Saijo no Osewa Volume 1 - Bab 5

Bab 5
Selamat Datang di Keluarga Konohana (1)


“Selamat datang kembali, Ojou-sama.”

Saat kami mendekati pintu masuk mansion itu, para pelayan laki-laki dan perempuan yang berbaris di kedua sisi menundukkan kepala mereka secara serempak. Di depan, setidaknya ada selusin pelayan, dan Ojou-sama yang dimaksud menguap ringan, dan kemudian, “Ya.” Menjawab seperti itu.

Seperti biasanya, Ojou-sama itu begitu terpaku denga kiprahnya. Namun, semua pelayan ini sudah terbiasa dengan ini dan terus menundukkan kepala tanpa menunjukkan reaksi tertentu.

Gerbang yang begitu khidmat terbuka dan aku melangkah ke dalam mansion. Bagian dalamnnya, yang terlihat layaknya hotel mewah, memenuhi penglihatanku. Karpet merahnya terbentang lurus, dan ada banyak sekali perabotan mewah. Tapi tidak seperti hotel, ini adalah mansion tempat tinggal orang, jadi suasananya lebih tenang kenadati glamor, tapi meski begitu, ada begitu banyak emas yang tidak ada di rumah orang biasa.

“Wow...”

“Kenapa kau bereaksi seperti itu?”

“T-tidak, erm..., dunia yang kita naungi sangat berbeda sampai-sampai membuatku jadi merinding.”

“Harap terbiasalah. Saat kau mulai bekerja untuk Ojou-sama, kau akan melihat pemandangan ini setiap hari, bukan?”

Aku belum memutuskan apakah aku akan bekerja atau tidak, tapi aku sudah memiliki sedikit kepercayaan diri. Jika aku tinggal di sini terlalu lama, aku akan kehilangan semua akal sehatku.
 
“Ojou-sama, apa rencana anda untuk sisa hari ini?”

“Tidur.” Gadis itu langsung menjawab.

“Dimengerti. Kalau begitu, karena aku harus membimbing Nishinari-sama, jadi aku akan mengirim seseorang untuk menggantikanku.”

Pelayan itu melihat ke pelayan lain yang sedang menunggu di dekat dinding. Tapi gadis itu mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata pelayan itu, dan berkata, “Udah ah, aku tidak jadi mau tidur.”

“Anda tidak jadi mau tidur?”

“Ya..., aku ingin bersama dengan Itsuki.” Kata gadis itu, sambil menarik lengan bajuku.

Entah kenapa, aku merasa seperti aku punya adik perempuan, saat aku memikirkan itu, mata pelayan di sampingku terbuka lebar.

“Tidak mungkin..., Aku tidak percaya Ojou-sama akan menunda waktu tidurnya...!?”

Aku penasaran, apakah itu memang sangat mengejutkan.

Kupikir dia hanya terjaga secara normal karena dia telah tidur saaat masih di culik dan dalam perjalanan di mobil...

Si pelayan, yang sudah tenang, melanjutkan bimbingannya. Setelah menaiki tangga besar, pelayan itu mengetuk pintu ruangan yang terletak di ujung koridor.

“Permisi.”

Pelayan itu membuka pintu. Di sisi lain pintu, ada sebuah ruangan besar dengan seorang pria sedang berdiri di tengahnya.

“Pasti kaulah Itsuki Nishinari-kun itu.” kata pria itu saat melihatku.

“Aku Kagen Konohana, Ayahnya Hinako dan ketua dari Grup Konohana.”

Pria itu—Kagen-san—berdiri dan menyapaku.

Dia memiliki wajah yang terlihat awet muda, tapi dia mengenakan setelan yang berkualitas tinggi dan penuh keeleganan.

“Meskipun aku adalah ketua, tapi aku hanya bertanggung jawab atas satu perusahaan di dalam grup. Ini bukanlah posisi yang terlalu tinggi.”

“Maaf, tapi kepala keluarga berikutnya seharusnya tidak boleh terlalu merendahkan diri seperti tiu.”

“Haha, jangan terlalu marah gitulah, Shizune. Itu kan cuman candaan biasa. Kalau kau memasang aura mencekam seperti, Itsuki akan menjadi terintimidasi.” kata Kagen-san sambil tersenyum.

Namun tiba-tiba, pandanganya matanya menjadi tajam.

“...Begitu ya. Memang benar, Hinako tampaknya tertarik denganmu.”

Kagen-san memandang gadis yang berdiri diagonal di belakangku—Hinako-san. Sebelum aku menyadarinya, wajah Hinako-san tertunduk saat tangannya memegang lengan bajuku, dan entah kenapa, dia terus mengangguk-anggukkan kepalanya—

“Dia, tidur sambil berdiri...!?”

Memangnya kau ini seorang salaryman yang ada di kereta untuk berangkat kerja apa?

 Ah... dia ngiler lagi.

“Itsuki-kun, kudengar kau baru saja terlibat dalam penculikan putriku..., Apa ada sesuatu yang terjadi pada kalian selama rentang waktu itu...? Aku belum pernah melihat putriku begitu menyayangi seseorang yang dia temui untuk pertama kalinya...”

“Ti-tidak, aku tidak melakukan sesuatu yang istimewa.”
 
“Begitu ya. Yah, Hinako itu hidup berdasarkan perasaannya, jadi aku yakin kalau dia berada di gelombang yang sama denganmu.”

“Gelombang...?”

Aku tidak berpikir kalau ini adalah masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan satu kata: gelombang...

Bahkan aku sendiri tidak tahu mengapa dia sampai begitu terikat padaku seperti ini.
 
“Selain itu, Hinako selalu menginginkan seorang pengasuh yang dapat membuatnya merasa nyaman. Tapi, posisiku membuatku jadi sulit untuk memberinya orang seperti itu. Karenanya, dia tidak ingin melepaskanmu, yang dia temui secara kebetulan.”

Begitu ya, kurang lebih aku bisa memhaminya. Bagaimanapun juga, dia sendiri yang bilang bahwa dia menginginkan pengasuh yang santai karena semua pengasuhnya sangat tegang.

“Nah sekarang. Sebelum aku menjelaskan tentang pekerjaanmu sebagai pengurus, kau harus mengenal Hinako dulu.., Shizune.”

“Iya.”

Pelayan yang menunggu di belakang ruangan menanggapinya, dan kemudian mengoperasikan proyektor yang dipasang di sisi kiri ruangan.  Lampu di ruangan itu kemudian mejadi redup, dan di dinding yang berwarna putih muncul suatu video.

“Seperti inilah rupa Ojou-sama saat dia menghabiskan waktunya di akademi.”

Di video itu, aku melihat seorang gadis yang sedang tidur di belakangku—Hinako-san. Tempat dari video itu..., mungkin adalah lorong akademi. Sebagai sekolah yang bergengsi, pintu dan jendela ruang kelas didekorasi dengan sangat apik.

[Selamat pagi, Konohana-san.]

[Semoga harimu menyenangkan.]

Hinako menanggapi sapaan teman sekolahnya dengan senyum manis.

Hmm,...? Perasaan aneh apa ini?

Adegan berubah, dan sekarang kami melihat video yang direkam di ruang kelas.

[Baiklah, untuk soal ini..., Konohana-san, apa kau bisa menjawabnya?]

[Iya.]

Hinako berdiri dengan tenang saat dia ditunjuk untuk mengerjakan soal. Mempertahankan postur tubuh yang tegak, dia berjalan ke papan tulis dan tanpa henti, menuliskan jawaban dari soal tersebut dengan kapur.

Dia memancarkan aura kejeniusan, dan siswa-siswi di sekitarnya menatapnya dengan kagum.

Adegan berubah lagi. Itu adalah ruang kelas yang sama, tapi dari cahaya yang tampak keoranyean, mungkin itu saat sepulang sekolah. Di sana, seorang siswi sedang berbicara dengan Hinako-san yang sedang duduk di dekat jendela.

[K-Konohana-san! Kami mau mengadakan pesta teh di taman. Kalau kau tidak keberatan..., maukah kau ikut bergabung dengan kami?]

[Jika kalian juga tidak keberatan, dengan senang hati aku akan ikut bergabung.]

[T-terima kasih banyak! Aku sudah menyiapkan kue yang enak untukmu loh, Konohana-san!]

[Fufu, kau tidak perlu terlalu gugup saat bersamaku.]

Pipi gadis itu merona terhadap Hinako-san yang tersenyum.

Video pun berakhir, dan lampu di ruangan menjadi terang lagi.

Nah, sekarang biarkan aku mengungkapkan pikiranku dengan jujur.

“SIAPA DIA...?”

“Dia adalah Hinako-sama.”

“Mustahil...”

Gadis yang ada di dalam video itu adalah Ojou-sama yang sangat mulia, polos, cantik, dan anggun. Itu tidak terlihat seperti gadis yang telah tertidur di belakangku sejak beberapa waktu yang lalu, sambil menganggukkan kepalanya—tapi, yang di video itu memang persis seperti dia.

“Hinako, dia itu bisa berperan sebagai Ojou-sama yang sempurna sat di depan umum.”

“...Di depan umum?”

“Benar. Sebaliknya, jika dia sedang tidak di depan umum...”

Kagen-san menatap si pelayan. Dan pelayan itu mengangguk tanpa suara, kemudian mengganti videonya.

Adegan itu di ruang kelas. Namun, tidak ada seorang pun di sekitar. Hanya ada dua orang dalam video itu, yakni Hinako-san dan seorang siswi yang berseragam sama sepertinya.

[O-Ojou-sama. Pelajaran berikutnya akan segera dimulai...]

[Aku capek. Aku mau tidur.]

Hinako-san mengatakan itu dengan malas, dan kemudian merebahkan diri di mejanya. Adegan berubah, dan kali ini lokasinya ada di lorong.

[O-Ojou-sama! Pelajaran selanjutnya adalah Penjaskes, jadi cepatlah dan ganti pakaian anda...]

[Gantiin.]

Adegan kemudian beralih ke halaman sekolah kali ini.

[Ojou-sama!? Baru saja, aku menerima panggilan dari kepala keluarga yang mengatakan kalau kartu kredit anda telah disalahgunakan―!?]

[Mungkin aku menjatuhkannya.]

[Apa, kenapa anda tidak memberitahuku itu sebelumnya—]

Video itu terputus tepat sebelum siswi itu berteriak.

Yang terakhir itu...

“Inilah Hinako yang asli.” kata Kagen-san, dengan ekspresi rumit di wajahnya.



5 Comments

Previous Post Next Post