Saijo no Osewa Volume 1 - Bab 1

Bab 1
Orang Tuaku Melarikan Diri di Malam Hari, dan Aku Diculik


“Semoga sukses.”

Ayah dan Ibuku mengatakan ini saat mereka meninggalkan apartemen kumuh yang harga sewanya 20.000 yen.

Mungkin karena pengaruh film atau manga Barat yang kejam dan tanpa ekspresi, aku merasa tidak menyangka kalau orang tuaku akan mengatakan itu padaku. Saat itu pukul sepuluh malam. Aku tidak tau apakah mereka pergi ke bar atau tempat lain? Tapi yah, yang jelas mereka pasti akan pulang saat matahari terbit,... itulah yang saat itu kupikirkan.

Namun tidak peduli berapa hari telah berlalu, orang tuaku tak kunjung pulang ke apartemen. Rupanya, aku ditinggalkan oleh mereka.

“...Ini lelucon ‘kan.”

Kendati aku yang ditinggalkan, ini lebih seperti orang tuaku melarikan diri di malam hari.

Lagipula sejak awal, keuangan keluarga kami sedang bermasalah, terutama karena Ayahku suka minum alkohol dan Ibuku suka berjudi. Reputasi keluarga kami telah menyebar ke orang-orang di sekitar, dan para tetangga telah menyaksikan adegan orang tuaku melarikan diri di malam hari. Aku mendengar dari tetangga bahwa orang tuaku melarikan diri ke suatu tempat dengan panik, dan aku akhirnya mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.

“Mengatakan 'semoga sukses'... itu sungguh tidak bertanggung jawab.”

Atau lebih tepatnya, jika kalian akan meninggalkan putra kalian, maka setidaknya tinggalkan sedikit uang. Kurasa aku memiliki darah orang tua sampah yang mengalir di pembuluh darahku, karena aku justru lebih khawatir tentang diriku sendiri daripada orang tuaku.

“...Gimana nih, besok aku ada upacara pembukaan di SMA.”

Sejak awal, sudah merupakan mukjizat bahwa aku bisa masuk SMA. Sementara mengurusi orang tuaku yang merepotkan, tiap harinya aku harus bekerja sambilan untuk mendapatkan biaya sekolah, dan entah bagaimana aku bisa menghadiri sekolah tersebut hingga kelas 2. Tapi sekarang... aku tidak tahu lagi. Bagaimana dengan biaya sewa apartemen? Bagaimana dengan utilitas? Bagaimana dengan makanku? Di sebagian besar hidupku ini aku memang telah hidup dengan uang yang kuhasilkan sendiri, tapi meski begitu, orang tuakulah yang membayar sebagian dari biayara sewa apartemen. Aku tidak bisa tiba-tiba menanggung semua itu.

...Yah, kurasa aku mau pergi makan siang.

Aku menyerah pada pemikiran itu. Jarum jam menunjuklan pukul empat sore. Dan sejak pagi ini, aku belum memasukkan apapun ke dalam mulutku. Aku mencari ke seluruh penjuruh rumah, tapi tidak ada uang yang tersisa, jadi yang kumiliki hanyalah dua ratus yen, yang kebetulan kutemukan di dalam dompetku. Aku bertanya-tanya, berapa hari lagi yang bisa kuhabiskan dengan... dua ratus yen ini.

Haruskah aku berkonsultasi dengan polisi? Atau haruskah aku berkonsultasi dengan teman-temanku di sekolah sebelum melakukan itu? Tidak, aku merasa seperti aku hanya akan mendapat masalah jika aku mengkonsultasikannya dengan mereka.

Sinar mentari yang cerah membuatku semakin depresi. Saat aku berjalan menyusuri jalan-jalan yang kukenal, aku bisa mendengar suara-suara yang berbicara dari suatu tempat.

“Ufufu.”

“Yah, itu benar.”

Itu adalah nada yang sangat sopan. Aku menoleh dan melihat sepasang gadis berseragam sekolah yang rapi berjalan menuruni lereng yang landai. Dari apa yang kudengar, tampaknya di puncak lereng yang landai itu adalah salah satu dari tiga sekolah paling bergengsi di negeri ini. Itu adalah apa yang disebut “sekolah elit”. Nuansanya benar-benar berbeda dari sekolah kejuruan normal, dan terus terang saja, ini adalah sekolah untuk orang kaya.

Tampaknya sekolah itu penuh dengan anak-anak orang kaya—yang artinya, Ojou-sama dan Bocchama. Nilai standarnya sangat tinggi, fasilitasnya bagus-bagus, dan kurikulum pelajarannya sangat maju sehingga sulit dipercaya bahwa ini adalah SMA. Dikatakan bahwa mereka menjalani kehidupan yang canggih dalam banyak hal. Hari pertama masuk untuk SMA-ku adalah besok, tapi kurasa sekolah gadis-gadis itu sudah mulai masuk. Mungkin sekolah bergengsi hanya memiliki masa liburan yang lebih pendek.

“Kami hidup di dunia yang berbeda... ini tidak lucu, aku bahkan tidak bisa tertawa.”

Bahkan cara mereka berjalan pun terlihat berbeda. Baiknya asuhan yang diberikan pada mereka terpancar dari diri mereka. Aku bahkan tidak bisa lagi merasa cemburu. Orang-orang tidak bisa melakukan apa-apa menghadapi keberuntungan yang ditetapkan oleh surga. Fakta bahwa aku dilahirkan dari orang tua yang sampah, dan fakta bahwa kedua gadis itu dilahirkan dalam keluarga yang diberkati, adalah takdir yang tidak dapat diubah.

Namun, sangat jarang melihat murid dari sekolah itu berjalan-jalan di tempat seperti ini. Memang sih sekarang sudah waktunya pulang sekolah, tapi aku yakin kalau anak-anak yang bersekolah di tempat itu dijemput dengan mobil. Tidak biasa melihat mereka di kota seperti ini.

“...Hmm?”

Dalam perjalanan ke indomaret, aku melihat ada sesuatu yang jatuh di kakiku. Itu tampak seperti tempat kartu nama yang terbuat dari kulit hitam.

Aku mengambilnya dan melihat ke dalamnya. ―Itu adalah kartu pelajar. Sepertinya itu dijatuhkan oleh salah satu dari dua gadis yang tadi.

“Hinako Konohana, ya..., tidak, ini bukan waktunya untuk memeriksa namanya.”

Orang yang menjatuhkan ini berada tepat di depanku. Tidak perlu repot-repot memeriksa nama atau alamatnya.

Aku berlari dan segera menyusulnya dengan mudah. Tampaknya teman yang berjalan bersamanya sudah berpisah dengannya, dan kini dia berjalan sendirian.

“Um, permisi!”

Saat aku memanggilnya, gadis itu berbalik. Rambut kuning cerahnya melambai di udara, dan perawakannya yang rapi disinari cahaya mentari. Sosok itu membuatku terpesenoa, berpikir, inilah yang kusebut kecantikan yang melihat ke arahku.

“—Eh?”

Tiba-tiba, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di sebelah gadis itu. Pintu mobil terbuka, dan dua pria yang terlihat kuat keluar dari dalam. Para pria itu dengan cepat menyeret gadis itu ke dalam mobil.

Apa yang terjadi?

Tidak, apa yang terjadi sangatlah jelas. Aku hanya terkejut karena itu adalah sesuatu yang tidak realistis, sesuatu yang hanya pernah kulihat di manga atau sinetron...

Sekarang bukan waktunya untuk terkejut. Saat ini, tepat di depan mataku, terjadi penculikan!

“WOI, tunggu dulu!!” memutuskan bahwa aku tidak bisa berpura-pura tidak melihatn apa-apa, aku berteriak sekeras mungkin.

“Ada apa, hah!!”

“Kau kenalannya wanita ini!?”

Dua pria itu, yang tampaknya adalah penculik, berteriak kepadaku.

Sayangnya, di sekitaran sini tidak ada orang lain lagi selain kami. Karenanya, teriakanku yang barusan hanya membuat kedua pria itu kesal.

“Sial, kami tidak boleh membiarkan ada saksi yang melarikan diri! Kau juga ikut dengan kami!”

“Whoa—!?”

Salah satu pria tersebut meraih lenganku dengan kuat dan menarikku langsung ke dalam mobil.

Dan begitulah, aku diculik bersama dengan gadis tersebut.

---

“Yosh, dengan begini kalian tidak akan bisa bergerak. Duduk diam saja di situ.“ kata salah satu penculik, seorang pria yang bertubuh pendek.

Kini kami berada di kedalaman pabrik yang telah ditinggalkan. Penculikan itu tampaknya telah direncanakan dengan baik sebelumnya, baik tangan serta kakiku dan gadis itu diikat dengan borgol yang telah disiapkan sebelumnya. Selain itu, borgol gadis itu dan borgolku dihubungkan dengan rantai yang tebal.

“...Um, kurasa orang tuaku tidak akan bisa membayar tebusan.”

“Diam. Kau yang ada di sini itu cuman kebetulan.” kata si penculik sambil meludah.

Sebuah desahan keluar dari bibirku. Orang tuaku kabur di malam hari, dan aku terlibat dalam kasus penculikan... Hadeh, sampai mengalami hal seperti ini, apakah aku telah melakukan sesuatu yang sangat jahat di kehidupanku sebelumnya?

Aku benar-benar putus asa karena kemalangan yang menimpaku beberapa hari terakhir ini. Orang tuaku melarikan diri di malam hari, jadi masa depanku memang sudah suram bahkan sebelum aku diculik. Ketika penculikan ini selesai, aku tidak akan punya uang untuk makan besok. Yang jelas, aku tidak punya mimpi atau harapan.

“Kita sangat beruntung ya, Aniki. Wanita ini adalah putri dari keluarga Konohana. Bukankah dia ini benar-benar jackpot terbesar dari semua target?”

“Ya,.., keluarga Konohana adalah salah satu keluarga terkaya di antara murid-murida Akademi Kekaisaran. Kita akan bisa memeras banyak tebusan dari ini.”

Kedua penculik itu berbicara dengan senyum licik di wajah mereka. Saat aku mendengarkan mereka, aku melihat gadis di sebelahku, yang juga terikat.

Dia bisa saja diculik untuk sesuatu selain tebusan. Dia memiliki penampilan yang sempurna. Matanya bulat dan polos, tapi ada sedikit kecerdasan di belakangnya, itu adalah suatu kombinasi antara keimutan dan kecerdasan. Pangkal hidungnya yang lurus memberikan rasa keanggunan, dan bibir lembabnya yang berwarna merah muda memberikan nuansa keindahan. Rambut kuning mudanya halus dan berkilau, dan kulitnya putih dan halus layaknya salju. Lengan dan kakinya ramping dan panjang.

“...Hei.” gadis itu membocorkan suaranya.

Apa yang bisa kukatakan tentang ini, sikapnya tampak sedikit berbeda dari saat aku melihatnya di jalan. Sebelumnya, dia memancarkan suasana yang sangat anggun, tapi sekarang, dia terlihat merasa cemas akan sesuatu.

Yah, wajar saja—dia diculik, jadi dia pasti merasa cemas. Tidak heran apabila dia tidak bisa bertindak seperti dia yang biasanya. Tidak sepertiku, Ojou-sama yang bersekolah di sekolah bergengsi ini memiliki masa depan yang menjanjikan di depannya. Mungkin itulah sebabnya, dia merasa jauh lebih takut dibanding diriku.

Meskipun aku memiliki masa depan yang suram, mungkin setidaknya aku bisa menghibur gadis di depanku ini. Aku mencoba yang terbaik untuk memilih kata-kataku dan menghibur gadis itu.

“T-Tenanglah. Seingatku, penculikan dengan motif mendapatkan tebusan memiliki tingkat keberhasilan yang sangat rendah—“
 
“Toilet.”

 “Selain itu, polisi Jepang sangat kompeten, jadi kalau kita hanya menunggu dan melihat situasinya....., tunggu, apa?”

Apa barusan aku salah dengar? Aku merasa seperti aku baru saja mendengar kata yang terlontar dengan sangat cepat.

“Bisa-bisa aku ngompol, aku mau ke toilet.”

Gadis itu menunjukkan keinginan yang kuat untuk pipis.



12 Comments

Previous Post Next Post