Saijo no Osewa Volume 2 - Bab 15

Bab 15
Ojou-sama yang berkontribusi pada keluarga


Keesokan paginya.

Setelah sarapan di rumah Keluarga Tennoji, aku menghampiri mobil hitam di luar mansion yang datang menjemputku.

"Terima kasih untuk semuanya."

Aku membungkuk dalam-dalam pada Masatsugu-san dan Tennoji-san yang repot-repot mengantarku pergi. Hanami-san tidak bisa mengantarku karena dia memiliki sesuatu yang mesti dia kerjakan, tapi kami sempat bertukar salam dengan ringan sebelum aku keluar dari mansion.

“Kau bisa datang ke sini lagi kapan saja.”

“Ya, datang lagi ya, aku tunggu!”

Setelah mendengar mereka mengatakan itu, aku masuk ke dalam mobil.

Oh iya, mobil ini adalah mobil yang disiapkan oleh Keluarga Konohana. Aku yakin Tennoji-san dan ayahnya mengira kalau aku akan pulang ke rumahku sendiri, tapi kenyataannya aku akan kembali ke kediaman terpisah Keluarga Konohana tempat Hinako dan Shizune-san tinggal.

Lalu, saat si sopir mengatakan, “Kita berangkat!”, mobil pun mulai melaju pergi.

Ngomong-ngomong, Shizune-san tidak ikut datang menjemputku karena ada kemungkinan kalau wajahnya akan diingat sebagai pelayan dari Keluarga Konohana.

Tapi mengesampingkan soal itu... kemarin aku benar-benar telah melalui hari yang sangat berarti.

Saat aku bertemu lagi dengan Tennoji-san, aku harus mengucapkan terima kasih lagi kepadanya, pikirku, sambil melihat-lihat pemandangan yang terbentang di luar jendela.
 
---

Setelah melihat tamunya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mansion, Masatsugu menatap Mirei.

“Mirei, apa kau berhubungan baik dengan dia?”

“Ya. Meskipun kami enggak satu kelas, tapi kami sering berinteraksi satu sama lain.”

Menanggapi pertanyaan dari ayahnya, Mirei memberikan peng-iya’an.

“Selain itu..., Nishinari-san juga telah sangat membantuku.”

Mirei jadi teringat akan apa yang terjadi satu bulan yang lalu.

Prestise yang dimiliki oleh Keluarga Tennoji sangat kuat. Makanya, bahkan di Akademi Kekaisaran, ada banyak orang yang menghormatinya. Namun demikian, dia tidak memiliki banyak kesempatan untuk ngobrol dengan akrab bersama orang lain karena mereka merasa bahwa mereka tidak berada di posisi yang sama seperti dirinya.

Di saat Mirei berada di situasi seperti itu, Itsuki lah yang merubah hari-harinya. Itsuki mengundang Mirei untuk bergabung ke pesta teh dan sesi belajar kelompok, dan anak laki-laki itu juga memberinya kesempatan untuk mengenal Hinako Konohana yang dia pandang sebagai saingannya dan ingin berinteraksi dengannya jika memungkinkan.

Bahkan sesi belajar bareng yang mereka lakukan akhir-akhir ini pun pada dasarnya bisa terjadi karena Itsuki. Melalui sesi belajar bareng yang mereka lakukan itu, nilai Mirei jadi meningkat dan dia bisa mendapatkan beberapa teman baik.

Saat ini, Itsuki merasa bahwa dirinya tidak memberikan sesuatu yang sepadan terhadap apa yang Mirei berikan kepadanya, tapi kenyataannya, Mirei merasa sangat berterima kasih kepada Itsuki atas semua hal yang terjadi berkat dirinya.

Selain itu—

[Kupikir bekerja bersamamu akan terasa menyenangkan, Tennoji-san.]

Mirei tidak menyangkan bahwa Itsuki akan mengatakan sesuatu yang sampai membuatnya merasa sangat bahagia.

Meskipun Mirei selalu terlihat percaya diri, tapi bukan berarti dia sama sekali tidak merasa cemas akan masa depannya. Persaingannya dengan Hinako juga merupakan ekspresi dari kecemasannya bahwa jika dia kalah dari Hinako di akademi, maka dia mungkin akan terus kalah di masa depan.

Itu sebabnya, dia sangat bahagia saat mendengar perkataan Itsuki tadi malam.

Sambil mempertahankan sikap yang tegas, Itsuki menemukan dan menghapus kecemasan yang Mirei sembunyikan jauh di dalam hatinya.

Aku juga... aku merasa bahwa diriku akan bisa menyelesaikan pekerjaan apapun jika aku mengerjakannya bersamamu, Nishinari-san.

Saat Mirei tenggelam dalam pikirannya seperti itu, Masatsugu mengelus-ngelus jenggot tipisnya sambil bergumam “Hmm...” dengan suara yang kecil, lalu dia mulai berbicara...

“Apa hubunganmu dengannya adalah hubungan antara pria dan wanita?”

“Eh!? ‘K-Kan aku sudah bilang kalau kami tidak memiliki hubungan yang tidak murni seperti itu!!” dengan wajah yang memerah, Mirei menyangkal pertanyaan Masatsugu.

Berpikir bahwa ayahnya sedang bercanda dengannya, Mirei menggerutu, “Astaga...”, dengan suara kecil, tapi kemudian——

“Begitu ya, baguslah kalau begitu.” Dengan wajah yang serius, Masatsugu menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya, aku punya sesuatu yang mau kubicarakan denganmu... Kupikir, mungkin sudah waktunya bagimu untuk memiliki tunangan.”

Itu benar-benar pernyataan yang mengejutkan, membuat mata Mirei membelalak dan langsung bertanya balik.

“T-Tunangan?”

“Ya. Sebenarnya aku memang sudah mempertimbangkan perihal ini, tapi aku tidak pernah mengungkitnya kepadamu karena kupikir ini masih terlalu dini untukmu. Namun di acara pertemuan sosial tempo hari, aku memiliki kesempatan untuk ngobrol-ngobrol dengan perwakilan dari Keluarga Konohana. Saat itu, topik tentang pertunangan muncul, dan tampaknya dia sangat aktif dalam mempertimbangkan masalah pertunangan untuk putrinya. Dia juga bilang bahwa pertunangan bisa menjadi langkah untuk menjauhkan serangga nakal dari putrinya.”

Dengan ekspresi yang serius, Masatsugu lanjut berbicara.

“Di masa depan, pasti akan ada banyak orang yang mencoba mendekatimu karena gengsi dari Keluarga Tennoji. Tentunya, beberapa dari mereka pasti ada yang mendekatimu dengan niat jahat. Jadi dengan pemikiran seperti itu, kupikir apa yang dilakukan Keluarga Konohana ada benarnya. Meskipun begitu, aku pribadi tetap berpikir bahwa ini masih terlalu dini untukmu, tapi... kalau kau pribadi merasa siap, maka aku tidak keberatan.”
 
Rupanya, topik yang Masatsugu bicarakan bukanlah berita bahwa tunangannya telah diputuskan. Karena Mirei dibesarkan sebagai putri dari Grup Tennoji, dia memang sudah menduga bahwa suatu hari dirinya akan bertunangan dengan seseorang. Namun, Mirei pikir perihal itu masih belum akan terjadi saat ini.

Akan tetapi, bukan masalah waktu yang dipikirkan oleh Mirei, melainkan——

“Tentang pertunangan itu... Apa itu demi kebaikan Keluarga Tennoji?”

Saat Mirei mengatakan itu, suaranya terdengar bergetar pelan.

Namun, seolah ingin meredam suara lemahnya barusan, Mirei bertanya lagi pada ayahnya.

“Apa aku akan bisa berkontribusi pada Keluarga Tennoji jika aku bertunangan?”

“...Hmm, yah, kurasa itu akan membuat keluarga kita menjadi lebih mudah dalam membuat rencana.”

Pertunangan untuk kaum kelas atas dapat digunakan untuk memperkuat suatu koneksi yang ada. Jika Mirei bertunangan dengan putra dari perusahaan yang berhubungan baik dengan Grup Tennoji, transaksi di masa depan pasti akan berjalan lebih lancar daripada sebelumnya. Lalu jika di masa depan pihak lain itu menjadi keluarga, maka risiko perselisihan antar perusahaan relatif mudah dihindari, dan sebaliknya akan membuat pembicaraan skala besar seperti akuisisi dan merger menjadi lebih mudah.

“Kalau begitu——” Seperti biasanya, Mirei menjawab dengan senyuman bermartabat. “Aku siap untuk bertunangan.”



9 Comments

Previous Post Next Post