Saijo no Osewa Volume 1 - Bab 3

Bab 3
Kiprah Ojou-sama (2)


Sekalipun kau bertanya mengapa aku ada di sini...

“Yang diincar para penculik itu aku, kan?”

Oh, begitu ya. Tampaknya gadis tersebut sadar bahwa dirinya dalam situasi dimana dia diculik. Karenanya, mengesampingkan dia yang diculik, dia bertanya-tanya kenapa aku ada di sini bersamanya.
 
“Kau menjatuhkan Kartu Pelajarmu, dan aku hendak mengembalikannya... Saat itulah, para penculik muncul dan mereka juga ikut membawaku.”

“Jadi begitu.” Serunya, tampak mengerti. “Terus, mana Kartu Pelajarku?”

“Eh? Oh..., ya, ini.”

Aku mengeluarkan Kartu Pelajar gadis itu dari sakuku. Setelah menerima kartu pelajarnya, dia memainkan permukaannya dengan gerakan yang canggung. Jika dilihat dengan lebih jeli, terdapat suatu tonjolan tidak wajar di sudut kanan bawah kartu tersebut. Tampaknya di sana ada tombol kecil yang tertanam. Gadis itu kemudian menekan tonjolan itu dengan kukunya.

“Nah, dengan begini, bantuan harusnya akan segera datang.” Mengatakan itu, gadis itu menghela napas ‘Fuuu’, dan melanjutkan, “Aku mau tidur.”

Dengan santai, dia berbaring di lantai di sampingku. Entah kenapa, sekarang aku sudah merasa terbiasa dengan keberanian gadis ini, jadi aku tidak terkejut dengan tingkahnya itu. Tapi, gadis yang sedang berbaring itu, menatapku.

“Aku mau tidur.”

“...Tidur aja kenapa?”

“Bantal.”

Aku hendak mengatakan, ‘Mana mungkin di sini ada bantal,’ tapi kemudian gadis itu menepuk lututku dalam diam... Aku penasaran, apa dia ingin aku memberikannya bantal pangkuan?

Pada dasarnya sangatlah untuk mudah untuk merasa senang saat seorang gadis cantik bersikap manja seperti ini, tapi karena aku sudah meilihatnya dalam sosok bebal, aku jadi merasa biasa saja. Sebelumnya para penculik memerintahkanku untuk mengurusnya, dan setelah menghela nafas, aku meminjamkan lutuku kepadanya.

“Ketinggiannya bagus.” Gadis itu bergumam dengan puas. “Nina bobonya mana?”

“Maaf..., tapi itu tidak ada dalam kosakataku.”

“Kalau begitu, ceritakan aku sesuatu yang menarik.”

Tidak masuk akal.

Meski begitu, keberaniannya begitu kuat sehingga meniup udara suram yang menyelimuti tempat ini. Normalnya, ini adalah situasi yang akan membuat seseorang merasa takut dan menangis, tapi berkat gadis ini, aku jadi mampu mempertahankan ketenanganku.

“Tempo hari, saat aku berada di kereta dengan temanku—“

Isinya mungkin tidak terlalu menarik, namun gadis itu mendengarkanku dalam diam. Beberapa menit kemudian, aku mendengar hembusan napar tidurnya dari pangkuanku. Gadis itu tidur dengan nyenyak.

“...Ya ampun, ileranmu terlalu berlebihan.”

Dengan menggunakan ujung bajuku, aku menyeka air liur dari mulut gadis itu.

“...Mmn.”

“Oh maaf. Apa aku membangunkanmu?”

“Tidak masalah.” Gadis itu menjawab sambil membalikkan badan dalam tidurnya.

“Rambutku, berantakan.”

“Kenapa kau tidak mengikatnya saja? Berbaliklah sebentar.”

“Mm.”

Aku kemudian mengikat rambut gadis itu di bagian atas, seperti model ponytail.
 
“Kelihatannya kau cukup baik dalam hal ini?”

“Ah..., aku dulu menata rambut ibuku sepanjang waktu.”

“Hmm.”

Ibuku pernah bekerja di klub kabaret, dan aku biasanya membantunya menata rambutnya sebelum dia pergi keerja. Itu adalah kenangan yang tidak ingin kuingat.

Pada saat itu, salah satu penculik menendang kayu yang ada di dekatnya. Tiba-tiba, terdengar suara yang sangat keras dan membuatku terkejut. Penculik itu terlihat marah saat dia menempelkan ponsel ke telinganya.

“—Cukup! Kalau kau terus mengulur-ngulur waktu, aku akan memukul wajah putrimu!” dengan mata yang merah, pria itu berteriak. Sesaat matanya menatap gadis itu.

“...Jangan mengatakan hal lain yang mungkin memprovokasi para penculik seperti yang sebelumnya kau lakukan,” kataku saat melihat gadis itu.

Gadis itu memang memiliki nyali yang besar, tapi mungkin itu hanya karena aku tidak melihat sifat aslinya. Karenanya, aku mengucapkan kalimat layaknya kepuasan diri.

“Jangan khawatir. Jika ada sesuatu yang gawat tejadi, aku bisa menjadi perisai untukmu.”

Meskipun aku memiliki masa depan yang gelap, setidaknya, aku dapat membantu seseorang.

Merasakan sedikit lega, Gadis itu membuka mulutnya.

“...Kenapa kau sampai mau melakukan itu?”

“Entahlah.”

Aku tidak perlu repot-repot menceritakan tentang diriku padanya. Aku tersenyum selembut mungkin terhadap gadis yang penasaran itu.

“...Aku tertarik padamu.” kata gadis itu. “Gimana bilangnya..., bersamamu rasanya sangat nyaman. Dan lagi, baumu seperti kasur setelah dikeringkan.”

Bukannya itu justru bau kuman-kuman yang mati. Itu bukan ungkapan yang senang kudengar...
 
“Kau tahu, aku punya banyak sekali orang yang mengasuhku, tapi..., sikap mereka semua sangat tegang.”

“....”

“Tapi, kau bersikap begitu santai kepadaku, yang membuatku bisa merasa nyaman saat bersamamu. Aku senang.”

Gadis itu tersenyum padaku, dan membuatku terpesona untuk sesaat. Tapi, satu-satunya alasanku merasa nyaman dengan itu adalah karena aku tidak begitu memahaminya. Atau jika aku memiliki masa depan, aku mungkin akan lebih terpesona. Tapi sayangnya, aku dalam keadaan di mana aku bahkan tidak bisa mencari nafkah untuk hari esok. Sekalipun aku dibenci oleh wanita, tidak akan ada kerugian yang ‘kan kualami. Dia ini adalah tipe orang yang tak terkalahkan yang menjadi masalah sosial akhir-akhir ini.

“Kau, siapa namamu?”

“...Itsuki Nishinari.”
 
“Begitu ya. Namaku Hinako Konohana.” Gadis itu berkata dengan biasa saja. “Mulai sekarang, kau akan menjadi—”

Tepat saat gadis itu hendak mengatakan sesuatu. Sesuatu yang tampak seperti kaleng kecil terlempar terlempar melalui jendela pecah dari pabrik yang dintinggalkan. Kaleng itu mengeluarkan suara dentingan, dan saat berikutnya, asap putih menyembur keluar.

“Terobos!!”

Aku mendengar suara keras dari lantai pertama pabrik itu. Pada saat yang sama, dentuman langkah kaki yang tak terhitung jumlahnya bisa terdengar dari mana-mana.

“S-sial!? Aku tidak bisa melihat apapun!!”

“Sejak kapan mereka sampai sedekat ini—arggg!?”

Entah dari mana, sekelompok pria yang tampak seperti polisi muncul dan dengan cepat mengamankan kedua penculik itu. Para pria itu kemudian dengan cepat mendekatiku dan gadis itu,

“Jangan bergerak!!”

“...Eh?”

Para pria itu jelas memusuhiku.

“T-tunggu dulu! Aku adalah korban disi—“

“Bacot! Diam di tempatmu!”

“Whoa!?”

Kepalaku ditekan dengan keras dan aku terlempar ke lantai. Saat ini, baik tangan dan kakiku sama-sama terikat. Jadi sekalipun mereka tidak melakukan kekerasan padaku, aku tidak akan bisa memberikan perlawanan.

“Shizune-sama! Kami telah mengamankan pelaku yang ketiga!”

“Setauku pelakunya ada dua orang..., Aku ingin tahu, apakah informasi tim pengintai salah...”

Saar tabir asap telah hilang, seorang wanita muncul dengan suara langkah kaki biasa. Wanita itu memiliki rambut hitam yang dia uraikan hingga ke pinggangnya. Dia berpakaian hitam dan putih yang berenda, dimana orang-orang biasa menyebutnya sebagai seragam pelayan.

“Ojou-sama, apa anda baik-baik saja?”

“Mmh.”

Pelayan itu mendekati gadis itu, dan kemudian melepaskan borgol dan belenggunya. Terlepas dari semua kebisingan itu, gadis itu tampak tidak terusik. Dia menguap seolah dia akhirnya terbangun dari tidurnya barusan.

“Maafkan aku atas keterlambatan menyelamatkan anda. Tapi..., aku ‘kan sudah memberitahu ini pada anda sebelumnya. Saat anda pergi keluar, anda harus menghubungi kami terlebih dahulu.”

“Malas, itu merepotkan.”

“Dan akibat dari kemalasanmu itu, inilah yang terjadi. Ya ampun...” Pelayan itu menghela nafas.

“Shizune. Orang ini bukan salah satu dari para penculik.”

“...Begitukah?”

Saat gadis itu menunjuk ke arahku, mata pelayan itu sedikit membelalak. Kemudian, pengekanganku dilepaskan dengan perlahan.

“Aduh, duh, duh...”

“Maafkan aku. Kupikir kau juga adalah pelaku dalam kasus ini.”

“Jelas-jelas aku ditahan tadi, tentunya aku bukan termasuk pelaku...”

“Dalam beberapa kasus, kelompok kriminal mungkin cekcok dan bubar. Hal seperti ini sering terjadi dalam kejahatan jangka panjang seperti penculikan.”

Itu..., memang benar. Aku menutup mulutku, tidak bisa membantahnya.

“Nah sekarang. Ayo serahkan sisanya pada mereka, dan kita akan pulang. Kau juga, silakan ikut dengan kami.”

Rupanya, mereka akan menunjukkan jalan keluar dari tempat ini. Aku mengangguk dalam diam. Tapi, gadis itu tidak beranjak dan menatapku dengan tatapan acuh tak acuh di matanya.

“Hei, Shizune.” Mengatakan itu, gadis itu menunjuk ke arahku. “Aku menginginkan orang ini.”

“Dimengerti. Aku akan mengaturnya secepat mungkin.” Pelayan itu dengan hormat menundukkan kepalanya.

“......Eh?”

Apa yang dia maksud dengan ‘mengaturnya’?



13 Comments

  1. "BACOD DIAM DI TEMPATMU"
    MC BI LEK : Gw juga korban ajg

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak ngerti lagi gw sama nasib ngenesnya si MC awowkwowk 😂😂😂

      Delete
  2. Muka mc nya belum dikasih liat kan

    ReplyDelete
  3. Mc nya bilek : 🗿 salah saya apa

    ReplyDelete
  4. Ketika di piting si MC Bilek:
    Salah gw apa bgsd(emote batu)

    ReplyDelete
  5. Ortu kabur entah kemana,duit tinggal dikit,kena culik lagi
    Saya sebagai pembaca merasa terharu😇

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini mah ortunya lebih parah dari ortunya Yuya njir🤣🗿

      Delete
  6. Gw suka TL nya njir kocak awokawok

    ReplyDelete
  7. "Bacod ng"

    "Gw korban jeng"

    Konyol bgt

    ReplyDelete
  8. MC: Saya manusia biasa, makan nasi

    ReplyDelete
Previous Post Next Post