Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 3 - Bab 1 Bagian 12

Bab 1 Bagian 12
Musuh Sesungguhnya


Beberapa minggu kemudian.

Aduh! Kau barusan menginjak kakiku ‘kan, Siesta?”

Berjalan di dalam ruangan yang gelap, aku mengeluh seperti itu kepada Siesta yang ada di sampingku.

“Eh, aku tidak menginjak kakimu kok.”

“…Kau pasti berbohong, kan? Terus, kalau apa yang kau katakan itu memang benar…”

Saat ini, kami sedang berada di dalam kegelapan. Perasaan merinding tiba-tiba merambat di punggungku, membuatku secara naluriah meraih lengan Siesta.

“Aku cuman bohong kok.”

“Mengapa kau malah berbohong dengan maksud jahat seperti itu!?”

Seriusan dah, gadis ini…, kayaknya tujuannya dilahirkan hanya untuk mengolok-olok orang lain. Sungguh, aku benar-benar tidak bisa menghadapinya. Dan karena itu, kuberharap agar suatu hari nanti, dia akan menemukan pasangan yang bisa menggantikan posisiku ini.

“…Jadi? Apa di depan sana benar-benar ada musuh?”

Memelankan suaraku, aku bertanya pada Siesta.

“Ya, aku yakin kalau di depan sana ada musuh. Karena bagaimanapun juga, sekarang kita sudah mendapatkan rekaman dari seluruh bangungan ini.”

Mengatakan itu, dia menunjuk ke arah kamera pengintai yang dikendalikan dari jarak jauh. Kami tahu persis di mana semua orang berada, dan Acchan adalah satu-satunya orang yang memantau sambil memberi instruksi kepada kami. Sekarang dia berada di basis operasi, terus mengawasi kami kalau-kalau terjadi sesuatu.

“Kita sudah hampir sampai.”

Aku mengatakan itu, dengan maksud untuk menguatkan diriku sendiri.

“Ini adalah jawaban kita. Entah apapun yang akan mereka katakan lagi, kita tidak akan mendengarkan mereka.”

“…Iya.”

Selama beberapa minggu terakhir ini, dengan Siesta sebagai pemimpin kami, kami melakukan penyelidikan terhadap fasilitas ini.

Kami menggunakan penemuan-penemuan Acchan untuk mematai-matai, menyadap, mengintai, dan apapun yang mesti kami lakukan untuk bisa memperoleh informasi—dan akhirnya, kami berhasil menemukan kebenaran yang disembunyikan. Hari ini, aku dan Siesta akan menghadapi musuh.

Tentu saja, ini sepenuhnya akan mengubah kehidupanku.

Selama dua belas tahun aku hidup, aku hampir tidak bisa menghabiskan waktuku untuk bermain dengan teman-temanku karea aku memiliki kondisi tubuh yang lemah. Namun, belakangan ini, aku mendapatkan teman yang kusebut teman yang buruk. Jika kami menentang melawan fasilitas ini secara terbuka, kami mungkin akan terpisah satu sama lain. Kalau sudah begitu, tidak mungkin aku bisa menggelengkan kepalaku dan menyangkal jika ada yang bertanya padaku apakah aku  merindukan mereka.

“Haruskah kita berhenti?”

Tampaknya apa yang kupikirkan terbaca, karena kumendengar ada suara merdu yang menyaranku demikian.

“Kepribadianmu itu buruk ya, Siesta.”

Aku mengatakan itu dengan sedih, ingin menyingkirkan pemikiranku tersebut.

Memang benar, aku masih merasa ragu. Aku bahkan punya pemikiran untuk menyerahkan segala sesuatunya kepada mereka berdua saja. Tapi, ada satu hal yang kuyakini, jika saat ini aku melarikan diri, maka di masa depan nanti aku pasti akan menyesal.

Ini adalah kesempatanku. Kupikir ini adalah kesempatan terakhirku untuk pergi dari ranjang…, dan terbang keluar dari sangkar burung.

Karenanya, aku—

“Ayo kita lakukan. Aku tidak akan membiarkan diriku dikucilkan oleh teman-temanku.”

Mengatakan itu, aku memasukkan tanganku ke dalam sakuku. Dan di dalamn sakuku itu, aku bisa merasakan ada suatu benda yang memiliki tekstur keras.

Aku berharap aku tidak harus menggunakan benda tersebut.

“…Astaga, sungguh, kalian semua memang benar-benar anak-anak.”

Saat Siesta mengatakan itu, dia tersenyum lembut.

 

Setelah berjalan beberapa saat, kami akhirnya sampai di tujuan kami. Di tempat itu, kami menemukan lift yang mengarah ke ruang bawah tanah. Setelah mengangguk satu sama lain, kami memasuki lift, dan turun ke ruang bawah tanah.

Kemudian, pintu lift terbuka, dan hal pertama yang memasuki penglihatan kami adalah serangkaian jejeran tangki air besar. Tangki-tangki tersebut diisi dengan cairan berwarna hijau dan berisikan beberapa benda yang dihubungkan dengan tabung.

“Oh, tampaknya kita punya tamu.”

Saat itu, kami mendengar suara dari pihak ketiga di ruangan itu.

“Kayaknya waktu untuk melakukan ekperimen agak dipercepat dari yang direncanakan.”

Orang yang mengatakan itu adalah pria berjubah putih—dokter pengawasku, yang juga merupakan kepala dari panti asuhan ini.

 

“Apa semua itu adalah..., Homunculus?”

 

Menunjuk ke arah apa yang berada di dalam tangki besar, Siesta bertanya pada pria itu.

“……Hoho, tampaknya kau sudah melakukan penyelidikan yang cukup bagus.”

Sudut bibirnya melengkung, dan secara tidak langsung dia mengakui bahwa hipotesis yang disebutkan Siesta adalah benar.

Inilah rahasia yang disembunyikan oleh fasilitas ini, yang sudah kami ketahui.

Mereka tidak hanya melakukan eksperimen obat-obatan normal—tapi di sini, memang benar-benar ada eksperimen manusia yang sesungguhnya.

Eksperimen tersebut adalah eksperimen untuk menyuntikkan energi tertentu yang tidak diketahui ke dalam tubuh untuk memberikan subjek eksperimen kemampuan fisik yang jauh melebihi manusia normal. Tujuan mereka adalah untuk mengulangi percobaan eksperiman pada anak-anak yatim yang tak memiliki kerabat, dan akhirnya menciptakan “Homunculus”.

“Apa kau adalah salah satu dari 《Homunculus》?”

Dengan muram, Siesta bertanya kepada kepala panti, dan kemudian...,

 

“Aku adalah《SEED sang Induk》.”

 

Nada suara pria itu tiba-tiba berubah. Dan di saat yang sama, penampilannya terus berubah menjadi berbagai bentuk. Dalam satu momen, dia menjadi seorang pria berambut pirang, dan di saat berikutnya, tubuhnya berputar dan berkerut sebelum dia berubah menjadi wanita cantik berambut panjang. Hingga akhirnya—

“Nah, ini adalah bentuk yang paling membuatku nyaman.”

Seorang pemuda ramping berambut putih muncul.

…Yah, dia mungkin terlihat seperti seorang pemuda, tapi aku tidak benar-benar tahu apakah dia itu laki-laki. Wajahnya yang indah terlihat cukup feminim..., tapi ada perasaan seolah dia terlihat aseksual, atau biseksual.

“Tapi pada akhirnya, gambaran itu juga tidaklah benar. Makhluk-makhluk yang ada di sana pun juga demikian.”

Mengatakan itu, laki-laki yang menyebut dirinya SEED melihat ke arah tangki-tangki tersebut dengan mata jernih.

“Semua ini adalah klon yang diciptakan dari bagian yang dipotong dariku.”

“Jadi, apa kau berniat untuk menggunakan anak-anak dan membuat 《Homunculus》 sungguhan?”

“Yah, paling tidak pemahamanmu itu tidak salah.”

Meskipun aku tidak menyukai sebutan Homunculus yang kau katakan itu, timpal SEED.

“Untuk apa kau melakukan ini?” Tanyaku, yang tak bisa menahan diri untuk tidak menyela percakapan diantara mereka. “Perang? Uang? ...Mengapa kami harus mengorbankan diri kami untukmu?”

Itulah apa yang ingin kuketahui selama dua belas tahun terakhir aku telah tinggal di fasilitas ini.

—Di fasilitas ini, terdapat beberapa anak yang menghilang.

Anak-anak yang di tinggal di sebelah ruanganku, ketika mereka menjalani ekperimen obat-obatan, keesokan harinya mereka tiba-tiba menghilang.
 
Mereka pasti meninggal di tengah-tengah eksperiman yang dilakukan..., dan ingatan kami tentang anak-anak itu dihapus menggunakan obat-obatan atau semacamnya.

“Ada yang ingin menggunakan kekuatanku untuk mendapatkan uang, kekuatan militer, dan berbagai hal lainnya. Tapi aku pribadi sama sekali tidak tertarik dengan semua itu. Apa yang membuatku melakukan ini—adalah naluri bertahan hidup yang tidak pernah terpuaskan.”

Berdiri di depan kami, SEED mengatakan itu dengan tatapan yang kosong.

“Jadi, apa yang akan kalian lakukan? Apa tujuan kalian dengan mencari tahu kebenaran tentang fasilitas ini, tujuanku, dan kemudian berkonfrontasi denganku?”

“Sudah jelas ‘kan, apa pun yang terjadi, kami akan menghentikan semua perbuatanmu.”

Saat berikutnya, Siesta menodongkan senapan yang dia taruh punggungnya. Tentu saja, senapan itu juga merupakan salah satu penemuannya Acchan.

“Kalian menggertakku?”

“Aku serius.”

Mengatakan itu, aku mengambil pemicu bom dari dalam pakaianku.

Fasilitas ini terletak di pulau terpencil yang dikelilingi oleh lautan. Karena kami tahu bahwa kami tidak bisa melarikan diri, kami tidak memiliki pilihan lain selain bertarung.

“Jika aku menekan tombol ini, laboratorium ini akan hancur berkeping-keping.”

Saat aku mengatakan itu, aku meletakkan ibu jariku di tombol berwarna merah. Tentu saja, jika aku menekan tombol tersebut, kami tidak akan bisa lolos tanpa terluka. Namun demikian, ini akan membantu kami dalam bernegosiasi.

“—Kurasa itu masih belum siap.”

Tapi kemudian, kupikir pikir aku melihat sedikit raut kekecewaan di wajah SEED yang harusnya tidak memiliki ekspresi.

“Tapi tetap saja, rencananya akan dimulai sekarang.”

“…A-apa yang kau bicarakan!?”

Ini kesannya seolah dia sama sekali tidak menganggap kami sebagai lawan, jadi aku mengangkat tombol pemicu bom, untuk menarik perhaiannya.

“Pengorbanan diri? Sungguh bodoh. Dari melihat ujung jarimu yang gemetaran itu, aku bisa tahu kalau kau tidak berani untuk menekannya.”

“A-aku berani!”

Aku menyangkalnya.

“Lantas kenapa kau tidak menekannya?”

Saat itu, cahaya berwarna merah muncul dari mata SEED.

“…?”

Untuk beberapa alasan, bertentangan dari apa yang ingin kulakukan, ibu jariku bergerak untuk menekal tombol.

“Tunggu, tunggu, tunggu! Tidak! Tidak! ......!”

Kalau terus begini, ibu jariku akan menekan tombol tersebut. Dan aku tahu, bahwa bom itu benar-benar ada…!

“Uu!”

Menyadari ada yang tidak beres dengan situasi ini, Siesta mengarahkan senapannya ke arah SEED, dan tanpa ragu-ragu menarik pelatuknya.

“......? Pelurunya, tidak menembak?”

Tapi, tidak ada peluru yang keluar dari moncong senapan itu. Sementara itu, ibu jariku menekan tombol merah, dan kemudian—

“Tidak ada yang terjadi?”

Dalam artian tertentu, hal ini membuatku merasa lega, tapi ini juga berarti bahwa kami mendapat masalah besar lainnya.

Kedua penemuan Acchan tidak bisa berfungsi.

Apa ini kebetulan? Nasib buruk?—Ataukah...

“Sudah sejak lama, aku telah mengetahui akan masa depan kecil ini.”

SEED berguman, dan kemudian....,

 

“Hei kalian~, itu tidak akan berhasil, tau?”

 

Dari belakang, kami mendengar ada suara dari pihak lain.

Dengan takut-takut, aku berbalik, dan di sana, gadis yang memiliki rambut berwarna persik berkata...

“Kalian tidak boleh mengarahkan sesuatu yang berbahaya seperti itu kepada bosku.”



4 Comments

Previous Post Next Post