Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Bab 4 Bagian 2

Bab 4 Bagian
Kudengar raungan mesin bercampurkan deruan angin


Tak lama kemudian, kami akhirnya sampai di pelabuhan pulau (yah, pada dasarnya sih itu cuman pantai), segara membongkar muatan, lalu turun ke darat.

“Kalau begitu, aku pergi dulu.”

“Nona, berhati-hatilah.”

Mengatakan itu, Charl memegang tangan Siesta, dan aku...,yang merasa bingung karena tekanan dari Siesta yang hanya diam, hanya bisa mengulurkan tangan kananku untuk melambai padanya.

“Sampai jumpa lagi.”

Dan dengan begitu, kami berfokus pada misi terakhir kami.

 

“Anginnya sejuk sekali ya.”

Meskipun kami berada di situsai seperti ini, aku tak dapat menahan diri untuk tidak mengatakan itu ketika aku merasakan belaian dari hembusan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma laut yang sedang pasang.

“Fasilitas penelitian itu ada di arah sini, kan?”

Dengan suara yang lebih keras dari biasanya, Charl menanyakan itu.

“Ya, menurut peta, kita harus pergi ke arah sini.”

Terhadapnya, aku menjawab dengan suara yang jauh lebih keras.

Alasan untuk itu adalah, saat ini kami sedang berkendara di atas motor dengan berboncengan, menuju tempat tujuan kami.

Motor ini ukurannya cukup besar untuk dimuat di atas perahu, tapi agar operasi kami berjalan dengan lancar, kami memerlukan kendaraan ini. Kami tidak boleh tinggal terlalu lama di sarangnya 《SPES》.

“...Ngomong-ngomong, bukannya ini justru terbalik?”

Charl, yang tidak mengenakan helm, melirik ke belakang untuk sesaat, kemudian mengatakan itu.

“Terbalik?”

“Maksudku posisi kita, Kimizuka!”

Untuk suatu alasan, dia terdengar sedang marah.

Ini aneh, aku yakin kalau aku tidak melakukan sesuatu yang salah.

“Biasanya kan, dalam situasi seperti ini, pria lah yang harusnya mengemudi!?”

Oh, begitu toh. Kami berdua berboncengan, dan dia merasa tidak senang karena dia yang harus mengemudi.

“Yah, aku kan tidak punya SIM.”

“Dasar pecundang.”

“Jangan menyamakanku denganmu ketika kau itu datangnya dari Amerika.”

Hukumnya berbeda tahu. HUKUM.

“......Dan juga.”

“Dan juga?”

“J-jangan terlalu dekat.”

Dia melirik sekilas ke arahku, lalu dia mengerucutkan bibirnya.

Tampaknya dia kepikiran dengan fakta bahwa aku sedang memegang pinggangnya.

“Tapi kan aku takut.”

“Hah? Kenapa justru pria yang merasa takut ketika dua orang sedang berboncengan?”

“Aku tidak tahu mengapa, tapi sejujurnya aku merasa rileks saat aku memeluk pinggangmu.”

“Whoa, saat ini umat manusia mendapatkan pelaku pelecehan seksual terburuk dalam sejarah.”

Seperti itu, kami melanjutkan percakapan tolol kami, dan terus bergerak melawan angin.

Di seberang cakrawala yang luas, tidak ada seorang pun yang terlihat. Dan di pulau ini, aku bisa melihat kincir angin berlensa putih di kejauhan. Karena di sini ada penghasil listrik dan energi, maka seharusnya ada semacam peradaban buatan.

“Tadi itu....”

Tanpa memperlambat laju motornya, Charl berbicara kepadaku.

“Tidak bisakah kau membiarkan Nona memelukmu?”

Lagian, kau kan ingin memeluk seseorang,  katanya, mengejek situasiku saat ini.

“Kau ini tolol apa? Mana mungkin aku bisa melakukan sesuatu yang memalukan seperti itu?”

“Tapi kan, saat ini saja kau melakukan sesuatu yang memalukan.”

“Yah, aku sih tidak peduli dengan apa yang kau pikirkan tentangku, Charl.”

“Kujatuhkan juga kamud ari motor.”

Lagian memang itulah yang sejak tadi kupikirkan untuk kulakukan, tambah Charl.

Oi, jangan mengubah arah secepat itu. Aku akan benar-benar mati, tahu! Hentikan.

“Tapi, kau akan menyesalinya jika kau bersikap terlalu keras kepala seperti itu.”

Charl menyatakan itu dengan nada yang serius.

“Bagaimanapun juga, kau hanya memiliki Nona.”

Aku hanya memiliki Siesta.

Dan—Aku ingin menyangkal perkataanya itu, tapi aku tidak bisa melontarkan suaraku.

Jika Siesta tidak ada di sisiku...

Aku berniat memikirkan skenario yang mungkin tersebut..., tapi aku menyerah untuk memikirkannya.

Hari ini, tidak perlu bagiku untuk memikirkan kemungkinan akan skenario itu.

Sekarang aku harus fokus pada operasi yang saat ini sedang dijalankan.

“Tapi, Siesta tidak hanya memilikiku.”

Aku mengatakan itu dengan nada yang bercanda, berniat mengaburkan pembicaraan.

“Siesta juga memilikimu, Charl, dan masih banyak rekan-rekan lainnya. Aku tidaklah istimewa...”

“Kau salah.”

Meski begitu, Charl berkata dengan suara yang melankolis.

“Nona hanya memilikimu.”

Aku tidak tahu bagaimana aku harus menanggapi kata-kata itu, dan pada akhirnya, aku hanya bisa mendengarkan raungan suara mesin yang bercampurkan deruan angin.



5 Comments

  1. Nona hanya memilikimu dan nona nanti akan mati fk

    ReplyDelete
  2. Mc keras kepala,tsundere ,abis mati nyesel dah lu

    ReplyDelete
    Replies
    1. IYA nyebelin banget sumpah

      Delete
    2. Kalau MC nya perfect jadi ngebosenin cerita nya :v

      Delete
    3. setuju bro, kalau MC nya peka ntar lu bilangnya mc ganjenan, mending kek gini pendekatan nya sama siesta perlahan namun pasti

      Delete
Previous Post Next Post