Maou Gakuin no Futekigousha Volume 5 - Bab 3

Bab 3
Kedatangan Siswa Pindahan Misterius


Akademi Raja Iblis Delzogade, Ruang Ajar 2.

Bersamaan dengan berbunyinya bel tanda dimulainya pelajaran, Kakaka, terdengar tawa yang seperti tawa preman.

Pintu kelas terbuka, dan Raja Api Kematian, Eldemade, muncul di podium. Dia memakai topi tinggi dan memegang tongkat di tangannya.

“Selamat pagi, murid-muridku sekalian. Aku, Raja Api Kematian, kembali ke podium untuk mengajari kalian apa itu Raja Iblis!”

Setelah cuti selama beberapa waktu, Raja Api Kematian memberikan kesan yang kuat kepada pada siswa dengan kata-kata pertamanya.

“...Hei, bukankah ada sesuatu yang rasanya berbeda dari Eldemade-sensei?”

“Y-Ya, kau benar. Rasanya dia seperti lebih ekspresif...”

Mengamati suasana yang bingung dari para siswa, Kakaka, Eldemade tertawa terbahak-bahak.

“...Tidakkah dia terlalu ekspresif...?”

“Tapi, sejak awal ‘kan memang ada yang aneh dengan dirinya... Dan bukankah dia juga pernah menyebut dirinya dewa atau semacamnya...?”

“Kau benar, dia ada mengatakan sesuatu seperti itu...”

“Tapi kalau dipikir-pikir, mengapa saat itu kita benar-benar menganggapnya serius?”

Dengan menghilangnya Nousgalia, efek dari sabda yang dia ucapkan menghilang, dan para siswa tidak lagi percaya bahwa Eldemade adalah dewa. Yang tersisa hanyalah pemikiran bahwa dia adalah orang aneh yang menyebut dirinya dewa.

Eldemade saat ini memiliki otoritas Bapa Surgawi, yaitu tatanan yang melahirkan tatanan. Mengingat kepribadian yang ia miliki, jika aku mengalihkan pandanganku darinya, dia bisa saja akan melakukan sesuatu yag bahkan lebih menyusahkan daripada Nousgalia, jadi aku memutuskan untuk membuatnya bekerja sebagai guru di Delzogade. Tentunya, dia bukan orang yang akan mengambil tugas untuk mengajar begitu saja. Ada alasan tertentu mengapa dia melakukan itu.

“Baiklah, murid-muridku sekalian. Sebelum memulai pelajaran kita hari ini, aku akan memperkenalkan siswa baru pada kalian!” Eldemade mengarahkan tongkatnya ke pintu masuk. “Masuklah.”

Dengan kekuatan sihirnya, pintu berderak terbuka, dan aku langsung melangkah masuk ke dalam kelas.

“...Eh?”

“...Fufufu, dia  kecil sekali...”

“Kira-kira berapa ya umurnya?”

“Tapi, memangnya boleh ya mendaftar di akademi pada usia itu?”

“Mungkinkah dia hanya memiliki tubuh yang kecil?”

“Selain itu, sekarang ‘kan Akademi Raja Iblis mengizinkan siapa pun untuk hadir di sini selama mereka dinilai memiliki potensi.”

Aku berhenti berjalan dan menoleh ke para siswa yang berisik. Kemudian, dengan penuh martabat, aku berbicara,

“Namaku Anosh Porticolo. Umurku enam tahun.”

Dengan menggunakan sihir Kurusura (Pertumbuhan Terbalik), aku mengecilkan tubuhku sehingga jadi sama seperti tubuh anak berusia enam tahun.

Di pandanganku, aku bisa melihat ekspresi cemas Sasha, dan di samping satu kursi yang kosong, aku bisa melihat Misha tersenyum tipis.

“Whoa, aku benar-benar terkejut...”

Saat Eleonor yang tidak tahu apa-apa soal ini membagikan kesannya, Zeshia di sampingnya tampak berbinar.

“Zeshia, jadi..., kakak...”

“E-Erm, Ray-san, apa kau tahu sesuatu soal ini?” bisik Misa pada Ray.

“Aku juga tidak mendengar apa-apa soal ini.”

Tok, tok, tok, Eldemade mengetuk lantai dengan tongkatnya, dan ketika dia berhasil menyita perhatian para siswa,

“Anosh. Mengapa kau tidak memperkenalkan dirimu sedikit lagi?”

“Fumu, baiklah.” Aku mengambil satu langkah maju. “Sebelum datang ke sini, aku adalah penghibur keliling. Spesialisasiku adalah meniru Raja Iblis Tirani. Makanan kesukaanku adalah jamur gratin. Tidak ada sihir yang tidak aku kuasai. Aku mungkin sedikit asing dengan apa yang menjadi kebiasaan di sini, tapi kuharap kita bisa akur.”

Setelah memberi perkenalan, terdengar suara tepuk tangan. Rupanya, yang melakukan itu adalah Misha. Mengikuti teladannya, siswa di seluruh kelas bertepuk tangan dengan meriah.

“Sensei, boleh tidak saya bertanya pada Anosh-kun?”

“Ya. Bertanyalah sesukamu.”

Setelah menerima izin, seorang siswi berseragam putih bertanya kepadaku.

“Karena umurmu baru enam tahun, apa itu artinya kau bereinkarnasi, Anosh-kun?”

“Aku tidak bereinkarnasi. Aku benar-benar berumur enam tahun.”

“Wow, hebat sekali. Jadi, kau lulus ujian pindahan di usia enam tahun?”

Mendengar pertanyaan itu, seorang siswa berseragam hitam menyelanya.

“...Tapi apa itu mungkin...? Kudengar ujian pindahan itu cukup sulit loh...?”

“Ya, aku juga siswa pindahan, dan ujian itu bukanlah ujian yang bisa dilalui anak-anak.”

Kelas mulai berisik, dan untuk menenangkannya, Eldemade tertawa,

“Kakaka, wajar kalau kalian terkejut. Bagaimanapun juga, Anosh Porticolo ini adalah anak yang  jenius.”

Jika aku memutukan untuk mengatakan bahwa aku bereinkarnasi, aku mesti memikirkan tentang orang seperti apa aku di kehidupan sebelumnya. Akan sulit untuk mempertahankan konsistensi dari hal itu, dan ada kemungkinan orang akan bertanya mengapa aku tidak menggunakan sihir Kurst (Pertumbuhan).

Semakin mencoba menutupi sesuatu, semakin banyak ketidaksesuaian yang akan timbul. Dengan demikian, aku hanya harus mendorong semuanya dengan alasan bahwa aku jenius.

“Gitu toh... Jadi dia anak yang jenius, ya...”

“Sesuatu seperti itu, memang ada ya...?”

“Ya, meskipun dikatakan bahwa setidaknya di Dilhade ada anak seperti itu, tapi tetap saja...”

Meski beberapa dari mereka memiliki ekspersi yang merasa ragu, tapi sepertinya mereka menerima alasan itu.

“Kalau begitu, duduklah di kursi kosong mana pun.”

Ketika aku mulai berjalan, para siswa serempak memanggilku,

“Di sini, Anosh-kun. Di sini kosong loh.”

“Anosh, duduk di sini saja. Ayo kita berteman.”

Fumu, perlakuan ini sangat ramah. Ini benar-benar perlakuan yang berbeda jika dibandingkan dengan aku saat dianggap sebagai orang yang tidak layak.

Meski demikian, di sini aku sudah punya tempat duduk.

“Oh, ngomong-ngomong, Eldemade-sensei, kuperhatikan Ellen dan teman-temannya masih belum datang, kenapa ya...?”

“Kelompok Paduan Suara Raja Iblis memiliki urusan resmi hari ini. Mereka akan datang setelah urusan mereka selesai.”

“Urusan resmi, ya. Tau-tau saja, mereka sudah jadi terkenal, ya.”

Populartias Kelompok Paduan Suara Raja Iblis meroket, dan para gadis itu terus-menerus menerima permintaan untuk menyanyikan himne Raja Iblis. Fakta bahwa mereka berada di bawah kendali langsung Raja Iblis Tirani yang memiliki otoritas kerajaan juga menjadi faktor besar. Meskipun ada berbagai tujuan yang berbeda dari mengapa mereka dikirimi permintaan, namun tidak ada salahnya untuk menyebarkan lagu perdamaian. Tentunya, aku telah memberitahu Ellen dan yang lainnya untuk bekerja keras dalam tugas resmi mereka sejauh itu tidak menganggu studi mereka.

“O-Oi, tunggu, anak itu...”

Melihat punggungku, seorang siswa terkesiap.

“Jangan bilang, dia mau duduk di kursi itu?”

“...Ga-Gawat. H-Hei, Anosh. Jangan duduk di situ!”

Aku menoleh ke arah siswa yang memanggilku.

“Apa kursi itu sudah ada yang punya?”

“Tidak, bukan begitu, tapi...”

“Jika demikian, tidak ada masalah.”

Tanpa memedulikan apa-apa, aku terus berjalan ke arah kursi di samping Sasha dan Misha.

“...Mu-Mungkinkah karena dia masih anak-anak, jadi dia tidak tahu...?”

“Meskipun tidak tahu, tetap saja itu gawat. Kursi itu ‘kan..., kursinya Anos-sama...?”

“Tidak, tapi ‘kan, Anos-sama tidak belajar lagi dengan kita...”

“Aku pernah loh iseng-iseng duduk di sana sebelumnya.”               

“Kau duduk di sana?!”

“Cuman iseng, iseng doang!”

“...Terus, apa yang terjadi?”

“Pada timing yang buruk, Sasha-sama kembali ke tempat duduknya dan duduk di sampingku. Dia tersenyum ramah sih, cuman dia mengarahkan Mata Iblis Penghancur-nya ke arahku, jadi aku memastikan aku tidak melakukan kontak mata dengannya.”

“Yah, mengingat jika kau melakukan kontak mata dengan dia yang sedang mengaktifkan mata iblisnya, kau pasti akan mati...”

“Bukan hanya itu saja, Misha-chan juga terus-terusan menatapku. Dia tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia hanya diam dan menatapiku dengan saksama.”

“Jarang-jarang Misha-chan sampai marah seperti itu.”

“Kemudian, sebagai pukulan terakhir, ada Eleonor-san! Dengan nada yang amat santai, dia bilang padaku kalau aku duduk di kursi itu, aku tidak boleh mengeluh jika aku terbunuh?!”

“Kamu juga salah sih, harusnya kamu segera pergi dari situ.”

“Habisnya tubuhku tiba-tiba terasa lumpuh, jadi aku tidak bisa berdiri!”

Semua mata di kelas tertuju kepadaku.

“Kalau dipikir-pikir, lebih daripada apa yang orang itu katakan, kupikir kursi itu jauh lebih berbahaya... Sesuatu seperti iseng-iseng duduk di sana, itu lelucon yang terlalu ceroboh. Itu sama saja seperti meminta untuk dibunuh.”

Terdengar siswa lain mengucapkan kata-kata seperti itu.

“Coba lihat sekeliling kursi itu. Pahlawan Kanon, siswi dari Akademi Pahlawan, mantan raja iblis palsu dan Necron bersaudari. Lebih baik jangan berani dekat-dekat dengan kursi itu...”

“Eh? Mereka semua orangnya baik, jadi pasti tidak apa-apa.”

“Tidak, tidak, tidak..., mau dilihat dari sudut pandang mana pun, mereka itu kombinasi yang aneh, bukan? Lagian, apa Pahlawan Kanon benar-benar sekutu kita? Begitu juga dengan raja iblis palsu. Dan kalau dipikir-pikir, apa gunanya mereka berdua pergi sekolah?”

Seorang siswa lain mengatakan itu dengan serius.

“...Mereka pasti sedang merencakan sesuatu. Coba pikirkan baik-baik, bagaimana mungkin orang-orang itu hanyalah siswa normal? Mereka pasti cuman bersembunyi di Akademi Raja Iblis, dan ketika saatnya tiba, mereka akan mengkhianati Raja Iblis Tirani...?”

“Aah... Mungkin, itulah sebabnya Sasha-sama dan Misha-chan mengawasi mereka...”

“Kau benar, karena kalau tidak, tidak mungkin para monster berkumpul di sana... Kalau diandaikan, di sekitar kursi itu adalah gudang mesiu. Sekilas, mereka terlihat melakukan percakapan dengan ramah, tapi kau tidak pernah tahu kapan mereka akan meledak.”

“Dan alasan mengatapa tidak ada yang berbicara apa pun tentang kursi itu adalah karena mereka terlalu takut untuk mengatakan apa-apa. Bahkan para guru pun, setiap pagi, mereka akan menundukkan kepala mereka untuk memberi hormat di kursi itu...”

“Ya, itu tempat yang agak sulit untuk didekati...”

Fumu. Sepertinya, saat aku tidak ada, ada perubahan, seperti kursi ini dianggap seperti tempat sakral, dan Rei serta Misa ditakuti. Yah, mereka adalah pelajar yang suka bergosip. Tidak ada masalah khusus membiarkan mereka membicarakan sesuatu seperti itu.

Mendekati kursiku, aku mengirimkan kekuatan sihir, dan kursi itu pun bergerak. Aku pun duduk di sana dan kemudian menoleh ke sampingku.

“Bagaimana? Tidak ada yang menyadarinya, kan?”

Sasha menunjukkan ekspresi tercangang, sedangkan di sisi lain, Misha tampak berpikir panjang, kemudian berkata,

“Masih belum saja.”

“Tapi, apa kau benar-benar berpikir tidak akan ada yang menyadari sesuatu yang aneh? Mengingat ini adalah kamu, kamu pasti tidak akan jadi anak yang diam dan patuh, kan?”

“Santai, untuk itulah aku mengatakan aku anak yang jenius.”

“Ya, apa pun yang terjadi, semuanya bisa ditutupi dengan kata jenius.”

Tau-tau saja, Eleonor ikut nimbrung.

“...Rencana yang..., sempurna...,” ucap Zeshia, mengepalkan tinjunya.

“Apa kau dengar itu, Sasha?”

“...Yang jelas, setidaknya cobalah lebih serius dalam menyembunyikan siapa dirimu sebenarnya...”

“Tidak akan ada masalah. Toh aku punya bawahan yang luar biasa.”

“Hei, siapa yang kau bicarakan...?”

“Apa aku salah? Soalnya jika itu kamu, aku yakin kau pasti bisa menutupi hal seperti ini dengan baik.”

Mendengar ucapanku, Sasha tersipu dan memalingkan mukanya.

“...Baiklah, baiklah. Sesuai keinginanmu, Raja Iblis. Kurasa kita akan mengalami banyak kesulitan...,” gerutu Sasha.

“Sasha senang,” bisik Misha padaku.

“Misha, jangan mengatakan sesuatu yang tidak-tidak.”

“Ahahaha. Tapi tetap saja, aku senang bisa belajar lagi sama kamu, Ano—Anosh-kun.”

Misa mengatakan itu sambil tersenyum hangat. Di sisi lain, Ray bersandar pada kursinya dan tersenyum segar kepadaku.

“Bagaimana dengan kerjaanmu sebagai Raja Iblis?”

“Mengerjakannya setelah pulang sekolah sudah cukup. Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, aku punya bawahan yang luar biasa. Gelar Raja Iblis hanyalah sebuah simbol. Sedangkan untuk permohonan dari rakyat, sebagian besarnya dapat ditangani oleh Elio, Melheys, dan yang lainnya.”

Akan lebih baik jika gelar Raja Iblis itu hanya sebatas simbol. Jika ada situasi di mana Raja Iblis Tirani harus menggunakan waktu tidurnya untuk mengerjakan tugas resminya, itu artinya dunia tidak damai.

“Sepertinya ini akan menjadi kehidupan sekolah yang menyenangkan lagi.”

“Ya,” ucapku, tertawa.

Di sisi lain, para siswa yang sampai saat ini terus memperhatikan kami menghembuskan napas lega.

“...Se-Sepertinya dia tidak kenapa-kenapa...?”

“Justru suasananya terlihat harmonis, bukan? Meski kita tidak tahu sih apa yang mereka bicarakan...”

“Tapi kok bisa ya?”

“...Kupikir karena dia masih anak-anak?”

“Kuuh, jadi maksudmu itu keistimewan dari anak-anak, ya. Curang mah itu namanya...”

Tok, tok, tok, terdengar lagi suara tongkat yang mengetuk lantai.

Saat para siswa buru-buru mengalihkan perhatian mereka ke podium, “Hari ini Sensei juga ingin memperkenalkan instruktur ilmu pedang baru pada kalian,” ucap Eldemade.



Post a Comment

Previous Post Next Post