Rainel (Ilusi) dan Nazira (Penyembunyi Sihir) untuk menyembunyikan penampilan dan kekuatan sihir kami, kami menyelinap melewati mata iblis para iblis penjaga saat kami menaiki dungeon bawah tanah.

Sebentar lagi, kami harusnya akan sampai di lantai pertama Kastil Raja Iblis Delzogade.

[Apa menurutmu Menou-sensei bisa menemukan Avos Dilhevia dan yang lainnya?]

Menggunakan Leaks (Komunikasi Pikiran), Ray berbicara kepadaku.

[Yah. Aku yakin kalau pihak lain juga akan waspada. Kurasa kemungkinannya 50:50.]

[Umm, tidakkah mereka bertiga berada di tempat yang sama?] kata Eleonor yang memiringkan kepalanya.

[Entahlah, tapi aku yakin mereka ingin bertarung dengan orang yang mudah mereka lawan.]

[Maksudmu mereka tidak ingin Ray dan Avos Dilhevia bertarung, kan?] tanya Sasha.

[Ya, Pedang Dewa Roh dan Pahlawan Kanon jelas merupakan musuh alaminya rumor dan legenda. Namun, Shin bisa bertarung lebih dari setara dengan Ray. Dan untuk Nousgalia, yang memiliki kekuatan dewa, Pedang Dewa Roh tidak akan efektif ketika bertarung melawannya.]

[Apa mereka ingin membuat Nousgalia dan Ray bertarung?] tanya Misha.

[Itu akan menjadi pemikiran yang ideal bagi pihak mereka.]

[Tapi Nousgalia tidak akan bisa bertarung dengan baik karena Anos-kun telah mengalahkannya, kan?] tanya Eleonor dengan penasaran.

[Di pihaknya ada Avos Dilhevia. Karena dia memiliki darah Ibu Roh Agung, dia bahkan tahu bagaimana menggunakan sihir roh. Selain itu, dengan kekuatan sihir Raja Iblis Tirani dan teknik sihir ilahi yang ditambahkan kepadanya, bukan tidak mungkin untuk menyembuhkan luka di muasal Nousgalia.]

Meskipun tidak ada bukti, aman untuk beranggapan kalau Nousgalia telah siap sepenuhnya. Dia pasti sudah mengantsipasi ini, dan itulah mengapa di bisa dengan tenang membuat muasalnya dilemahkan oleh Pedang Penghancur,

[Mereka akan membuat Nousgalia bertarung melawan Ray, dan Shin serta Avos Dilhevia akan melawanku. Misha dan yang lainnya, kupikir itu masuk akal bagi mereka untuk menggunakan iblis bawahan dari dua ribu tahun yang lalu dan Tujuh Tetua Iblis untuk menahan kalian.]

[Hmm, sepertinya mereka percaya diri?]  ucap Sasha.

[Dari pada itu, Raja Roh adalah Shin, kan? Apakah memang perlu untuk bertarung?]

[...Yah, mungkin saja memang tidak perlu untuk bertarung.]

Shin telah berusaha keras untuk mencegah Misha—Avos Dilhevia terbunuh. Semua itu dia lakukan demi mendiang istrinya, yang tidak bisa dia lindungi.

Kalau begitu, jika aku mengatakan bahwa aku hanya akan mengalahkan Avos Dilhevia dan menyelamatkan Misa, mungkin semuanya akan selesai dengan cepat.

[Tapi, jika pria itu memang tidak memiliki niat untuk bertarung, dia pasti sudah kembali padaku sekarang. Dia pasti akan menjelaskan apa yang dia lakukan dengan mulutnya sendiri.]

[Lalu kenapa dia tidak melakukan itu?]

[Kurasa karena itu tidak bisa. Tidak peduli apapun situasinya, itu tetaplah fakta bahwa dirinya telah menghunuskan pedangnya ke arahku. Ini tidak seperti dia bisa kembali ke sarung aslinya dengan wajah acuh tak acuh. Selain itu, aku tidak berpikir kalau alasannya hanya karena itu saja.]

Aku bisa membayangkannya, tapi aku tidak akan tahu sampai aku menanyakannya secara langsung.

Setidaknya, dia telah menungguku.

Maka aku harus menanggapinya.

[Aku tidak tahu, tapi biarlah. Lagian, aku yakin kau akan melakukan sesuatu tentang itu. Yang jelas, jika Menou-sensei dapat menemukan keberadaan mereka, ini akan menjadi keuntungan bagi kita, kan?]

[Ya, selain itu—]

Pada saat itu, sebuah suara bergema di dungeon bawah tanah.

“Pemberontak Anos Voldigoad. Kami bahwa tahu kau sudah menyelinap ke Delzogade ini.”

Suara ini, Melheys ya.

“Mulai sekarang, sesuai dengan perintah Avos Dilhevia-sama, kami akan mengeksekusi setiap siswa/i berseragam putih. Jika kau ingin menyelamatkan mereka, kau harus menunjukkan dirimu di arena. Jika kau tidak muncul, kami akan membunuh mereka satu per satu.”

Fumu. Itu tindakan yang kuperkirakan.

[Kau tadi baru bilang sampai selain itu—, kan?] kata Sasha.

[Ya, sejak awal, fakta bahwa mereka memakan kekuatan sihir dari murid-murid berseragam putih mungkin dimaksudkan untuk memancingku masuk.]

[Jika mereka meminta Anos-kun menunjukan dirinya, apa Avos Dilhebvia ada di arena?] tanya Eleonor.

[...Mungkin tidak. Sejak awal, tidak ada keraguan bahwa tujuan mereka adalah untuk memastikan keberadaanku. Kurasa mereka tidak begitu tolol mengharapkanku untuk datang.]

[Kalau begitu, kami yang akan pergi.] kata Sasha, dan Misha mengangguk.

[Serahkan pada kami.]

[Kalau begitu ayo lakukan itu. Aku akan memercayakan penyelamatan murid berseragam putih lainnya pada Eleonor dan Zeshia. Selain mereka yang akan dieksekusi di arena, pasti masih ada yang lain di penjara.]

[Aku mengerti.] jawb Eleonor menjawab dengan riang, diikuti oleh Zesia.

[Aku akan... melakukan yang terbaik...]

Lina mengalihkan pandangannya padaku.

[Aku......?]

[Ikutlah denganku. Raja roh sedang menunggu.]

Lina berpikir sejenak dan menjawab, [Ya].

Dia adalah peri cinta Fran. Tidak sulit membayangkan kepada siapa dirinya meminjamkan tubuhnya. Dia juga telah melihat masa lalu. Aku yakin dia juga menyadarinya.

Tapi semua itu masih belum boleh diungkapkan di sini. Jika dia menyadari bahwa diirnya adalah peri cinta Fran, dia akan menghilang.

Sampai dia menyampaikan perasaan itu, masih belum—

Kami berjalan sedikit lebih cepat ke lantai atas.

Setelah menaiki tangga di dungeon bawah tanah, kami tiba di lantai pertama Kastil Raja Iblis.

Kupikir mereka akan menungguku, tapi sepertinya tidak ada penjaga di sini.

“Mulai dari sini kita akan berpisah.”

Aku melepaskan sihir Rainel Misha dan Sasha.

Dengan menggunkan sihir Ibis (Arsitektur Kreasi), aku membuatkan topi runcing yang besar untuk mereka berdua. Jika mereka mereka memasukkan rambut mereka ke dalamnya, itu bisa menyembunyikan wajah mereka sampai batas tertentu.  

“Ini tidak terlalu kuat, tapi ini adalah item sihir yang menghalangi pengenalan. Jika kalian memakainya, entah bagaimana identitas kalian tidak akan dikenali. Jika kalian bisa menyelinap menggunakan Rainel, maka itu saja lebih baik, tapi jika ada pembatasan lokasi, kalian harus melakukan sesuatu tentang itu.”

Seperti Luche, mereka dapat menggunakan Shura (Gelombang Angin) untuk membaca aliran angin. Misha dan Sasha tidak punya cara untuk mencegah itu.

“Jika mereka mencari orang-orang yang tidak terlihat karena sihir Rainel, maka orang-orang yang terlihat akan menjadi titik buta mereka. Belum lama semenjak Avos Dilhevia mengambil alih Akademi Raja Iblis. Ras Iblis dari dua ribu tahun lalu yang memimpin keluarga kerajaan tidak akan mengenali wajah bawahan mereka dengan baik. Jika semuanya berjalan lancar, kalian akan dapat berbaur dalam ekseskusi.”

Misha mengangguk dan mengubah seragam putihnya menjadi seragam hitam menggunakan sihir Ibis.

“Kami pergi dulu,”

Mereka berdua pun menuju arena.

Sambil bergerak maju dengan yang lainnya, aku terus memperhatikan bidang penglihatan Sasha.

Menggunakan Fres (Terbang) untuk terbang dengan rendah, keduanya dengan cepat mencapai bagian luar arena.

“...Bagaimana kita bisa berbaur? Tidak mungkin kan kita bisa tahu ada berapa banyak orang di dalam?”

“Lihat.”

Misha menunjukkan jarinya. Di arah itu, terlihat siswa/i berseragam hitam yang berlari ke arena dengan tergesa-gesa.

“Aku terkejut. Bagaimana bisa mereka datang terlambat dalam keadaan seperti ini...”

“Karena mereka adalah pelajar.”

Tidak peduli bagaimana Avos Dilhevia mengendalikan mereka, siswa/i di era ini terlalu terbiasa dengan perdamaian. Kalaupun diberitahukan ada penyusup yang menyerang, tidak semuanya bisa bertindak dengan cepat.

“Ini pas sekali, ayo berbaur dengan mereka.”

Berbaur dengan beberapa siswa, Misha dan Sasha memasuki gedung.

Setelah melewati lorong yang gelap, mereka pun sampai di arena.

Di tengah-tengahnya, sejumlah siswa/i berseragam putih duduk dengan wajah tak bernyawa.

Di sekitar mereka ada siswa/i berseragam hitam dan guru-guru berjubah hitam. Semua Tujuh Tetua Iblis, termasuk Melheys, berkumpul di sana dan mengelilngi siswa/i berseragam putih.

Karena ada penyusup yang menyerang, banyak dari mereka yang mengenakan peralatan sihir. Beberapa orang memakai armor, dan ada juga yang memakai topi, jadi Misha dan Sasha tidak akan terlalu menonjol.

Misha dan Sasha secara implisit berbaur dengan sekelompok siswa/i berseragam hitam.

“Sudah waktunya.”

Ketika Melheys mengatakan itu, penghalang sihir dikerahkan di pintu masuk arena. Langit di atas juga ditutupi dengan penghalang sihir seperti atap.

“Berbaris.”

Dengan kata itu, siswa/i berseragam hitam berbaris serempak.

“Barusan, ada beberapa siswa/i yang terlambat datang ke tempat ini.”

Siswa/i berseragam hitam menjadi gugup.

“Mungkin saja beberapa dari mereka adalah Anos Voldigoad atau bawahannya.”

Melheys mengambil beberapa langkah dan melihat wajah para siswa.

“Ayo kita periksa, Nihid, Glaze.”

Dua orang guru melangkah maju.

Mereka pasti orang-orang yang sejak awal sudah ada di sini sebelum Melheys mengumumkan eksekusi tersebut.

Dengan kata lain, mereka harusnya bukanlah bawahanku.

Satu demi satu, Melheys dan kedua guru itu mengarahkan mata iblis mereka ke arah siswa/i yang berada dalam barisan.

Tujuh Tetua Iblis lainnya berjaga-jaga, menyaksikan siswa/i berseragam putih yang dijadwalkan untuk dieksekusi.

[Sasha. Jika ketahuan, gunakan Mata Iblis Penghancur.]

[Kepada Tujuh Tetua Iblis?]

[Benar. Jika kau dapat mengulur waktu, aku dapat melumpuhkan mereka dengan Mata Iblis Pencipta.]

[Melumpuhkan...?]

[Mereka semua akan diciptakan kembali sebagai kucing.]

[...Aku mengerti. Jika aku dapat menemukan celah yang bagus, aku akan melakukannya...]

Pada saat itu, Melheys memandang Sasha seolah dia menyadari sesuatu.

“...Dua orang yang di sana, topi kalian—”

“Ooi! Topi apa itu!?”

Sebelum Melheys bisa menyelesaikan perkataannya, seorang guru bernama Nihid bergegas mendekakti Sasha.

Saat Sasha mengepalkan tinjunya, Misha menyentuh tangannya.

[Tidak apa-apa.]

“Patuh dan diamlah. Jika kalian bukanlah bawahan orang yang tidak layak, maka tidak akan ada masalah.”

Nihid menggeliat dan meraih ujung topi runcing.

Kemudian, di menatap wajah Sasha dan Misha seolah sedang mengobservasi mereka.

Itu berada di titik buta Melheys, jadi dia tidak bisa melihat keduanya.

Akhirnya, Nihid berbalik dan berkata.

“Tidak ada keanehan dari semua orang yang ada di sini! Tidak seorang pun bawahan Anos Voldigiad yang hadir!”

“Begitu ya. Baiklah, ayo kita lanjutkan eksekusi.” kata Melheys, seolah dengan sungguh-sungguh menjalankan perintah yang diberikan kepadanya.

Dia pun mengalihkan pandangannya ke siswa/i berseragam putih.

“Aku akan membunuh kalian satu per satu sampai Anos Voldigoad menunjukkan dirinya. Ini memang menyedihkan, tapi ini adalah perintah dari Tuanku. Setidaknya, aku akan membunuh kalian tanpa harus merasakan penderitaan.”

Saat dia mendekati siswa/i berseragam putih, Melheys mengalihkan pandangannya ke salah satu siswi.

“Kalau begitu, dia dulu.”

Nihid datang dan meraih pergelangan tangannya tanpa ragu.

“T-tidak... tolong aku...! Kenapa ...?”

“Itu karena kau bukanlah keluarga kerajaan. Semua iblis keturunan campuran akan menjadi sumber makanan, dan Dilhade akan terlahir kembali sebagai negara indah yang dikendalikan hanya oleh keluarga kerajaan.”

Untuk sesaat, Melheys menatap siswi yang menangis itu dengan sedikit kesedihan.

Atau mungkin di suatu tempat di hatinya, dia ingin memberontak untuk tidak mengikuti perintah.

Namun, itu tidak akan cukup melepaskan diri dari kendali Avos Dilhevia.

Sasha dan Misha melihat sekeliling, dan saat itu—

“Mohon tunggu sebentar!”

Seorang siswa berseragam putih berdiri dan berjalan ke arah Melheys.

“Jika kau ingin mengeksekusi, biarkan aku yang lebih dulu di eksekusi,”

Melheys menatapnya dengan bingung.

Kemudian, siswa berseragam putih itu mengangkat suaranya dengan penuh kebanggaan.

“Aku adalah siswa kelas 3, Aramis Eltimo. Aku dulunya adalah Igerath Ijaysika, seorang yang berhubungan dengan Pahlawan Jerga, dan pewaris takhta ketujuh Azeshion dua ribu tahun yang lalu! Aku jauh merupakan musuh bagi kalian daripada iblis berdarah campuran!”

Dengan tekad di wajahnya, Igareth mengatakan itu dan menggunakan sihir Ask (Sanctuary).

Melheys segara mengalihkan pandangan yang tajam ke arah Igareth.

“Kapan kau bereinkarnasi?”

“Ini adalah reinkarnasi keempatku. Reinkarnasi terakhirku sudah cukup lama, tapi ingatan dan kekuatanku baru sepenuhnya pulih setelah aku ditahan oleh Avos Dilhevia.”

Melheys terdiam sesaat, seolah dirinya sedang berpikir.

“Baiklah. Memang benar bahwa keluarga Pahlawan adalah musuh yang harus kami para iblis hancurkan. Ayo lakukan apa yang kau inginkan.”

Tidak ada yang salah dengan itu kan, kata Melheis.

“Bawa di ke meja eksekusi.”

Nihid meraih pergelangan tangan Igareth. Saat dia melakukannya, Nihid berbisik pelan di telinganya.

Bibirnya bergerak seolah-olah sedang mengucapkan nama tertentu.



2 Comments

Previous Post Next Post